Operasi militer di Mali dongkrak popularitas Hollande
A
A
A
Sindonews.com – Keputusan Presiden Perancis Francois Hollande untuk melakukan intervensi militer di Mali telah mendongkrak popularitasnya. Menurut sebuah jajak pendapat CSA yang dilakukan untuk harian Les Echos, nilai positif Hollande tercatat sebesar 38 persen, naik tiga poin dari bulan sebelumnya.
Diyakini, kenaikan ini adalah efek langsung dari keputusan presiden dari intervensi militer di Mali. Namun, ahli jajak pendapat mencatat, bahwa peningkatan rating Hollande ini tidak bisa benar-benar dianggap sebagai titik balik. Sebab, peningkatan poin yang diraih pada Februari ini tetap berada satu poin di bawah angka 39 persen, seperti yang diraihnya pada Desember 2012.
Hollande yang tidak terlalu dikenal di luar Perancis dan dianggap lemah dalam manfaat politik, pada 11 Januari silam memberi lampu hijau bagi militer Perancis untuk campur tangan dalam konflik di Mali. Hollande mengirim pasukan darat dan serangan udara, satu hari setelah Presiden Mali Dioncounda Traore meminta bantuan untuk merebut kendali wilayah utara Mali yang diduduki oleh militan Islam.
Intervensi militer Perancis ini didukung oleh sejumlah negara Barat. Dunia internasional mengkhawatirkan wilayah utara Mali yang sudah diduduki kaum pemberontak selama lebih dari 9 bulan, akan menjadi tempat berkembangnya sel-sel terorisme dan bisa membahayakan keamanan kawasan itu.
Diyakini, kenaikan ini adalah efek langsung dari keputusan presiden dari intervensi militer di Mali. Namun, ahli jajak pendapat mencatat, bahwa peningkatan rating Hollande ini tidak bisa benar-benar dianggap sebagai titik balik. Sebab, peningkatan poin yang diraih pada Februari ini tetap berada satu poin di bawah angka 39 persen, seperti yang diraihnya pada Desember 2012.
Hollande yang tidak terlalu dikenal di luar Perancis dan dianggap lemah dalam manfaat politik, pada 11 Januari silam memberi lampu hijau bagi militer Perancis untuk campur tangan dalam konflik di Mali. Hollande mengirim pasukan darat dan serangan udara, satu hari setelah Presiden Mali Dioncounda Traore meminta bantuan untuk merebut kendali wilayah utara Mali yang diduduki oleh militan Islam.
Intervensi militer Perancis ini didukung oleh sejumlah negara Barat. Dunia internasional mengkhawatirkan wilayah utara Mali yang sudah diduduki kaum pemberontak selama lebih dari 9 bulan, akan menjadi tempat berkembangnya sel-sel terorisme dan bisa membahayakan keamanan kawasan itu.
(esn)