Usai Al-Qur'an, Taurat Hendak Dibakar di Swedia tapi Dicegah Umat Islam
Rabu, 01 Februari 2023 - 01:17 WIB
STOCKHOLM - Atas dalih kebebasan berekspresi, seorang pria Mesir yang tinggal di Swedia telah mengajukan izin ke polisi setempat untuk berdemo dengan membakar kitab suci Taurat di depan Kedutaan Israel di Stockholm. Namun, umat Islam setempat berhasil mencegahnya.
Kementerian Luar Negeri Swedia mengeklaim bahwa mereka berhasil membatalkan demonstrasi di depan Kedutaan Israel, yang seharusnya mencakup pembakaran gulungan Taurat.
Namun seorang rabi Swedia-Israel mengatakan kepada Jerusalem Post bahwa sebenarnya kepemimpinan dari komunitas muslim Swedia yang telah membantu membujuk pria Mesir itu untuk membatalkan demonstrasi provokatifnya.
Menurut media Swedia, seorang penulis Mesir yang tinggal di Swedia baru-baru ini mengajukan izin ke polisi setempat untuk demonstrasi membakar Taurat di depan Kedutaan
Israel.
Setelah rencana demo itu disiarkan radio Israel, Kementerian Luar Negeri Swedia bergegas mengeluarkan pernyataan. "Kami bertindak segera dan tegas untuk mencegah peristiwa yang mengejutkan dan memalukan itu terjadi," kata kementerian tersebut, seperti dikutip Jerusalem Post, Selasa (31/1/2023).
Apa yang Terjadi di Stockholm?
Menurut laporan media lokal, Kepolisian Stockholm sebenarnya berniat membiarkan aksi protes pria Mesir itu dilakukan karena dianggap sebagai kebebasan berekspresi. Selain
itu, sepekan sebelumnya, demonstrasi serupa terjadi di depan Kedutaan Turki, termasuk pembakaran salinan Al-Qur'an oleh politisi anti-Islam; Rasmus Paludan.
“Pembakaran gulungan Taurat dicegah berkat kepemimpinan komunitas Muslim di Swedia,” kata pemimpin komunitas Yahudi setempat, Rabi Moshe David HaCohen, kepada Jerusalem Post.
HaCohen adalah salah satu pendiri dan direktur proyek Amanah, sebuah organisasi Swedia yang mempromosikan dialog dan hubungan antar-agama minoritas, terutama Islam dan Yahudi.
Amanah didasarkan pada hubungan pribadi dan dialog yang terjalin antara Imam Salahuddin Barakat-HaCohen. HaCohen sebelumnya adalah rabi komunitas Yahudi Malmo di bagian selatan Swedia dan sekarang tinggal di Israel, tetapi mengunjungi Swedia secara teratur.
"Ketika kami mencapai situasi di mana Swedia menuntut hak atas kebebasan berekspresi [sebelum demonstrasi gulungan Taurat yang direncanakan], mereka yang bekerja di belakang layar dan mendekati penulis Mesir adalah orang-orang dari komunitas muslim di Stockholm dan juga kepemimpinan muslim, terkait dengan organisasi Amanah. Kami di Amanah telah bekerja sama dalam masalah agama dan minoritas bersama di Swedia selama lima tahun," papar HaCohen.
Dia menambahkan bahwa setelah pembakaran Al-Qur'an di luar Kedutaan Turki di Swedia, “komunitas Yahudi, bekerja sama dengan Amanah, mengeluarkan pernyataan atas nama semua komunitas Yahudi untuk mendukung komunitas muslim. Kami mengeluarkan pernyataan mengutuk keras pembakaran Al-Qur'an dan menuntut perubahan hukum, dengan membatasi hukum kebebasan berbicara.”
Dalam pernyataan bersama, komunitas Yahudi Swedia dan Amanah mengatakan; "Dengan keprihatinan mendalam kami sekali lagi menyaksikan manifestasi kebencian Islamofobia di jalan-jalan Swedia. Sekali lagi rasis dan ekstremis diperbolehkan untuk menyalahgunakan demokrasi dan kebebasan berbicara untuk menormalkan kebencian terhadap salah satu agama minoritas di Swedia, dengan membakar Al-Qur'an.”
