3 Pelajaran Penting bagi Taiwan tentang Perang Ukraina
Rabu, 17 Mei 2023 - 11:46 WIB
KIEV - Perang Ukraina memberikan pelajaran penting bagi negara lain yang sedang berkonflik dengan kekuatan besar. Salah satunya adalah Taiwan. Taiwan bisa melihat lebih dalam dan jauh tentang strategi Ukraina dalam mempertahankan diri dan melawan invasi Rusia.
Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengatakan Ukraina bisa belajar bagaimana Ukraina yang memiliki militer kecil tetapi bisa sukses melawan kekuatan besar.
"Kita belajar bahwa pelajaran penting dari perang Ukraina melawan Rusia," kata Austin di depan Senat AS, pada Selasa (16/5/2023), dilansir Channel News Asia. Itu dikarenakan Taiwan memiliki potensi diserang oleh China.
Apalagi, China sendiri telah berulang kali melakukan latihan perang di sekitar Taiwan. Beijing sendiri sudah menyatakan diri bahwa tidak akan melepaskan Taiwan dan menganggap Taipei sebagai provinsi yang membangkang.
Berikut adalah 3 pelajaran penting tentang perang Ukraina bagi Taiwan.
1. Kemampuan Perang Asimetris
Foto/Reuters
Perang asimetris merupakan perang yang memanfaatkan perlawanan milisi. Nantinya, para milisi tersebut memiliki konsekuensi sebagai kombatan yang berperang tanpa memperhatikan hukum internasional. Mereka bisa bergerak bebas dan leluasa sehingga bisa bertindak kejam.
Perang asimetris tersebut menjadi strategi dalam perang yang tidak konvensional. Namun, melibatkan milisi justru memiliki hambatan dalam hal perlengkapan militer dan dukungan amunisi.
Selain itu, perang asimetris juga dikenal dengan perang gerilya. Taktik yang digunakan dalam perang tersebut adalah pembajakan hingga bom bunuh diri. Perang dilakukan dalam skala kelompok kecil. Yang jelas, perang asimetris tidak menggunakan senjata nuklir.
Siapa pemenang dalam perang asimetris? Pemenang tidak ditentukan oleh kekuatan militer yang superior. Bisa saja, militer yang kuat dengan berbagai peralatannya bisa dikalahkan oleh kekuatan lokal dan milisi.
"Salah satu pelajaran pentingnya adalah kemampuan asimetris dan taktik serta teknik asimetris, kekuatan kecil bisa memiliki pekerjaan bagus untuk mempertahankan diri dan melawan kekuatan yang lebih besar," kata Austin.
2. Dukungan Internasional
Foto/Reuters
Dukungan internasional dalam bentuk senjata, suplai logistik, dan pelatihan akan memperkuat perlawanan terhadap kekuatan lawan.
Austin juga mengungkapkan AS akan memberikan bantuan kepada Ukraina. AS juga telah membuat insiatif untuk menyediakan bantuan untuk Taiwan.
Diakui oleh Rusia, bahwa perang Ukraina memang bukan antara Kiev dengan Moskow. Tetapi, perang tersebut adalah perang antara Rusia dengan NATO. Keterlibatan NATO dalam membantu tentara Ukraina sangatlah massif, mulai dari mengirimkan misil canggih hingga membantu pertempuran secara langsung dengan dalih pendampingan.
3. Mengelola Tentara Sukarela
Foto/Reuters
Taiwan belajar tentang bagaimana Ukraina mampu mengelola tentara sukarela menjadi kekuatan militer yang tangguh. Tentara sukarela juga bukan hanya dari warga Ukraina, tetapi orang asing yang rela mendaftarkan diri.
Tentara Sukarelawan Ukraina menjadi formasi militer yang didirikan oleh Dmitry Yarosh pada 2015. Itu dipicu karena pecahnya peperangan di Ukraina timur antara tentara Ukraina dan milisi pro-Rusia.
Sejak invasi Rusia pada 2022, unit sukarelawan itu restrukturisasi dan memiliki enam batalion, termasuk batalion medis hingga logistik. "Tentara sukarelawan itu memegang ideologi ultranasionalisme Ukraina," kata pakar politik Husyen Aliyev.
Selain itu, tentara sukarela juga difokuskan untuk anak muda yang tidak memiliki pengalaman. Mereka akan dilatih oleh tentara dari Inggris, Jerman dan Prancis untuk memiliki kemampuan tempur.
