Menteri Israel Sambangi Kompleks Masjid Al-Aqsa, Hamas dan Yordania Marah
Senin, 22 Mei 2023 - 08:28 WIB
YERUSALEM - Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir mengunjungi kompleks Masjid Al-Aqsa pada hari Minggu. Ini menjadi langkah kontroversial politisi ekstrem kanan di tengah meningkatnya ketegangan di Yerusalem timur yang dianeksasi Zionis.
Langkah itu dilakukan tiga hari setelah Ben-Gvir dan puluhan ribu nasionalis Yahudi berbaris melintasi Kota Tua Yerusalem dan lebih dari seminggu memasuki gencatan senjata yang rapuh antara Jihad Islam Palestina (PIJ) dan militer Israel.
"Yerusalem adalah jiwa kami," tulis Ben-Gvir di Telegram, di samping foto dirinya di lokasi di jantung Kota Tua Yerusalem.
"Ancaman Hamas tidak akan menghalangi kami, saya pergi ke Temple Mount!" lanjut dia, menggunakan nama Yahudi untuk situs suci tersebut, seperti dikutip AFP, Senin (22/5/2023).
Masjid Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga dalam Islam dan dikelola oleh Yordania. Non-Muslim diizinkan untuk mengunjungi situs tersebut, tetapi tidak untuk berdoa di sana.
Kompleks itu juga merupakan situs paling suci bagi orang Yahudi, yang berdoa di bawahnya di Tembok Barat.
Hamas, kelompok militan Palestina yang menguasai Jalur Gaza, mengecam kunjungan Ben-Gvir sebelumnya ke lokasi itu pada Januari dan sekali lagi mengecam tindakannya pada Minggu.
"Israel akan memikul tanggung jawab atas serangan biadab para menterinya dan kawanan pemukim," tulis kelompok itu di Telegram.
"Langkah tersebut mengonfirmasi kedalaman bahaya yang membayangi Al-Aqsa, di bawah pemerintahan fasis Zionis ini dan arogansi para menterinya dari ekstrem kanan," lanjut Hamas.
Polisi Israel mengonfirmasi kunjungan Ben-Gvir dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa kunjungan itu berlalu tanpa insiden.
Kemudian pada hari Minggu, para politisi top Israel mengadakan rapat kabinet yang jarang terjadi di terowongan di bawah Tembok Barat.
Warga Palestina khawatir penggunaannya sebagai museum yang luas mengancam fondasi Masjid Al-Aqsa.
"Berkali-kali, teman-teman saya dan saya terpaksa menolak tekanan internasional dari mereka yang ingin membagi Yerusalem lagi," kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di awal rapat kabinet.
"Beberapa pemimpin Israel siap untuk menyerah pada tekanan itu," katanya. "Tetapi kami telah bertindak berbeda."
Israel menganggap seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya, tetapi Palestina menginginkan sektor timur, termasuk Kota Tua, sebagai ibu kota negara masa depan mereka.
Dewan Urusan Wakaf Islam Yordania, yang mengelola kompleks Masjid Al-Aqsa, menggambarkan kunjungan Ben-Gvir sebagai "penyerbuan terang-terangan dan penodaan terhadap Masjid Al-Aqsa yang diberkahi".
"Yang tidak kalah berbahaya adalah seruan pemerintah pendudukan (Israel) untuk mengadakan pertemuan pagi ini di wilayah Tembok Barat," bunyi pernyataan Wakaf.
Yordania mengecam tindakan Ben-Gvir sebagai langkah provokatif dan eskalasi yang berbahaya dan tidak dapat diterima.
"Ini mewakili pelanggaran hukum internasional yang mencolok dan tidak dapat diterima, dan status quo sejarah dan hukum di Yerusalem dan tempat-tempat sucinya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania Sinan Majali.
Langkah itu dilakukan tiga hari setelah Ben-Gvir dan puluhan ribu nasionalis Yahudi berbaris melintasi Kota Tua Yerusalem dan lebih dari seminggu memasuki gencatan senjata yang rapuh antara Jihad Islam Palestina (PIJ) dan militer Israel.
"Yerusalem adalah jiwa kami," tulis Ben-Gvir di Telegram, di samping foto dirinya di lokasi di jantung Kota Tua Yerusalem.
"Ancaman Hamas tidak akan menghalangi kami, saya pergi ke Temple Mount!" lanjut dia, menggunakan nama Yahudi untuk situs suci tersebut, seperti dikutip AFP, Senin (22/5/2023).
Masjid Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga dalam Islam dan dikelola oleh Yordania. Non-Muslim diizinkan untuk mengunjungi situs tersebut, tetapi tidak untuk berdoa di sana.
Kompleks itu juga merupakan situs paling suci bagi orang Yahudi, yang berdoa di bawahnya di Tembok Barat.
Baca Juga
Hamas, kelompok militan Palestina yang menguasai Jalur Gaza, mengecam kunjungan Ben-Gvir sebelumnya ke lokasi itu pada Januari dan sekali lagi mengecam tindakannya pada Minggu.
"Israel akan memikul tanggung jawab atas serangan biadab para menterinya dan kawanan pemukim," tulis kelompok itu di Telegram.
"Langkah tersebut mengonfirmasi kedalaman bahaya yang membayangi Al-Aqsa, di bawah pemerintahan fasis Zionis ini dan arogansi para menterinya dari ekstrem kanan," lanjut Hamas.
Polisi Israel mengonfirmasi kunjungan Ben-Gvir dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa kunjungan itu berlalu tanpa insiden.
Kemudian pada hari Minggu, para politisi top Israel mengadakan rapat kabinet yang jarang terjadi di terowongan di bawah Tembok Barat.
Warga Palestina khawatir penggunaannya sebagai museum yang luas mengancam fondasi Masjid Al-Aqsa.
"Berkali-kali, teman-teman saya dan saya terpaksa menolak tekanan internasional dari mereka yang ingin membagi Yerusalem lagi," kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di awal rapat kabinet.
"Beberapa pemimpin Israel siap untuk menyerah pada tekanan itu," katanya. "Tetapi kami telah bertindak berbeda."
Israel menganggap seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya, tetapi Palestina menginginkan sektor timur, termasuk Kota Tua, sebagai ibu kota negara masa depan mereka.
Dewan Urusan Wakaf Islam Yordania, yang mengelola kompleks Masjid Al-Aqsa, menggambarkan kunjungan Ben-Gvir sebagai "penyerbuan terang-terangan dan penodaan terhadap Masjid Al-Aqsa yang diberkahi".
"Yang tidak kalah berbahaya adalah seruan pemerintah pendudukan (Israel) untuk mengadakan pertemuan pagi ini di wilayah Tembok Barat," bunyi pernyataan Wakaf.
Yordania mengecam tindakan Ben-Gvir sebagai langkah provokatif dan eskalasi yang berbahaya dan tidak dapat diterima.
"Ini mewakili pelanggaran hukum internasional yang mencolok dan tidak dapat diterima, dan status quo sejarah dan hukum di Yerusalem dan tempat-tempat sucinya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania Sinan Majali.
(mas)
tulis komentar anda