Ini Bos Al-Qaeda yang Baru, Kepalanya Dihargai Rp152 Miliar

Kamis, 16 Februari 2023 - 04:44 WIB
Mantan perwira pasukan khusus Mesir, Seif al-Adel, kini telah menjadi pemimpin kelompok teroris al-Qaeda. Foto/Reuters
NEW YORK - Mantan perwira pasukan khusus Mesir, Seif al-Adel, kini telah menjadi pemimpin kelompok teroris al-Qaeda . Hal itu berdasarkan laporan terbaru yang dikeluarkan oleh PBB . Kepalanya pun dihargai USD10 juta atau sekitar Rp152 miliar.

Al-Qaeda belum secara resmi menunjuk pengganti Ayman al-Zawahiri, yang diyakini tewas dalam serangan rudal Amerika Serikat (AS) di Kabul tanun.

"Dalam diskusi di bulan November dan Desember, banyak negara anggota berpandangan bahwa Seif al-Adel sudah beroperasi sebagai pemimpin kelompok secara de facto dan tidak terbantahkan," bunyi laporan PBB yang menilai risiko dari kelompok tersebut seperti dikutip dari Reuters, Kamis (16/2/2023).

Para ahli menilai Adel berbeda dengan Ayman al-Zawahiri yang kerap muncul dalam video dengan pidato berapi-api. Adel cenderung merencanakan serangan dari balik layar saat ia membantu mengubah al-Qaeda menjadi kelompok militan paling mematikan di dunia.



Pernah menjadi kepala pengawal Osama bin Laden dan seorang pelatih senior militan, para ahli gerakan jihadi mengatakan Adel memulai karir panjangnya yang berdarah pada tahun 1981, ketika ia dicurigai terlibat dalam pembunuhan Presiden Mesir Anwar al-Sadat oleh tentara Islam selama parade militer di Kairo yang disiarkan di televisi.

"Latar belakang militer profesional Seif al-Adel dan pengalaman berharga sebagai kepala komite militer al-Qeada sebelum 9/11 berarti dia memiliki kepercayaan yang kuat untuk mengambil alih kepemimpinan al-Qaeda secara keseluruhan," kata Elisabeth Kendall, pakar jihad di Universitas Oxford.

Dia mengambil alih al-Qaeda yang telah menjadi sangat terdesentralisasi sejak kelompok itu melakukan operasi paling spektakulernya, 11 September 2001, serangan pesawat terhadap Amerika Serikat yang menewaskan hampir 3.000 orang.

Ia didakwa dan dituntut pada November 1998 oleh dewan juri federal Amerika Serikat (AS) atas perannya dalam serangan bom di kedutaan AS di Tanzania dan Kenya yang menewaskan 224 warga sipul dan melukai lebih dari 5.000 orang.



Para ahli mengatakan Adel, salah satu dari sedikit penjaga lama al Qaeda yang tersisa, telah dekat dengan komando pusat selama beberapa dekade. Dia akan ditugaskan untuk memberikan panduan strategis jaringan kelompok yang tersebar luas di Timur Tengah, Afrika, dan Asia yang menjalankan urusan sehari-hari mereka sendiri, tambah mereka.

Beberapa orang mempertanyakan apakah Adel dapat menjadi manajer organisasi yang efektif setelah menghabiskan sebagian besar karirnya sebagai operator dan pelatih di kamp-kamp militan.

"Banyak orang dalam berpendapat bahwa dia memiliki peran operasional yang penting di masa lalu, tetapi dia tidak diperlengkapi untuk kepemimpinan," kata Jerome Drevon, analis senior Jihad dan Konflik Modern di International Crisis Group.

"Keahliannya lebih cocok untuk organisasi operasi bersenjata daripada administrasi jaringan afiliasi yang luas," imbuhnya.

Salah satu pemimpin militer terkemuka al-Qaeda dan sering disebut oleh para ahli sebagai pejabat ketiganya, Adel mendirikan kamp pelatihan untuk organisasi tersebut di Sudan, Pakistan, dan Afghanistan pada 1990-an.

Dia juga berperan dalam penyergapan helikopter AS di Mogadishu, yang dikenal sebagai insiden "Black Hawk Down" pada tahun 1993 yang menewaskan 18 prajurit AS, kata pakar keamanan. Itu menandai awal dari penarikan pasukan perdamaian US-UN dari Somalia.

Adel mendapatkan lebih banyak kredensial jihad setelah dia bergabung dengan militan Arab lainnya melawan pasukan pendudukan Soviet di Afghanistan, di mana dia akhirnya memimpin sebuah kamp pelatihan sebelum menjadi tokoh senior di al Qaeda.

"Dia (Adel) adalah sosok yang sangat berani, profesional, berdarah dingin," kata Yoram Schweitzer, kepala Program Terorisme dan Konflik Intensitas Rendah di Institut Studi Keamanan Nasional Universitas Tel Aviv.



Di luar operasi di Afrika, kamp pelatihannya, dan kaitannya dengan pembunuhan jurnalis AS Daniel Pearl di Pakistan pada tahun 2002, menurut penyelidik AS, hanya sedikit yang diketahui tentang Adel.

Ada beberapa foto dirinya, selain dari tiga foto - termasuk gambar hitam putih di daftar paling dicari FBI.

FBI mengidentifikasi Adel sebagai salah satu teroris yang paling dicari dan menuduhnya bersekongkol untuk membunuh warga negara AS, membunuh dan menghancurkan bangunan.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan Adel berbasis di Iran. Program Hadiah untuk Keadilan departemen itu menawarkan hingga USD10 juta untuk informasi tentang Adel, yang katanya adalah anggota "dewan kepemimpinan al Qaeda" dan mengepalai komite militer organisasi tersebut.

Situs web program tersebut mengatakan bahwa setelah pemboman Afrika, mantan letnan kolonel tentara Mesir itu pindah ke Iran tenggara, tempat dia tinggal di bawah perlindungan Korps Pengawal Revolusi Islam negara itu.

Dia dan para pemimpin Al Qaeda lainnya ditempatkan di bawah tahanan rumah pada April 2003 oleh Iran, yang membebaskannya dan empat orang lainnya sebagai ganti seorang diplomat Iran yang diculik di Yaman.

Namun dalam sebuah pesan yang diposting di Twitter pada hari Rabu, misi Iran untuk PBB membantah Adel berada di Iran.

"Perlu dicatat bahwa alamat yang disebut pemimpin al-Qaeda yang baru diangkat itu salah. Informasi yang salah ini berpotensi menghambat upaya untuk memerangi terorisme," katanya.

(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More