Al-Quran Dibakar dan Dirobek, Al Azhar Serukan Boikot Produk Belanda-Swedia

Kamis, 26 Januari 2023 - 06:30 WIB
Al Azhar seruka boikot produk Belanda dan Swedia setelah politisi kedua negara itu merobek dan membakar al-Quran. Foto/Kolase/Sindonews
KAIRO - Pusat studi Islam dunia, Universitas Al Azhar Mesir , menyerukan boikot produk Belanda dan Swedia di tengah kemarahan atas penodaan terhadap kitab suci al-Quran.

Ini menyusul aksi pembakaran al-Quran oleh seorang politisi ekstrimis Swedia-Denmark, Rasmus Paludan di depan Kedutaan Turki pada Sabtu pekan lalu. Aksi provokasi Paludan tersebut dilakukan dengan perlindungan polisi dan izin dari pemerintah Swedia.



Selang sehari kemudian, seorang politikus sayap kanan Belanda, dan pemimpin kelompok Islamofobia Pegida, Edwin Wagensveld, merobek halaman-halaman al-Quran di Den Haag, ibu kota administratif Belanda. Video Wagensveld di Twitter menunjukkan bahwa dia membakar halaman-halaman kitab suci yang robek itu di dalam panci.





Dalam sebuah pernyataan, Al-Azhar meminta masyarakat Arab dan Muslim “untuk memboikot semua produk Belanda dan Swedia dan untuk mengambil sikap yang kuat dan bersatu dalam mendukung al-Quran, kitab suci umat Islam, dan sebagai reaksi yang tepat terhadap pemerintah kedua negara ini, yang telah menyinggung 1,5 miliar Muslim.

“Mereka telah berlebihan dalam menjaga kejahatan kejam dan biadab yang dilakukan di bawah panji tidak manusiawi dan tidak bermoral atau apa yang mereka sebut ‘kebebasan berekspresi’,” kata Al Azhar seperti dikutip dari Anadolu, Kamis (26/1/2023).

Al Azhar juga meminta semua orang Arab dan umat Muslim untuk mematuhi seruan boikot tersebut, dan mendidik anak-anak, remaja, dan wanita tentang hal itu.

“Orang-orang yang menyimpang ini tidak akan pernah menghargai nilai agama – yang tidak mereka ketahui sama sekali – atau dihalangi kecuali mereka menghadapi kebutuhan material, moneter dan ekonomi yang menantang. Itulah satu-satunya bahasa yang mereka ketahui,” bunyi pernyataan itu.

Penodaan al-Quran telah memicu badai kecaman dari seluruh dunia Islam, termasuk Turki. Turki bahkan telah menunda tanpa batas waktu putaran baru pembicaraan dengan Swedia dan Finlandia tentang tawaran keanggotaan NATO.

Diketahui Swedia dan Finlandia membutuhkan "restu" dari Turki agar bisa menjadi anggota pakta pertahanan pimpinan Amerika Serikat (AS) itu. Pasalnya, tawaran untuk bergabung dengan NATO harus diratifikasi oleh semua anggota aliansi, di mana Turki adalah salah satu anggotanya.

(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More