Utusan PBB: Myanmar Negara Gagal, Dipimpin Junta yang Dipersenjatai Rusia
Kamis, 16 Maret 2023 - 16:18 WIB
Militer - yang menurut analisis telah kehilangan wilayah karena perlawanan meskipun memiliki persenjataan yang unggul - telah meningkatkan serangan udara, termasuk terhadap sekolah dan fasilitas medis, serta taktik bumi hangus, dalam upaya untuk menghentikan perlawanan.
“Karena semakin berbahaya bagi pasukan mereka untuk beroperasi di lapangan, mereka menggunakan senjata tempur ini, jet tempur yang menjatuhkan bom di desa-desa dan bahkan pusat-pusat IDP (kamp untuk pengungsi internal yang terpaksa melarikan diri),” kata Andrews.
Militer Myanmar sebelumnya membantah melakukan kekejaman dan mengatakan operasinya menargetkan "teroris".
Sebuah laporan oleh pelapor khusus tahun lalu mengatakan Rusia, China, dan Serbia menyediakan senjata untuk junta. Investigasi baru-baru ini oleh kelompok HAM Myanmar Witness juga menemukan militer sangat bergantung pada aset udara Rusia atau China untuk serangannya.
Andrews mengatakan dia baru-baru ini berbicara dengan seorang ayah yang rumahnya dihancurkan oleh militer. Sang ayah membawa keluarganya ke pusat pengungsian; hanya untuk dibom. Kedua putrinya, yang berusia 12 dan 15 tahun, tewas.
Junta melancarkan serangan udara di 10 dari 14 divisi administrasi negara selama enam bulan terakhir tahun 2022, menurut Myanmar Witness, dengan serangan seperti itu terjadi hampir setiap hari.
Mengingat ketergantungannya pada pesawat dari China dan Rusia, junta telah berusaha untuk secara terbuka menyelaraskan diri dengan kedua negara setelah kudeta. Militer, kata Andrews, yang dipimpin oleh Min Aung Hlaing “menjilat Rusia."
“Dia telah terbang ke Moskow, dia memuji Putin, mereka tentu mencari dan mengamankan senjata yang mereka gunakan untuk melakukan kejahatan kekejaman ini,” ujarnya.
Namun, Andrews mengatakan bahwa negara lain mampu mengambil tindakan strategis yang lebih kuat untuk menghentikan junta mengakses sumber daya.
“Karena semakin berbahaya bagi pasukan mereka untuk beroperasi di lapangan, mereka menggunakan senjata tempur ini, jet tempur yang menjatuhkan bom di desa-desa dan bahkan pusat-pusat IDP (kamp untuk pengungsi internal yang terpaksa melarikan diri),” kata Andrews.
Militer Myanmar sebelumnya membantah melakukan kekejaman dan mengatakan operasinya menargetkan "teroris".
Sebuah laporan oleh pelapor khusus tahun lalu mengatakan Rusia, China, dan Serbia menyediakan senjata untuk junta. Investigasi baru-baru ini oleh kelompok HAM Myanmar Witness juga menemukan militer sangat bergantung pada aset udara Rusia atau China untuk serangannya.
Andrews mengatakan dia baru-baru ini berbicara dengan seorang ayah yang rumahnya dihancurkan oleh militer. Sang ayah membawa keluarganya ke pusat pengungsian; hanya untuk dibom. Kedua putrinya, yang berusia 12 dan 15 tahun, tewas.
Junta melancarkan serangan udara di 10 dari 14 divisi administrasi negara selama enam bulan terakhir tahun 2022, menurut Myanmar Witness, dengan serangan seperti itu terjadi hampir setiap hari.
Mengingat ketergantungannya pada pesawat dari China dan Rusia, junta telah berusaha untuk secara terbuka menyelaraskan diri dengan kedua negara setelah kudeta. Militer, kata Andrews, yang dipimpin oleh Min Aung Hlaing “menjilat Rusia."
“Dia telah terbang ke Moskow, dia memuji Putin, mereka tentu mencari dan mengamankan senjata yang mereka gunakan untuk melakukan kejahatan kekejaman ini,” ujarnya.
Namun, Andrews mengatakan bahwa negara lain mampu mengambil tindakan strategis yang lebih kuat untuk menghentikan junta mengakses sumber daya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda