Panglima Militer AS: Sangat Sulit Mengusir Tentara Rusia dari Ukraina
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Panglima Militer Amerika Serikat (AS) Jenderal Mark Milley memperingatkan bahwa akan sangat sulit untuk mengusir ribuan tentara Rusia dari Ukraina setidaknya untuk tahun ini.
Invasi Moskow yang dimulai sejak 24 Februari 2022, dengan dalih "operasi militer khusus", akan memasuki bulan ke-12. Hingga kini belum ada tanda-tanda perang akan segera berakhir.
Puluhan ribu tentara dari kedua belah pihak telah tewas, dengan lebih banyak lagi warga sipil yang tewas atau telantar akibat terperangkap dalam konflik tersebut.
Tetapi Jenderal Milley menambahkan kekhawatiran bahwa agresi tidak akan berakhir tahun ini. Dia mengatakan kepada wartawan bahwa tidak realistis Ukraina akan memenangkan perang.
Jenderal Milley—Ketua Gabungan dari Kepala-Kepala Staf Militer AS serta penasihat utama Presiden Joe Biden dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin—bersama para pemimpin dunia bebas dan banyak pemimpin Eropa percaya bahwa satu-satunya cara konflik akan berakhir adalah melalui negosiasi.
Dia berbicara tentang bagaimana masih ada pertempuran signifikan yang terjadi di sebagian besar Ukraina, dengan garis depan yang membentang dari kota terbesar kedua Kharkiv ke selatan ke Kherson dan timur laut ke Bakhmut di mana Rusia mengeklaim telah mendapatkan kembali wilayah yang dicaploknya.
"Dari sudut pandang militer, ini adalah pertarungan yang sangat, sangat sulit," katanya di pangkalan Angkatan Udara AS di Ramstein, Jerman, Jumat waktu setempat, di mana pembicaraan antara 54 negara terus membahas paket keamanan baru untuk Ukraina.
"Ini kurang lebih merupakan garis depan statis saat ini, dengan pengecualian Bakhmut dan Soledar di mana ada aksi ofensif yang signifikan terjadi dari kedua sisi," paparnya.
Jenderal Milley memperkirakan salah satu garis depan mirip dengan jarak antara Washington D.C. dan Atlanta, atau panjangnya sekitar 1.000 kilometer.
"Itu adalah sejumlah besar wilayah dan di wilayah itu masih tersisa banyak pasukan Rusia di Ukraina yang diduduki Rusia," ujar perwira militer berusia 64 tahun itu, seperti dikutip Sky News, Sabtu (21/1/2023).
Invasi Moskow yang dimulai sejak 24 Februari 2022, dengan dalih "operasi militer khusus", akan memasuki bulan ke-12. Hingga kini belum ada tanda-tanda perang akan segera berakhir.
Puluhan ribu tentara dari kedua belah pihak telah tewas, dengan lebih banyak lagi warga sipil yang tewas atau telantar akibat terperangkap dalam konflik tersebut.
Tetapi Jenderal Milley menambahkan kekhawatiran bahwa agresi tidak akan berakhir tahun ini. Dia mengatakan kepada wartawan bahwa tidak realistis Ukraina akan memenangkan perang.
Jenderal Milley—Ketua Gabungan dari Kepala-Kepala Staf Militer AS serta penasihat utama Presiden Joe Biden dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin—bersama para pemimpin dunia bebas dan banyak pemimpin Eropa percaya bahwa satu-satunya cara konflik akan berakhir adalah melalui negosiasi.
Dia berbicara tentang bagaimana masih ada pertempuran signifikan yang terjadi di sebagian besar Ukraina, dengan garis depan yang membentang dari kota terbesar kedua Kharkiv ke selatan ke Kherson dan timur laut ke Bakhmut di mana Rusia mengeklaim telah mendapatkan kembali wilayah yang dicaploknya.
"Dari sudut pandang militer, ini adalah pertarungan yang sangat, sangat sulit," katanya di pangkalan Angkatan Udara AS di Ramstein, Jerman, Jumat waktu setempat, di mana pembicaraan antara 54 negara terus membahas paket keamanan baru untuk Ukraina.
"Ini kurang lebih merupakan garis depan statis saat ini, dengan pengecualian Bakhmut dan Soledar di mana ada aksi ofensif yang signifikan terjadi dari kedua sisi," paparnya.
Jenderal Milley memperkirakan salah satu garis depan mirip dengan jarak antara Washington D.C. dan Atlanta, atau panjangnya sekitar 1.000 kilometer.
"Itu adalah sejumlah besar wilayah dan di wilayah itu masih tersisa banyak pasukan Rusia di Ukraina yang diduduki Rusia," ujar perwira militer berusia 64 tahun itu, seperti dikutip Sky News, Sabtu (21/1/2023).