Israel Hancurkan Sekolah di Tepi Barat, 60 Siswa Palestina Terlantar
Selasa, 09 Mei 2023 - 00:04 WIB
YERUSALEM - Otoritas Israel menghancurkan sebuah sekolah Palestina di Tepi Barat yang diduduki pada Minggu (7/5/2023). Tindakan ini menuai kecaman keras dari Uni Eropa dan dunia internasional.
COGAT, sebuah cabang militer Israel, mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa bangunan sekolah yang terletak sekitar 2 km dari Bethlehem, telah dibangun secara illegal. Keberadaan bangunan itu dinyatakan berbahaya bagi keselamatan siapa pun yang belajar atau berkunjung ke sana.
“Dan, karenanya Pengadilan Israel telah memerintahkan penghancurannya,” sebut pernyataan COGAT, seperti dikutip dari Arab News.
Delegasi Uni Eropa untuk Palestina, di akun Twitter resminya mengaku "terkejut" dengan pembongkaran sekolah. Menurut delegasi itu, pembongkaran bangunan sekolah itu akan berdampak pada 60 anak Palestina.
“Penghancuran itu ilegal menurut hukum internasional dan hanya akan menambah penderitaan penduduk Palestina dan semakin meningkatkan lingkungan yang sudah tegang," kata delegasi UE.
Di sisi lain, COGAT menyatakan, pemilik gedung telah menolak beberapa upaya oleh otoritas Israel untuk terlibat dalam dialog mengenai status struktur sebelum pelaksanaan pembongkaran.
Siswa dan saksi mata mengatakan bangunan itu telah menjadi puing-puing tanpa jejak sekolah yang pernah berdiri di sana.
“Kami bersiap-siap untuk datang ke sekolah dan ketika kami tiba kami tidak menemukan sekolahnya,” kata seorang siswa, Mohammed Ibrahim. “Kami ingin sekolah hari ini! Kami ingin belajar, jika mereka (pasukan Israel) terus menghancurkan, kami akan terus membangun,” lanjutnya.
Sejumlah saksi mata juga mengatakan isi gedung telah disita. "Mereka menghancurkan sekolah dan mereka mengambil semuanya," kata seorang penduduk. "Semua perabotan, mereka memasukkannya ke dalam truk dan mengambilnya," lanjutnya.
Israel sering mengutip kurangnya izin bangunan, yang menurut orang Palestina dan kelompok hak asasi manusia hampir tidak mungkin diperoleh, dalam menghancurkan bangunan Palestina di Tepi Barat, wilayah yang direbutnya dalam perang Timur Tengah 1967.
Palestina menginginkan lebih dari setengah juta pemukim Yahudi di sana, bersama dengan tentara Israel, untuk meninggalkan wilayah pendudukan. Israel menolak keras penarikan besar-besaran tersebut, mengutip klaim sejarah atas tanah alkitabiah.
COGAT, sebuah cabang militer Israel, mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa bangunan sekolah yang terletak sekitar 2 km dari Bethlehem, telah dibangun secara illegal. Keberadaan bangunan itu dinyatakan berbahaya bagi keselamatan siapa pun yang belajar atau berkunjung ke sana.
“Dan, karenanya Pengadilan Israel telah memerintahkan penghancurannya,” sebut pernyataan COGAT, seperti dikutip dari Arab News.
Delegasi Uni Eropa untuk Palestina, di akun Twitter resminya mengaku "terkejut" dengan pembongkaran sekolah. Menurut delegasi itu, pembongkaran bangunan sekolah itu akan berdampak pada 60 anak Palestina.
“Penghancuran itu ilegal menurut hukum internasional dan hanya akan menambah penderitaan penduduk Palestina dan semakin meningkatkan lingkungan yang sudah tegang," kata delegasi UE.
Di sisi lain, COGAT menyatakan, pemilik gedung telah menolak beberapa upaya oleh otoritas Israel untuk terlibat dalam dialog mengenai status struktur sebelum pelaksanaan pembongkaran.
Siswa dan saksi mata mengatakan bangunan itu telah menjadi puing-puing tanpa jejak sekolah yang pernah berdiri di sana.
“Kami bersiap-siap untuk datang ke sekolah dan ketika kami tiba kami tidak menemukan sekolahnya,” kata seorang siswa, Mohammed Ibrahim. “Kami ingin sekolah hari ini! Kami ingin belajar, jika mereka (pasukan Israel) terus menghancurkan, kami akan terus membangun,” lanjutnya.
Sejumlah saksi mata juga mengatakan isi gedung telah disita. "Mereka menghancurkan sekolah dan mereka mengambil semuanya," kata seorang penduduk. "Semua perabotan, mereka memasukkannya ke dalam truk dan mengambilnya," lanjutnya.
Israel sering mengutip kurangnya izin bangunan, yang menurut orang Palestina dan kelompok hak asasi manusia hampir tidak mungkin diperoleh, dalam menghancurkan bangunan Palestina di Tepi Barat, wilayah yang direbutnya dalam perang Timur Tengah 1967.
Palestina menginginkan lebih dari setengah juta pemukim Yahudi di sana, bersama dengan tentara Israel, untuk meninggalkan wilayah pendudukan. Israel menolak keras penarikan besar-besaran tersebut, mengutip klaim sejarah atas tanah alkitabiah.
(esn)
tulis komentar anda