3 Alasan Politik Konservatif Islam Terus Berkembang di Malaysia
Sabtu, 10 Juni 2023 - 07:10 WIB
“Partai atau kelompok politik yang memanfaatkan Islam untuk mendapatkan popularitas adalah inti dari Islam politik dan populisme Islam,” kata Ahmad El-Muhammady, asisten profesor di Institut Internasional Pemikiran dan Peradaban Islam.
Tren yang bergerak adalah populisme agama di Malaysia berarti peralihan ke politik sayap kanan menuju aspek sinis politik identitas.
Malaysia telah lama menjadi masyarakat yang majemuk. Menurut sensus 2020, Muslim merupakan 63,5% dari populasi, dan sisanya beragama Budha, Kristen, Hindu, penganut agama lain atau non-agama.
“Jadi, mengandalkan populisme agama untuk mendapatkan suara ada batasnya. Dan ada batas pengaruh politik PAS,” kata mantan menteri Kabinet Khairy Jamaluddin. “(PAS) melakukannya dengan sangat baik sekarang, … tetapi PAS juga tahu bahwa jika mereka ingin diterima oleh publik Malaysia, mereka harus memoderasi pandangan mereka.”
“Jika Anda melihat Malaysia secara elektoral, tidak ada partai politik yang bisa menjadi terlalu ekstrim. Karena itu tidak akan melayani kepentingan mereka. Kami tidak hanya berbicara tentang cita-cita… (tetapi) tentang politik nyata,” kata Chandra.
Sementara PAS telah mempertanyakan legitimasi pemerintah persatuan, yang terdiri dari Pakatan Harapan (PH), UMNO dan partai-partai di Malaysia Timur, pemilihan negara bagian tidak akan mengubah status quo.
“PN akan (terus) berkuasa di utara, dan Selangor dan Penang akan tetap berada di bawah PH. Tapi saya merasa (incumbent di) Penang, dan Selangor khususnya, akan kehilangan beberapa kursi,” ujar Profesor Syaza Farhana Mohamad Shukri dari Universitas Islam Internasional Malaysia.
Tren yang bergerak adalah populisme agama di Malaysia berarti peralihan ke politik sayap kanan menuju aspek sinis politik identitas.
Malaysia telah lama menjadi masyarakat yang majemuk. Menurut sensus 2020, Muslim merupakan 63,5% dari populasi, dan sisanya beragama Budha, Kristen, Hindu, penganut agama lain atau non-agama.
“Jadi, mengandalkan populisme agama untuk mendapatkan suara ada batasnya. Dan ada batas pengaruh politik PAS,” kata mantan menteri Kabinet Khairy Jamaluddin. “(PAS) melakukannya dengan sangat baik sekarang, … tetapi PAS juga tahu bahwa jika mereka ingin diterima oleh publik Malaysia, mereka harus memoderasi pandangan mereka.”
2. Mewujudkan Gelombang Hijau
“Sulit juga untuk mengurai seberapa besar gelombang hijau, sebuah istilah yang berasal dari warna partai PAS, disebabkan oleh meningkatnya religiusitas atau,” kata analis politik Chandra Muzaffar.“Jika Anda melihat Malaysia secara elektoral, tidak ada partai politik yang bisa menjadi terlalu ekstrim. Karena itu tidak akan melayani kepentingan mereka. Kami tidak hanya berbicara tentang cita-cita… (tetapi) tentang politik nyata,” kata Chandra.
Sementara PAS telah mempertanyakan legitimasi pemerintah persatuan, yang terdiri dari Pakatan Harapan (PH), UMNO dan partai-partai di Malaysia Timur, pemilihan negara bagian tidak akan mengubah status quo.
“PN akan (terus) berkuasa di utara, dan Selangor dan Penang akan tetap berada di bawah PH. Tapi saya merasa (incumbent di) Penang, dan Selangor khususnya, akan kehilangan beberapa kursi,” ujar Profesor Syaza Farhana Mohamad Shukri dari Universitas Islam Internasional Malaysia.
3. Tidak Mengusung Ekstrimisme
PAS dibentuk pada tahun 1951 sebagai kelompok Islamis sempalan dari UMNO. Gagasan untuk membela Islam tak dapat disangkal tetap menjadi bagian dari politiknya, yang mungkin menjelaskan pawai baru-baru ini yang dipentaskan oleh anggota sayap pemuda di Terengganu.
tulis komentar anda