Intelijen: Coba Isolasi Kuba, AS Justru Terisolasi
A
A
A
HAVANA - Agen intelijen Kuba, Rene Gonzales, mengungkap kegagalan Amerika Serikat (AS) yang mencoba mengisolasi Kuba. Menurutnya, justru kegagalan itu yang membuat AS terisolasi.
Sebab, kata Gonzales, negara-negara lain, termasuk para “musuh” AS justru menjalin hubungan erat dengan Kuba sejak negaranya diisolasi. Lantaran kegagalan itu, langkah rekonsiliasi AS dan Kuba tak terelakkan.
Gonzalez ditangkap pada tahun 1998 dengan empat agen intelijen lain yang masuk dalam “Jaringan Tawon”. Jaringan intelijen itu diam-diam digunakan Kuba di Miami, AS, untuk memata-matai komunitas expatriat (warga Kuba yang lari ke AS). (Baca: Putus Setengah Abad, AS Pulihkan Hubungan dengan Kuba)
Setelah menghabiskan 13 tahun di balik jeruji besi atas tuduhan spionase, Gonzales dibebaskan pada tahun 2011. Dia kini telah bersatu kembali dengan para agen intelijen lain. Dia bebas melalui proses pertukaran tahanan intelijen AS Alan Gross, dan seorang mata-mata lain yang tidak bisa disebutkan namanya.
”Saya menemukan kembali semangat dan kebahagiaan,” kata Gonzalez dalam wawancaranya dengan Russia Today, semalam. Dalam wawancara itu, Gonzales menolak membeberkan soal pertukaran tahanan intelijen itu.
”Dalam hal sikapnya terhadap Kuba, Amerika Serikat secara bertahap menemukan dirinya dalam isolasi, sedangkan tujuan mereka adalah untuk mengisolasi Kuba,” ungkap Gonzalez.
Menurutnya, tidak hanya masyarakat dunia yang berubah sikapnya terhadap Kuba dan menuntut perubahan kebijakan serupa dari Washington. Tapi, kalangan pebisnis di AS sendiri juga menuntut hal serupa kepada pemerintah AS karena tidak mau ketinggalan dengan pesaing mereka yang menjalin bisnis dengan Kuba.
“Mereka melihat pesaing ekonomi mereka semakin konvergen dengan Kuba, sementara mereka (pebisnis AS) tidak bisa melakukan itu,” kata Gonzales.
Sebab, kata Gonzales, negara-negara lain, termasuk para “musuh” AS justru menjalin hubungan erat dengan Kuba sejak negaranya diisolasi. Lantaran kegagalan itu, langkah rekonsiliasi AS dan Kuba tak terelakkan.
Gonzalez ditangkap pada tahun 1998 dengan empat agen intelijen lain yang masuk dalam “Jaringan Tawon”. Jaringan intelijen itu diam-diam digunakan Kuba di Miami, AS, untuk memata-matai komunitas expatriat (warga Kuba yang lari ke AS). (Baca: Putus Setengah Abad, AS Pulihkan Hubungan dengan Kuba)
Setelah menghabiskan 13 tahun di balik jeruji besi atas tuduhan spionase, Gonzales dibebaskan pada tahun 2011. Dia kini telah bersatu kembali dengan para agen intelijen lain. Dia bebas melalui proses pertukaran tahanan intelijen AS Alan Gross, dan seorang mata-mata lain yang tidak bisa disebutkan namanya.
”Saya menemukan kembali semangat dan kebahagiaan,” kata Gonzalez dalam wawancaranya dengan Russia Today, semalam. Dalam wawancara itu, Gonzales menolak membeberkan soal pertukaran tahanan intelijen itu.
”Dalam hal sikapnya terhadap Kuba, Amerika Serikat secara bertahap menemukan dirinya dalam isolasi, sedangkan tujuan mereka adalah untuk mengisolasi Kuba,” ungkap Gonzalez.
Menurutnya, tidak hanya masyarakat dunia yang berubah sikapnya terhadap Kuba dan menuntut perubahan kebijakan serupa dari Washington. Tapi, kalangan pebisnis di AS sendiri juga menuntut hal serupa kepada pemerintah AS karena tidak mau ketinggalan dengan pesaing mereka yang menjalin bisnis dengan Kuba.
“Mereka melihat pesaing ekonomi mereka semakin konvergen dengan Kuba, sementara mereka (pebisnis AS) tidak bisa melakukan itu,” kata Gonzales.
(mas)