Tahun 2100, Penduduk Dunia Bakal Menyusut Drastis
Kamis, 16 Juli 2020 - 06:39 WIB
NEW YORK - Penduduk dunia diperkirakan akan menyusut drastis menjadi 8,8 miliar jiwa saja pada 2100. Saat ini jumlah penduduk telah mencapai 7,8 miliar jiwa dan pada 2064 diperkirakan telah menembus hingga 9,7 miliar jiwa. Penurunan itu justru terjadi kala akses pendidikan dan pekerjaan warga dunia semakin meningkat. Faktor lain yang memengaruhi penurunan ini adalah tingginya penggunaan alat kontrasepsi oleh perempuan.
Pada 2100 sebanyak 183 dari 195 negara di dunia diprediksi tidak memiliki angka kelahiran yang cukup untuk mempertahankan jumlah penduduk saat ini. Institute for Health Metricsand Evaluatian dari University of Washington School of Medicine memproyeksikan angka kelahiran hanya sekitar 2,1 bayi per perempuan.
Sebagian negara juga akan mengalami penurunan signifikan. Sekitar 23 negara, termasuk Jepang, Thailand, Italia, dan Spanyol, diprediksi mengalami penurunan penduduk lebih dari 50% dibandingkan populasi saat ini. Namun, penduduk negeri sub-Sahara Afrika diperkirakan mengalami penambahan jumlah penduduk sebanyak tiga kali lipat. Bahkan, jumlah penduduk Afrika dapat mencapai separuh dari penduduk dunia pada 2100.
Berdasarkan hasil studi yang dipublikasikan di The Lancet itu, jumlah usia pekerja akan menurun secara dramatis di beberapa negara, termasuk India dan China. Alhasil, pertumbuhan ekonomi di negara tersebut tidak akan sesubur sekarang. Selain itu, sistem sosial dan buruh akan terdampak negatif. (Baca: AS Tidak Tutup Kemungkinan Sanksi China Terkait Laut China Selatan)
Meski angka kelahiran menurun, para peneliti mengatakan sistem imigrasi kemungkinan dapat menambal penyusutan penduduk disuatu negara seperti Amerika Serikat (AS), Australia, dan Kanada. Pintu imigrasi kemungkinan akan dibuka untuk meminimalisasi terjadinya gangguan di dalam rantai ekonomi negara. “Sejak 1960-an, dunia sangat fokus pada pemulihan penduduk setelah banyak yang tewas akibat perang besar,” kata Dr Christopher Murray, komandan penelitian tersebut.
Berdasarkan data Global Burden of Disease Study pada 2017, para peneliti memprediksi wilayah yang akan meng alami penyusutan tercepat terjadi di Asia dan Eropa, kecuali Eropa Barat. Mereka memproyeksikan penduduk Jepang akan berkurang dari 128 juta jiwa pada 2017 menjadi 60 juta jiwa pada 2100.
Di samping Jepang, Thailand juga diprediksi mengalami penyusutan dari 71 juta jiwa menjadi 35 juta jiwa, Spanyol dari 46 juta jiwa menjadi 23 juta jiwa, Italia dari 61 juta jiwa menjadi 31 juta jiwa, Portugal dari 11 juta jiwa menjadi 5 juta jiwa, dan Korea Selatan (Korsel) dari 53 juta jiwa menjadi 27 juta jiwa. (Baca juga: Tidak Dipecat, Begini Nasib ASN yang Instansinya Dibubarkan)
Sebanyak 34 negara lainnya juga diprediksi mengalami penyusutan penduduk, tak terkecuali China yang akan mengalami penurunan sebesar 50%. Menurut Murray, selain jumlah penduduk menyusut, sebagian besar negara akan diisi orang tua sehingga dampak terhadap ekonomi tidak akan dapat dielakkan. “Akan ada lebih banyak orang yang memerlukan bantuan dari program pemerintah, baik keamanan sosial ataupun asuransi kesehatan, dan akan ada lebih sedikit orang yang membayar pajak,” tambahnya.
