Perancis & Inggris siap persenjatai pemberontak Suriah
A
A
A
Sindonews.com - Perancis dan Inggris mengaku siap untuk mempersenjatai pemberontak Suriah, bahkan meski tanpa dukungan bulat Uni Eropa (UE). Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Perancis, Laurent Fabius, Kamis (14/3/2013), seperti dikutip dari Telegraph.co.uk.
Fabius mengatakan, rezim Presiden Bashar al-Assad menerima senjata dari Iran dan Rusia. "Suplai senjata ini membuat rezim Presiden Assad unggul dari segi persenjataan dibanding kaum pemberontak. Perancis dan Inggris akan meminta Eropa untuk mencabut embargo, sehingga pejuang oposisi memiliki kemungkinan membela diri," kata Fabius.
“Paris dan London akan bergerak pada pertemuan Uni Eropa berikutnya soal embargo senjata Suriah dan akan memutuskan untuk mempersenjatai para pemberontak, jika 27 anggota UE tidak memberikan kesepakatan bulat,” lanjutnya.
"Kami tidak bisa menerima ketidakseimbangan saat ini, di mana Iran dan Rusia memasok senjata kepada pasukan Assad. Sementara di satu sisi, oposisi tidak mampu mempertahankan diri," kata Fabius. "Mencabut embargo senjata adalah satu-satunya cara memindahkan barang pada tingkat politik," kata Fabius.
Seorang pejabat Perancis yang tak disebutkan namanya mengatakan, Pemerintah Perancis sedang mempertimbangkan untuk menyediakan rudal darat ke udara bagi kaum pemberontak untuk membalas serangan udara yang kerap dilakukan pasukan Pemerintah Suriah.
Perdana Menteri Inggris, David Cameron mengatakan, bahwa Inggris akan mempertimbangkan mengabaikan larangan senjata Uni Eropa dan memasok senjata kepada pemberontak Suriah, jika itu akan membantu menggulingkan Assad.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan, bahwa mempersenjatai oposisi telah melanggar hukum internasional. Tapi, Fabius menolak pernyataan ini. Ia mengatakan, bahwa seseorang tidak bisa mengambil jalan lain untuk argumen hukum.
Fabius mengatakan, rezim Presiden Bashar al-Assad menerima senjata dari Iran dan Rusia. "Suplai senjata ini membuat rezim Presiden Assad unggul dari segi persenjataan dibanding kaum pemberontak. Perancis dan Inggris akan meminta Eropa untuk mencabut embargo, sehingga pejuang oposisi memiliki kemungkinan membela diri," kata Fabius.
“Paris dan London akan bergerak pada pertemuan Uni Eropa berikutnya soal embargo senjata Suriah dan akan memutuskan untuk mempersenjatai para pemberontak, jika 27 anggota UE tidak memberikan kesepakatan bulat,” lanjutnya.
"Kami tidak bisa menerima ketidakseimbangan saat ini, di mana Iran dan Rusia memasok senjata kepada pasukan Assad. Sementara di satu sisi, oposisi tidak mampu mempertahankan diri," kata Fabius. "Mencabut embargo senjata adalah satu-satunya cara memindahkan barang pada tingkat politik," kata Fabius.
Seorang pejabat Perancis yang tak disebutkan namanya mengatakan, Pemerintah Perancis sedang mempertimbangkan untuk menyediakan rudal darat ke udara bagi kaum pemberontak untuk membalas serangan udara yang kerap dilakukan pasukan Pemerintah Suriah.
Perdana Menteri Inggris, David Cameron mengatakan, bahwa Inggris akan mempertimbangkan mengabaikan larangan senjata Uni Eropa dan memasok senjata kepada pemberontak Suriah, jika itu akan membantu menggulingkan Assad.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan, bahwa mempersenjatai oposisi telah melanggar hukum internasional. Tapi, Fabius menolak pernyataan ini. Ia mengatakan, bahwa seseorang tidak bisa mengambil jalan lain untuk argumen hukum.
(esn)