Putin Peringatkan Inggris Tidak Memasok Depleted Uranium ke Ukraina
Rabu, 22 Maret 2023 - 04:40 WIB
Amunisi DU telah lama menjadi subjek kontroversi internasional, dengan kritik penggunaannya menyoroti toksisitas dan radioaktivitas material tersebut. Depleted uranium digunakan untuk membuat inti peluru penembus lapis baja yang mengeras, unggul dalam peran ini karena kepadatannya yang tinggi. Inti putaran menguap saat tumbukan, berubah menjadi aerosol dan mencemari lingkungan dengan uranium.
PBB telah menyatakan kekhawatiran atas rencana Inggris. Farhan Haq, juru bicara Sekretaris Jenderal Antonio Guterres, mengatakan dalam jumpa pers bahwa badan internasional telah lama menyuarakan keprihatinan tentang konsekuensi penggunaan DU, serta tentang mereka yang memasok persenjataan semacam itu.
Amunisi ini secara aktif digunakan oleh NATO selama Perang Teluk Pertama, serta selama agresi blok tersebut terhadap bekas Yugoslavia, baik dalam bentuk tank maupun peluru artileri pesawat. Penggunaan amunisi diakui oleh NATO dalam laporan tahun 2000, dengan blok pimpinan AS itu mengungkapkan bahwa mereka telah menggunakan sekitar 10 metrik ton bahan di Yugoslavia – dan 300 metrik ton di Irak.
Laporan tersebut mengakui bahwa bahan tersebut menimbulkan ancaman karena toksisitasnya dalam "bentuk aerosol", tetapi bersikeras bahwa DU tidak "sangat radioaktif".
PBB telah menyatakan kekhawatiran atas rencana Inggris. Farhan Haq, juru bicara Sekretaris Jenderal Antonio Guterres, mengatakan dalam jumpa pers bahwa badan internasional telah lama menyuarakan keprihatinan tentang konsekuensi penggunaan DU, serta tentang mereka yang memasok persenjataan semacam itu.
Amunisi ini secara aktif digunakan oleh NATO selama Perang Teluk Pertama, serta selama agresi blok tersebut terhadap bekas Yugoslavia, baik dalam bentuk tank maupun peluru artileri pesawat. Penggunaan amunisi diakui oleh NATO dalam laporan tahun 2000, dengan blok pimpinan AS itu mengungkapkan bahwa mereka telah menggunakan sekitar 10 metrik ton bahan di Yugoslavia – dan 300 metrik ton di Irak.
Laporan tersebut mengakui bahwa bahan tersebut menimbulkan ancaman karena toksisitasnya dalam "bentuk aerosol", tetapi bersikeras bahwa DU tidak "sangat radioaktif".
(ian)
tulis komentar anda