Para peneliti sebelumnya juga mengatakan jumlah penduduk di sub-Sahara Afrika akan membeludak tiga kali lipat pada akhir abad ini, yakni dari 1,03 miliar jiwa pada 2017 menjadi 3,07 miliar pada 2100. Afrika Utara dan Timur Tengah menjadi kawasan lain yang diprediksi mengalami kenaikan jumlah penduduk dari 600 juta jiwa menjadi 978 juta jiwa. “Karena angka kelahiran yang masih tinggi, Afrika akan terus mengalami kenaikan, bahkan dalam jangka panjang,” ujar Murray. “Jumlah penduduk Afrika akan mencapai titik sangat tinggi pada akhir Abad 21. Afrika bahkanakan menyumbangkan separuh dari total penduduk dunia.”
Hasil studi juga memprediksi perubahan besar dalam struktur kemasyarakatan dunia. Pada 2100 jumlah orang berusia di atas 80 tahun akan lebih banyak dibandingkan usia di bawah lima tahun. Jumlah penduduk dunia berusia 65 tahun diperkirakan mencapai 2,37 miliar pada 2100, lebih banyak dibandingkan usia di bawah 20 tahun yang mencapai 1,7 miliar. (Lihat videonya: Viral, Janda di Bangka Belitung Jual Rumah Beserta Pemiliknya)
Jumlah penduduk dunia berusia di atas 80 tahun juga diprediksi naik enam kali lipat dari 141 juta menjadi 866 juta. Sebaliknya, jumlah anak berusia di bawah lima tahun akan menurun lebih dari 40% dari 681 juta menjadi 401 juta pada 2100.
Para peneliti mengatakan penyusutan ini tidak terlepas dari banyaknya kaum perempuan yang bersekolah, bekerja, dan menggunakan alat kontrasepsi. Perubahan jumlah dan struktur penduduk di negara besar kemungkinan akan menciptakan pergantian posisi sebagai kekuatan dunia. “Semuanya sudah dimulai. Ini bukanlah sesuatu yang akan terjadi dalam waktu dekat. China bahkan saat ini sedang mengalami penyusutan jumlah penduduk,” kata Murrsy. (Muh Shamil)
Pada 2100 sebanyak 183 dari 195 negara di dunia diprediksi tidak memiliki angka kelahiran yang cukup untuk mempertahankan jumlah penduduk saat ini. Institute for Health Metricsand Evaluatian dari University of Washington School of Medicine memproyeksikan angka kelahiran hanya sekitar 2,1 bayi per perempuan.
Sebagian negara juga akan mengalami penurunan signifikan. Sekitar 23 negara, termasuk Jepang, Thailand, Italia, dan Spanyol, diprediksi mengalami penurunan penduduk lebih dari 50% dibandingkan populasi saat ini. Namun, penduduk negeri sub-Sahara Afrika diperkirakan mengalami penambahan jumlah penduduk sebanyak tiga kali lipat. Bahkan, jumlah penduduk Afrika dapat mencapai separuh dari penduduk dunia pada 2100.
Berdasarkan hasil studi yang dipublikasikan di The Lancet itu, jumlah usia pekerja akan menurun secara dramatis di beberapa negara, termasuk India dan China. Alhasil, pertumbuhan ekonomi di negara tersebut tidak akan sesubur sekarang. Selain itu, sistem sosial dan buruh akan terdampak negatif. (Baca: AS Tidak Tutup Kemungkinan Sanksi China Terkait Laut China Selatan)
Meski angka kelahiran menurun, para peneliti mengatakan sistem imigrasi kemungkinan dapat menambal penyusutan penduduk disuatu negara seperti Amerika Serikat (AS), Australia, dan Kanada. Pintu imigrasi kemungkinan akan dibuka untuk meminimalisasi terjadinya gangguan di dalam rantai ekonomi negara. “Sejak 1960-an, dunia sangat fokus pada pemulihan penduduk setelah banyak yang tewas akibat perang besar,” kata Dr Christopher Murray, komandan penelitian tersebut.
