Korut Ancam AS-Korsel: Nuklir Balas Nuklir!
Kamis, 02 Februari 2023 - 13:39 WIB
PYONGYANG - Korea Utara (Korut) mengancam memberikan respons "tit-for-tat" terhadap setiap ancaman keamanan yang datang dari Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel), termasuk menggunakan kekuatan nuklirnya.
Ancaman disampaikan Kementerian Luar Negeri Korut setelah Washington dan Seoul menggelar latihan tempur udara gabungan dengan melibatkan jet tempur siluman F-35 , F-22 Raptor, dan pesawat pengebom B-1B.
“Situasi militer dan politik di semenanjung Korea dan kawasan telah mencapai garis merah ekstrem karena manuver konfrontasi militer yang sembrono dan tindakan bermusuhan AS dan pasukan bawahannya,” kata kementerian itu melalui seorang juru bicaranya dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor berita KCNA, Kamis (2/2/2023).
Pyongyang mengecam tawaran Washington tentang apa yang disebut "pencegahan yang diperluas" pada Korea Selatan sebagai tabir asap untuk penumpukan militer yang mengubah Semenanjung Korea menjadi "medan perang besar yang lebih kritis".
"DPRK akan mengambil reaksi terberat terhadap setiap upaya militer AS, dengan prinsip 'nuklir untuk nuklir dan konfrontasi habis-habisan untuk konfrontasi habis-habisan!'" imbuh pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut.
DPRK adalah singkatan dari nama resmi Korut, Democratic People's Republic of Korea.
Ancaman Korut untuk merespons dengan senjata nuklir tak lepas juga dari pernyataan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin yang menegaskan kembali komitmen kuat Washington untuk menyediakan "payung nuklir" kepada Seoul.
Dalam editorial yang diterbitkan oleh kantor berita Yonhap, bos Pentagon itu mengungkapkan bahwa sekutu sedang memperluas cakupan dan skala latihan gabungan termasuk latihan meja berbasis skenario yang semakin kompleks yang berfokus pada ancaman nuklir. "Untuk meningkatkan interoperabilitas dan kesiapan kami untuk 'Fight Tonight’ jika perlu," katanya.
Tahun lalu, Korea Utara melakukan peluncuran rudal yang melampui rekor manuver sebelumnya, termasuk beberapa uji coba rudal balistik jarak jauh, menyebutnya sebagai tanggapan terhadap latihan perang gabungan AS-Korea Selatan yang semakin besar.
AS mempertahankan kekuatan sekitar 28.500 tentara di Korea Selatan, dan menurut Austin, hanya berkat kehadiran militer AS yang besar di semenanjung Korea, perdamaian telah dipertahankan di sana selama tujuh dekade.
Ancaman disampaikan Kementerian Luar Negeri Korut setelah Washington dan Seoul menggelar latihan tempur udara gabungan dengan melibatkan jet tempur siluman F-35 , F-22 Raptor, dan pesawat pengebom B-1B.
“Situasi militer dan politik di semenanjung Korea dan kawasan telah mencapai garis merah ekstrem karena manuver konfrontasi militer yang sembrono dan tindakan bermusuhan AS dan pasukan bawahannya,” kata kementerian itu melalui seorang juru bicaranya dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor berita KCNA, Kamis (2/2/2023).
Pyongyang mengecam tawaran Washington tentang apa yang disebut "pencegahan yang diperluas" pada Korea Selatan sebagai tabir asap untuk penumpukan militer yang mengubah Semenanjung Korea menjadi "medan perang besar yang lebih kritis".
"DPRK akan mengambil reaksi terberat terhadap setiap upaya militer AS, dengan prinsip 'nuklir untuk nuklir dan konfrontasi habis-habisan untuk konfrontasi habis-habisan!'" imbuh pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut.
DPRK adalah singkatan dari nama resmi Korut, Democratic People's Republic of Korea.
Ancaman Korut untuk merespons dengan senjata nuklir tak lepas juga dari pernyataan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin yang menegaskan kembali komitmen kuat Washington untuk menyediakan "payung nuklir" kepada Seoul.
Dalam editorial yang diterbitkan oleh kantor berita Yonhap, bos Pentagon itu mengungkapkan bahwa sekutu sedang memperluas cakupan dan skala latihan gabungan termasuk latihan meja berbasis skenario yang semakin kompleks yang berfokus pada ancaman nuklir. "Untuk meningkatkan interoperabilitas dan kesiapan kami untuk 'Fight Tonight’ jika perlu," katanya.
Tahun lalu, Korea Utara melakukan peluncuran rudal yang melampui rekor manuver sebelumnya, termasuk beberapa uji coba rudal balistik jarak jauh, menyebutnya sebagai tanggapan terhadap latihan perang gabungan AS-Korea Selatan yang semakin besar.
AS mempertahankan kekuatan sekitar 28.500 tentara di Korea Selatan, dan menurut Austin, hanya berkat kehadiran militer AS yang besar di semenanjung Korea, perdamaian telah dipertahankan di sana selama tujuh dekade.
(min)
tulis komentar anda