“Orang Eropa kita yang tragis telah mengajarkan kita bahwa pembakaran buku sering menandakan dimulainya normalisasi kebencian terhadap suatu kelompok dalam masyarakat,” lanjut pernyataan itu.
“Secara historis melawan Yahudi dan saat ini melawan muslim. Tidak mengakui manifestasi kebencian ini sebagai ekspresi ancaman dan hasutan terhadap kelompok etnis merupakan pengabaian sejarah,” imbuh pernyataan tersebut.
Mereka menyimpulkan dengan mengatakan bahwa mereka ingin mengungkapkan dukungan mereka kepada Komunitas muslim Swedia dan dengan jelas menyatakan bahwa setiap tindakan dan tanda prasangka dan kebencian tidak dapat diterima.
Menurut media Swedia, DN, pria Mesir yang hendak membakar Taurat itu berusia 34 tahun, namun namanya tidak dipublikasikan.
Pri itu mengatakan kepada DN bahwa dia dibujuk umat Islam setempat untuk tidak melaksanakan rencananya atas nama perwakilan dari Liga Islam di masjid Stockholm.
"Mereka [Liga Islam] mengatakan itu bertentangan dengan Islam dan saya tidak akan mewakili Muslim ketika membakar sebuah salinan Taurat di luar kedutaan Israel," katanya.
"Tidak apa-apa—saya akan mewakili diri saya sendiri," ujarnya.
Menurut laporan DN, pria itu mengajukan permohonan izin polisi untuk mengadakan demonstrasi pada Sabtu, 28 Januari pukul 13.00 siang. Namun dia mengatakan kepada DN
pada Kamis sore bahwa dia telah memutuskan untuk menunda tindakan yang direncanakannya selama beberapa minggu.
Menurut laporan itu, dia juga didekati oleh Perdana Menteri Ulf Kristersson, yang memintanya untuk meredam aksinya.
Menurut Rabi HaCohen, pertemuan lebih lanjut dengan pria Mesir dan pimpinan muslim terjadi, melalui mediasi Amanah, di mana pria itu memutuskan untuk membatalkan seluruh niatnya untuk demo membakar Taurat.
Pria tersebut menjelaskan kepada DN bahwa dia bosan dengan uang pajaknya yang digunakan untuk melindungi Rasmus Paludan yang berulang kali membakar Al-Qur'an. Menurutnya, niatnya itu sebenarnya dimaksudkan untuk mengeklaim bahwa hukum Swedia itu munafik.
Kementerian Luar Negeri Swedia mengeklaim bahwa mereka berhasil membatalkan demonstrasi di depan Kedutaan Israel, yang seharusnya mencakup pembakaran gulungan Taurat.
Namun seorang rabi Swedia-Israel mengatakan kepada Jerusalem Post bahwa sebenarnya kepemimpinan dari komunitas muslim Swedia yang telah membantu membujuk pria Mesir itu untuk membatalkan demonstrasi provokatifnya.
Menurut media Swedia, seorang penulis Mesir yang tinggal di Swedia baru-baru ini mengajukan izin ke polisi setempat untuk demonstrasi membakar Taurat di depan Kedutaan
Israel.
Setelah rencana demo itu disiarkan radio Israel, Kementerian Luar Negeri Swedia bergegas mengeluarkan pernyataan. "Kami bertindak segera dan tegas untuk mencegah peristiwa yang mengejutkan dan memalukan itu terjadi," kata kementerian tersebut, seperti dikutip Jerusalem Post, Selasa (31/1/2023).
Apa yang Terjadi di Stockholm?
Menurut laporan media lokal, Kepolisian Stockholm sebenarnya berniat membiarkan aksi protes pria Mesir itu dilakukan karena dianggap sebagai kebebasan berekspresi. Selain
itu, sepekan sebelumnya, demonstrasi serupa terjadi di depan Kedutaan Turki, termasuk pembakaran salinan Al-Qur'an oleh politisi anti-Islam; Rasmus Paludan.
“Pembakaran gulungan Taurat dicegah berkat kepemimpinan komunitas Muslim di Swedia,” kata pemimpin komunitas Yahudi setempat, Rabi Moshe David HaCohen, kepada Jerusalem Post.
HaCohen adalah salah satu pendiri dan direktur proyek Amanah, sebuah organisasi Swedia yang mempromosikan dialog dan hubungan antar-agama minoritas, terutama Islam dan Yahudi.