Berdasarkan data Global Burden of Disease Study pada 2017, para peneliti memprediksi wilayah yang akan meng alami penyusutan tercepat terjadi di Asia dan Eropa, kecuali Eropa Barat. Mereka memproyeksikan penduduk Jepang akan berkurang dari 128 juta jiwa pada 2017 menjadi 60 juta jiwa pada 2100.
Di samping Jepang, Thailand juga diprediksi mengalami penyusutan dari 71 juta jiwa menjadi 35 juta jiwa, Spanyol dari 46 juta jiwa menjadi 23 juta jiwa, Italia dari 61 juta jiwa menjadi 31 juta jiwa, Portugal dari 11 juta jiwa menjadi 5 juta jiwa, dan Korea Selatan (Korsel) dari 53 juta jiwa menjadi 27 juta jiwa. (Baca juga: Tidak Dipecat, Begini Nasib ASN yang Instansinya Dibubarkan)
Sebanyak 34 negara lainnya juga diprediksi mengalami penyusutan penduduk, tak terkecuali China yang akan mengalami penurunan sebesar 50%. Menurut Murray, selain jumlah penduduk menyusut, sebagian besar negara akan diisi orang tua sehingga dampak terhadap ekonomi tidak akan dapat dielakkan. “Akan ada lebih banyak orang yang memerlukan bantuan dari program pemerintah, baik keamanan sosial ataupun asuransi kesehatan, dan akan ada lebih sedikit orang yang membayar pajak,” tambahnya.
Para peneliti sebelumnya juga mengatakan jumlah penduduk di sub-Sahara Afrika akan membeludak tiga kali lipat pada akhir abad ini, yakni dari 1,03 miliar jiwa pada 2017 menjadi 3,07 miliar pada 2100. Afrika Utara dan Timur Tengah menjadi kawasan lain yang diprediksi mengalami kenaikan jumlah penduduk dari 600 juta jiwa menjadi 978 juta jiwa. “Karena angka kelahiran yang masih tinggi, Afrika akan terus mengalami kenaikan, bahkan dalam jangka panjang,” ujar Murray. “Jumlah penduduk Afrika akan mencapai titik sangat tinggi pada akhir Abad 21. Afrika bahkanakan menyumbangkan separuh dari total penduduk dunia.”
Hasil studi juga memprediksi perubahan besar dalam struktur kemasyarakatan dunia. Pada 2100 jumlah orang berusia di atas 80 tahun akan lebih banyak dibandingkan usia di bawah lima tahun. Jumlah penduduk dunia berusia 65 tahun diperkirakan mencapai 2,37 miliar pada 2100, lebih banyak dibandingkan usia di bawah 20 tahun yang mencapai 1,7 miliar. (Lihat videonya: Viral, Janda di Bangka Belitung Jual Rumah Beserta Pemiliknya)
Jumlah penduduk dunia berusia di atas 80 tahun juga diprediksi naik enam kali lipat dari 141 juta menjadi 866 juta. Sebaliknya, jumlah anak berusia di bawah lima tahun akan menurun lebih dari 40% dari 681 juta menjadi 401 juta pada 2100.
Para peneliti mengatakan penyusutan ini tidak terlepas dari banyaknya kaum perempuan yang bersekolah, bekerja, dan menggunakan alat kontrasepsi. Perubahan jumlah dan struktur penduduk di negara besar kemungkinan akan menciptakan pergantian posisi sebagai kekuatan dunia. “Semuanya sudah dimulai. Ini bukanlah sesuatu yang akan terjadi dalam waktu dekat. China bahkan saat ini sedang mengalami penyusutan jumlah penduduk,” kata Murrsy. (Muh Shamil)
(ysw)
tulis komentar anda