"Sebelum invasi Rusia, saya adalah 100% warga sipil," kara Artem, salah satu tentara sukarelawan, dilansir The National News. "Saya tidak punya opsi lain selain membela tanah air saya," paparnya.
Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengatakan Ukraina bisa belajar bagaimana Ukraina yang memiliki militer kecil tetapi bisa sukses melawan kekuatan besar.
"Kita belajar bahwa pelajaran penting dari perang Ukraina melawan Rusia," kata Austin di depan Senat AS, pada Selasa (16/5/2023), dilansir Channel News Asia. Itu dikarenakan Taiwan memiliki potensi diserang oleh China.
Apalagi, China sendiri telah berulang kali melakukan latihan perang di sekitar Taiwan. Beijing sendiri sudah menyatakan diri bahwa tidak akan melepaskan Taiwan dan menganggap Taipei sebagai provinsi yang membangkang.
Berikut adalah 3 pelajaran penting tentang perang Ukraina bagi Taiwan.
1. Kemampuan Perang Asimetris
Foto/Reuters
Perang asimetris merupakan perang yang memanfaatkan perlawanan milisi. Nantinya, para milisi tersebut memiliki konsekuensi sebagai kombatan yang berperang tanpa memperhatikan hukum internasional. Mereka bisa bergerak bebas dan leluasa sehingga bisa bertindak kejam.
Perang asimetris tersebut menjadi strategi dalam perang yang tidak konvensional. Namun, melibatkan milisi justru memiliki hambatan dalam hal perlengkapan militer dan dukungan amunisi.
Selain itu, perang asimetris juga dikenal dengan perang gerilya. Taktik yang digunakan dalam perang tersebut adalah pembajakan hingga bom bunuh diri. Perang dilakukan dalam skala kelompok kecil. Yang jelas, perang asimetris tidak menggunakan senjata nuklir.
Siapa pemenang dalam perang asimetris? Pemenang tidak ditentukan oleh kekuatan militer yang superior. Bisa saja, militer yang kuat dengan berbagai peralatannya bisa dikalahkan oleh kekuatan lokal dan milisi.
"Salah satu pelajaran pentingnya adalah kemampuan asimetris dan taktik serta teknik asimetris, kekuatan kecil bisa memiliki pekerjaan bagus untuk mempertahankan diri dan melawan kekuatan yang lebih besar," kata Austin.
2. Dukungan Internasional
Foto/Reuters
Dukungan internasional dalam bentuk senjata, suplai logistik, dan pelatihan akan memperkuat perlawanan terhadap kekuatan lawan.
Austin juga mengungkapkan AS akan memberikan bantuan kepada Ukraina. AS juga telah membuat insiatif untuk menyediakan bantuan untuk Taiwan.
Diakui oleh Rusia, bahwa perang Ukraina memang bukan antara Kiev dengan Moskow. Tetapi, perang tersebut adalah perang antara Rusia dengan NATO. Keterlibatan NATO dalam membantu tentara Ukraina sangatlah massif, mulai dari mengirimkan misil canggih hingga membantu pertempuran secara langsung dengan dalih pendampingan.
3. Mengelola Tentara Sukarela
Foto/Reuters
Taiwan belajar tentang bagaimana Ukraina mampu mengelola tentara sukarela menjadi kekuatan militer yang tangguh. Tentara sukarela juga bukan hanya dari warga Ukraina, tetapi orang asing yang rela mendaftarkan diri.
Tentara Sukarelawan Ukraina menjadi formasi militer yang didirikan oleh Dmitry Yarosh pada 2015. Itu dipicu karena pecahnya peperangan di Ukraina timur antara tentara Ukraina dan milisi pro-Rusia.
Sejak invasi Rusia pada 2022, unit sukarelawan itu restrukturisasi dan memiliki enam batalion, termasuk batalion medis hingga logistik. "Tentara sukarelawan itu memegang ideologi ultranasionalisme Ukraina," kata pakar politik Husyen Aliyev.
Selain itu, tentara sukarela juga difokuskan untuk anak muda yang tidak memiliki pengalaman. Mereka akan dilatih oleh tentara dari Inggris, Jerman dan Prancis untuk memiliki kemampuan tempur.
"Sebelum invasi Rusia, saya adalah 100% warga sipil," kara Artem, salah satu tentara sukarelawan, dilansir The National News. "Saya tidak punya opsi lain selain membela tanah air saya," paparnya.
(ahm)
tulis komentar anda