Minum Urine Sendiri, 2 Korban Gempa Turki Bertahan Satu Pekan di bawah Puing
Rabu, 15 Februari 2023 - 22:08 WIB
ANKARA - Dua bersaudara di kota Kahramanmaras, Turki bertahan selama lebih dari 200 jam di bawah reruntuhan gempa Turki -Suriah. Keduanya bisa bertahan hidup dengan cara memakan bubuk protein dan meminum air seni mereka sendiri.
The New York Times melaporkan, Abdulbaki Yeninar (21) dan saudara laki-lakinya, Muhammed Enes Yeninar (17), ditarik keluar dari bawah tumpukan logam dan beton bengkok dari blok apartemen mereka yang runtuh pada Selasa (14/2/2023).
Dua bersaudara itu terjebak di bawah reruntuhan setelah gempa berkekuatan 7,8 magnitudo melanda Turki dan Suriah pada 6 Februari pukul 4:17 waktu setempat.
Kakak beradik itu membagi suplemen binaraga di antara mereka sendiri dan meminum air seni mereka sendiri untuk bertahan hidup, The Times melaporkan. Sebuah publikasi berita lokal, Kantor Berita Ihlas, memfilmkan keduanya didorong ke rumah sakit dengan tandu, dengan masker oksigen terpasang.
Dilaporkan pula, keduanya berada dalam kondisi baik. "Saya sangat nyaman. Saya tahu saya akan diselamatkan. Saya hanya berdoa," kata Abdulbaki Yeninar kepada Kantor Berita Ihlas.
Ibu Yeninar bersaudara diselamatkan dari reruntuhan dua hari sebelum mereka dan dibawa ke rumah sakit di kota terdekat Kayseri, menurut Kantor Berita Ihlas.
Seorang pria Suriah dan seorang wanita muda juga diselamatkan dari puing-puing di kota Turki Antakya pada hari Selasa, CNBC melaporkan.
Para ahli memperkirakan, peluang untuk bertahan hidup bagi sebagian besar orang yang masih terperangkap di reruntuhan terbilang rendah. Orang mungkin dapat bertahan hingga seminggu, tergantung pada cedera mereka.
Orang-orang yang telah diselamatkan sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan internasional, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.
"Kebutuhan sangat besar, meningkat setiap jam," kata Hans Kluge, Direktur Organisasi Kesehatan Dunia untuk Eropa, dalam konferensi pers pada hari Selasa. "Sekitar 26 juta orang di kedua negara membutuhkan bantuan kemanusiaan," lanjutnya.
"Ada juga kekhawatiran yang berkembang atas masalah kesehatan yang muncul terkait dengan cuaca dingin, kebersihan dan sanitasi, dan penyebaran penyakit menular - dengan orang-orang yang rentan khususnya yang berisiko," tambah Kluge.
The New York Times melaporkan, Abdulbaki Yeninar (21) dan saudara laki-lakinya, Muhammed Enes Yeninar (17), ditarik keluar dari bawah tumpukan logam dan beton bengkok dari blok apartemen mereka yang runtuh pada Selasa (14/2/2023).
Dua bersaudara itu terjebak di bawah reruntuhan setelah gempa berkekuatan 7,8 magnitudo melanda Turki dan Suriah pada 6 Februari pukul 4:17 waktu setempat.
Kakak beradik itu membagi suplemen binaraga di antara mereka sendiri dan meminum air seni mereka sendiri untuk bertahan hidup, The Times melaporkan. Sebuah publikasi berita lokal, Kantor Berita Ihlas, memfilmkan keduanya didorong ke rumah sakit dengan tandu, dengan masker oksigen terpasang.
Dilaporkan pula, keduanya berada dalam kondisi baik. "Saya sangat nyaman. Saya tahu saya akan diselamatkan. Saya hanya berdoa," kata Abdulbaki Yeninar kepada Kantor Berita Ihlas.
Ibu Yeninar bersaudara diselamatkan dari reruntuhan dua hari sebelum mereka dan dibawa ke rumah sakit di kota terdekat Kayseri, menurut Kantor Berita Ihlas.
Seorang pria Suriah dan seorang wanita muda juga diselamatkan dari puing-puing di kota Turki Antakya pada hari Selasa, CNBC melaporkan.
Para ahli memperkirakan, peluang untuk bertahan hidup bagi sebagian besar orang yang masih terperangkap di reruntuhan terbilang rendah. Orang mungkin dapat bertahan hingga seminggu, tergantung pada cedera mereka.
Orang-orang yang telah diselamatkan sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan internasional, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.
"Kebutuhan sangat besar, meningkat setiap jam," kata Hans Kluge, Direktur Organisasi Kesehatan Dunia untuk Eropa, dalam konferensi pers pada hari Selasa. "Sekitar 26 juta orang di kedua negara membutuhkan bantuan kemanusiaan," lanjutnya.
"Ada juga kekhawatiran yang berkembang atas masalah kesehatan yang muncul terkait dengan cuaca dingin, kebersihan dan sanitasi, dan penyebaran penyakit menular - dengan orang-orang yang rentan khususnya yang berisiko," tambah Kluge.
(esn)
tulis komentar anda