Erdogan Jadikan Hagia Sophia Masjid, Kelompok Israel Bakar Bendera Turki
Selasa, 14 Juli 2020 - 17:18 WIB
YERUSALEM - Sekelompok warga Israel mengibarkan bendera Yunani dan membakar bendera Turki di depan Konsulat Turki di Yerusalem pada hari Senin. Aksi bakar bendera ini sebagai protes atas langkah Presiden Recep Tayyip Erdogan yang mengubah Hagia Sophia dari museum kembali menjadi masjid.
Sembilan orang Israel yang mengatasnamakan diri sebagai "Jerusalem Initiative" memprotes langkah Turki yang mereka sebut provokatif, yakni mengubah Hagia Sophia yang dibangun oleh Kekaisaran Bizantium kembali menjadi masjid.
Jerusalem Initiative terdiri dari orang-orang Kristen dan Yahudi dan termasuk setidaknya satu orang dari tentara Israel. Demikian disampaikan ketua kelompok tersebut, Elias Zarina.
Zarina, yang berbicara kepada media pemerintah Turki; Anadolu Agency, juga meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mendukung dan melindungi orang Kristen di seluruh dunia. (Baca: Balas Turki, Yunani Ancam Jadikan Rumah Ataturk Museum Genosida )
Kelompok kecil itu tidak hanya mengibarkan bendera Yunani dan Kekaisaran Bizantium. Mereka juga menggantung spanduk dengan slogan-slogan anti-Turki di luar konsulat dan membakar bendera Turki. Aksi itu memicu polisi untuk menangkap orang-orang tersebut.
Sementara itu, kelompok Hamas Palestina menyampaikan ucapan selamat kepada Turki atas keputusannya yang mengubah Hagia Sophia kembali menjadi masjid.
"Membuka Hagia Sophia untuk salat adalah momen yang membanggakan bagi semua Muslim," kata Rafat Murra, kepala kantor pers internasional Hamas, dalam sebuah pernyataan tertulis, Selasa (14/7/2020).
Dia kemudian mengkritik dunia Arab yang dia anggap tak peduli dengan nasib Masjid al-Aqsa.
“Kami belum pernah melihat mereka khawatir tentang Masjid al-Aqsa. Kami belum melihat mereka sedih ketika Zionis menyerang Kubah Batu (Dome of the Rock). Ketika penjajah melarang azan di Masjid Al-Halil atau masjid Palestina. Mereka tidak peduli," katanya, tanpa menyadari ironi bahwa Turki sendiri menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.
Sekadar diketahui Hagia Sophia di Istanbul atau dikenal sebagai Konstantinopel selesai dibangun sebagai Katedral Kristen Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium pada tahun 537. (Baca juga: Sejarah Hagia Sophia, antara Katedral Kristen Ortodoks dan Masjid )
Pada 1204, Hagia Sophia dikonversi oleh Tentara Salib Keempat menjadi katedral Katolik Roma di bawah Kekaisaran Latin, sebelum dikembalikan lagi menjadi Katedral Ortodoks setelah pembangunan kembali Kekaisaran Bizantium pada 1261.
Pada tahun 1453, Konstantinopel yang menjadi Ibu Kota Kekaisaran Bizantium ditaklukkan oleh Kekaisaran Ottoman di bawah pimpinan Sultan Mehmed II atau dikenal sebagai Mehmed Sang Penakluk. Atas perintah Sultan Mehmed II, Hagia Sophia dikonversi menjadi masjid.
Setelah Kekaisaran Ottoman runtuh, lahir republik Turki modern yang dipimpin Mustafa Kemal Ataturk. Dia menjadikan Turki sebagai negara sekular dan pada tahun 1953, Ataturk mengubah status Hagia Sophia menjadi museum.
Jumat pekan lalu menjadi sejarah lagi ketika Erdogan mengubah bangunan kuno itu kembali menjadi masjid setelah pengadilan administrasi utama Turki mencabut atau membatalkan keputusan pemerintah Ataturk.
Sembilan orang Israel yang mengatasnamakan diri sebagai "Jerusalem Initiative" memprotes langkah Turki yang mereka sebut provokatif, yakni mengubah Hagia Sophia yang dibangun oleh Kekaisaran Bizantium kembali menjadi masjid.
Jerusalem Initiative terdiri dari orang-orang Kristen dan Yahudi dan termasuk setidaknya satu orang dari tentara Israel. Demikian disampaikan ketua kelompok tersebut, Elias Zarina.
Zarina, yang berbicara kepada media pemerintah Turki; Anadolu Agency, juga meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mendukung dan melindungi orang Kristen di seluruh dunia. (Baca: Balas Turki, Yunani Ancam Jadikan Rumah Ataturk Museum Genosida )
Kelompok kecil itu tidak hanya mengibarkan bendera Yunani dan Kekaisaran Bizantium. Mereka juga menggantung spanduk dengan slogan-slogan anti-Turki di luar konsulat dan membakar bendera Turki. Aksi itu memicu polisi untuk menangkap orang-orang tersebut.
Sementara itu, kelompok Hamas Palestina menyampaikan ucapan selamat kepada Turki atas keputusannya yang mengubah Hagia Sophia kembali menjadi masjid.
"Membuka Hagia Sophia untuk salat adalah momen yang membanggakan bagi semua Muslim," kata Rafat Murra, kepala kantor pers internasional Hamas, dalam sebuah pernyataan tertulis, Selasa (14/7/2020).
Dia kemudian mengkritik dunia Arab yang dia anggap tak peduli dengan nasib Masjid al-Aqsa.
“Kami belum pernah melihat mereka khawatir tentang Masjid al-Aqsa. Kami belum melihat mereka sedih ketika Zionis menyerang Kubah Batu (Dome of the Rock). Ketika penjajah melarang azan di Masjid Al-Halil atau masjid Palestina. Mereka tidak peduli," katanya, tanpa menyadari ironi bahwa Turki sendiri menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.
Sekadar diketahui Hagia Sophia di Istanbul atau dikenal sebagai Konstantinopel selesai dibangun sebagai Katedral Kristen Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium pada tahun 537. (Baca juga: Sejarah Hagia Sophia, antara Katedral Kristen Ortodoks dan Masjid )
Pada 1204, Hagia Sophia dikonversi oleh Tentara Salib Keempat menjadi katedral Katolik Roma di bawah Kekaisaran Latin, sebelum dikembalikan lagi menjadi Katedral Ortodoks setelah pembangunan kembali Kekaisaran Bizantium pada 1261.
Pada tahun 1453, Konstantinopel yang menjadi Ibu Kota Kekaisaran Bizantium ditaklukkan oleh Kekaisaran Ottoman di bawah pimpinan Sultan Mehmed II atau dikenal sebagai Mehmed Sang Penakluk. Atas perintah Sultan Mehmed II, Hagia Sophia dikonversi menjadi masjid.
Setelah Kekaisaran Ottoman runtuh, lahir republik Turki modern yang dipimpin Mustafa Kemal Ataturk. Dia menjadikan Turki sebagai negara sekular dan pada tahun 1953, Ataturk mengubah status Hagia Sophia menjadi museum.
Jumat pekan lalu menjadi sejarah lagi ketika Erdogan mengubah bangunan kuno itu kembali menjadi masjid setelah pengadilan administrasi utama Turki mencabut atau membatalkan keputusan pemerintah Ataturk.
(min)
tulis komentar anda