Amanah didasarkan pada hubungan pribadi dan dialog yang terjalin antara Imam Salahuddin Barakat-HaCohen. HaCohen sebelumnya adalah rabi komunitas Yahudi Malmo di bagian selatan Swedia dan sekarang tinggal di Israel, tetapi mengunjungi Swedia secara teratur.
"Ketika kami mencapai situasi di mana Swedia menuntut hak atas kebebasan berekspresi [sebelum demonstrasi gulungan Taurat yang direncanakan], mereka yang bekerja di belakang layar dan mendekati penulis Mesir adalah orang-orang dari komunitas muslim di Stockholm dan juga kepemimpinan muslim, terkait dengan organisasi Amanah. Kami di Amanah telah bekerja sama dalam masalah agama dan minoritas bersama di Swedia selama lima tahun," papar HaCohen.
Dia menambahkan bahwa setelah pembakaran Al-Qur'an di luar Kedutaan Turki di Swedia, “komunitas Yahudi, bekerja sama dengan Amanah, mengeluarkan pernyataan atas nama semua komunitas Yahudi untuk mendukung komunitas muslim. Kami mengeluarkan pernyataan mengutuk keras pembakaran Al-Qur'an dan menuntut perubahan hukum, dengan membatasi hukum kebebasan berbicara.”
Dalam pernyataan bersama, komunitas Yahudi Swedia dan Amanah mengatakan; "Dengan keprihatinan mendalam kami sekali lagi menyaksikan manifestasi kebencian Islamofobia di jalan-jalan Swedia. Sekali lagi rasis dan ekstremis diperbolehkan untuk menyalahgunakan demokrasi dan kebebasan berbicara untuk menormalkan kebencian terhadap salah satu agama minoritas di Swedia, dengan membakar Al-Qur'an.”
“Orang Eropa kita yang tragis telah mengajarkan kita bahwa pembakaran buku sering menandakan dimulainya normalisasi kebencian terhadap suatu kelompok dalam masyarakat,” lanjut pernyataan itu.
“Secara historis melawan Yahudi dan saat ini melawan muslim. Tidak mengakui manifestasi kebencian ini sebagai ekspresi ancaman dan hasutan terhadap kelompok etnis merupakan pengabaian sejarah,” imbuh pernyataan tersebut.
Mereka menyimpulkan dengan mengatakan bahwa mereka ingin mengungkapkan dukungan mereka kepada Komunitas muslim Swedia dan dengan jelas menyatakan bahwa setiap tindakan dan tanda prasangka dan kebencian tidak dapat diterima.
Menurut media Swedia, DN, pria Mesir yang hendak membakar Taurat itu berusia 34 tahun, namun namanya tidak dipublikasikan.
Pri itu mengatakan kepada DN bahwa dia dibujuk umat Islam setempat untuk tidak melaksanakan rencananya atas nama perwakilan dari Liga Islam di masjid Stockholm.
"Mereka [Liga Islam] mengatakan itu bertentangan dengan Islam dan saya tidak akan mewakili Muslim ketika membakar sebuah salinan Taurat di luar kedutaan Israel," katanya.
"Tidak apa-apa—saya akan mewakili diri saya sendiri," ujarnya.
Menurut laporan DN, pria itu mengajukan permohonan izin polisi untuk mengadakan demonstrasi pada Sabtu, 28 Januari pukul 13.00 siang. Namun dia mengatakan kepada DN
pada Kamis sore bahwa dia telah memutuskan untuk menunda tindakan yang direncanakannya selama beberapa minggu.
Menurut laporan itu, dia juga didekati oleh Perdana Menteri Ulf Kristersson, yang memintanya untuk meredam aksinya.
Menurut Rabi HaCohen, pertemuan lebih lanjut dengan pria Mesir dan pimpinan muslim terjadi, melalui mediasi Amanah, di mana pria itu memutuskan untuk membatalkan seluruh niatnya untuk demo membakar Taurat.
Pria tersebut menjelaskan kepada DN bahwa dia bosan dengan uang pajaknya yang digunakan untuk melindungi Rasmus Paludan yang berulang kali membakar Al-Qur'an. Menurutnya, niatnya itu sebenarnya dimaksudkan untuk mengeklaim bahwa hukum Swedia itu munafik.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda