Jenderal Tertinggi AS: Sangat Sulit Mengusir Tentara Rusia dari Ukraina
Kamis, 23 Maret 2023 - 08:55 WIB
WASHINGTON - Jenderal tertinggi Amerika Serikat (AS), Mark Milley, mengatakan akan sangat sulit mengusir tentara Rusia dari seluruh wilayah Ukraina . Menurutnya, itu akan menghabiskan banyak darah dan harta Kiev.
Jenderal Milley, yang menjabat sebagai Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika, percaya bahwa baik Rusia maupun Ukraina tidak akan dapat mencapai tujuan mereka melalui kekuatan militer.
Komentar itu disampaikan kepada Eurasia Group Foundation dalam sebuah podcast baru-baru ini. Dia yakin para diplomat dari berbagai negara akan menjadi orang-orang yang pada akhirnya akan mengakhiri perang Rusia-Ukraina.
"Pada titik tertentu orang akan mengetahui bahwa biaya untuk terus melaksanakan perang ini melalui sarana militer sangat menantang," katanya.
"Itu tidak berarti itu tidak dapat dilakukan. Dan saya memuji kemauan Ukraina dan keberanian serta ketangguhan mereka," lanjut Jenderal Milley, sebagaimana dikutip dari Business Insider, Kamis (23/3/2023).
"Tapi ada juga masalah praktis untuk secara fisik mengusir setiap orang Rusia dari seluruh Ukraina," ujarnya. "Itu sangat sulit dilakukan secara militer, dan itu merupakan biaya yang sangat besar dalam darah dan harta."
"Dan karena itu, seseorang akan mencari cara untuk sampai ke meja perundingan, dan di situlah hal ini akan diselesaikan pada akhirnya," imbuh dia.
Pernyataan Panglima Militer AS itu menggemakan penilaian serupa yang dia buat selama perang selama Rusia-Ukraina yang telah berlangsung 13 bulan.
Jenderal tersebut telah menyatakan keprihatinan atas kesulitan Kiev untuk sepenuhnya mendorong pasukan Moskow keluar dari wilayah pendudukan dan menyatakan keyakinannya bahwa negosiasi akan menentukan hasilnya.
Beberapa pemerintah, seperti Turki, telah mendorong pembicaraan damai antara kedua belah pihak. Salah satu upaya tersebut dalam beberapa pekan terakhir datang dari China, yang menawarkan proposal perdamaian yang menurut Gedung Putih disukai Rusia.
Sementara itu, korban kedua militer terus meningkat karena perang tetap berpusat di sepanjang front yang luas di wilayah Donbas, timur Ukraina.
Moskow telah melancarkan serangan musim semi yang sangat dinantikan, maju ke beberapa arah dan mengirimkan ratusan ribu pasukan untuk kampanye tersebut.
Namun, sejauh ini, upaya tersebut hanya menghasilkan sedikit keberhasilan, dan para pakar perang mengatakan hal itu telah memposisikan Ukraina untuk dapat melakukan operasi balasannya sendiri dalam waktu dekat.
Ukraina telah menghadapi tugas yang berat untuk bertahan dari serangan Rusia. Namun, Kiev terus mendapat pasokan senjata modern dari negara-negara NATO.
Jenderal Milley, yang menjabat sebagai Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika, percaya bahwa baik Rusia maupun Ukraina tidak akan dapat mencapai tujuan mereka melalui kekuatan militer.
Komentar itu disampaikan kepada Eurasia Group Foundation dalam sebuah podcast baru-baru ini. Dia yakin para diplomat dari berbagai negara akan menjadi orang-orang yang pada akhirnya akan mengakhiri perang Rusia-Ukraina.
"Pada titik tertentu orang akan mengetahui bahwa biaya untuk terus melaksanakan perang ini melalui sarana militer sangat menantang," katanya.
"Itu tidak berarti itu tidak dapat dilakukan. Dan saya memuji kemauan Ukraina dan keberanian serta ketangguhan mereka," lanjut Jenderal Milley, sebagaimana dikutip dari Business Insider, Kamis (23/3/2023).
"Tapi ada juga masalah praktis untuk secara fisik mengusir setiap orang Rusia dari seluruh Ukraina," ujarnya. "Itu sangat sulit dilakukan secara militer, dan itu merupakan biaya yang sangat besar dalam darah dan harta."
"Dan karena itu, seseorang akan mencari cara untuk sampai ke meja perundingan, dan di situlah hal ini akan diselesaikan pada akhirnya," imbuh dia.
Pernyataan Panglima Militer AS itu menggemakan penilaian serupa yang dia buat selama perang selama Rusia-Ukraina yang telah berlangsung 13 bulan.
Jenderal tersebut telah menyatakan keprihatinan atas kesulitan Kiev untuk sepenuhnya mendorong pasukan Moskow keluar dari wilayah pendudukan dan menyatakan keyakinannya bahwa negosiasi akan menentukan hasilnya.
Beberapa pemerintah, seperti Turki, telah mendorong pembicaraan damai antara kedua belah pihak. Salah satu upaya tersebut dalam beberapa pekan terakhir datang dari China, yang menawarkan proposal perdamaian yang menurut Gedung Putih disukai Rusia.
Sementara itu, korban kedua militer terus meningkat karena perang tetap berpusat di sepanjang front yang luas di wilayah Donbas, timur Ukraina.
Moskow telah melancarkan serangan musim semi yang sangat dinantikan, maju ke beberapa arah dan mengirimkan ratusan ribu pasukan untuk kampanye tersebut.
Namun, sejauh ini, upaya tersebut hanya menghasilkan sedikit keberhasilan, dan para pakar perang mengatakan hal itu telah memposisikan Ukraina untuk dapat melakukan operasi balasannya sendiri dalam waktu dekat.
Ukraina telah menghadapi tugas yang berat untuk bertahan dari serangan Rusia. Namun, Kiev terus mendapat pasokan senjata modern dari negara-negara NATO.
(min)
tulis komentar anda