Pangeran Harry mengaku bunuh Taliban
A
A
A
Sindonews.com - Tugas Pangeran Harry sebagai salah satu anggota pasukan tempur Kerajaan Inggris di Afghanistan usai dan dia telah kembali London dalam kondisi selamat dan sehat pada Senin (21/1)setelah menjalani misi selama 20 pekan.
Selama berada di Afghanistan, putra kedua Pangeran Charles itu mengaku mengalami banyak hal, termasuk berhasil menewaskan gerilyawan Taliban dalam tugasnya sebagai pilot di helikopter serang Apache.
Dalam sebuah wawancara dengan Press Association Inggris, Harry memaparkan,Taliban disingkirkan dari permainan dan menceritakan bagaimana kehidupannya selama 20 pekan di markas Camp Bastion di Provinsi Helmand, Afghanistan, di mana dia tidur di sebuah tenda dan kontainer.
“Yah, banyak orang yang melakukannya (membunuh Taliban). Skuadron kami berada di sana. Semua orang menembaki banyak,” ujar Harry, seperti dikutip AFP. “Cabut nyawa untuk selamatkan nyawa. Itulah yang kami lakukan, saya kira. Kalau ada orang yang berusaha melakukan sesuatu yang buruk kepada teman-teman kami, maka kami akan singkirkan mereka dari permainan."
Harry mendukung pasukan sekutu dalam melawan Taliban dalam jarak dekat dan mendampingi helikopter Inggris dan Amerika Serikat (AS) dalam misi mengevakuasi korban tewas. Sebagai kopilot Apache, Harry bertugas menangani sistem senjata di kokpit yang diawaki dua orang itu, menembakkan rudal Hellfire, roket, dan senapan 30 milimeter.
“Itu menyenangkan bagi saya karena saya adalah salah satu orang yang suka bermain PlayStation dan Xbox, dengan jempol saya,saya berpikir saya mungkin sedikit berguna,” ujar pria berusia 28 tahun ini.
Adik Pangeran William ini bertugas di Skuadron 662, Rezimen 3 Korps Angkatan Udara yang berkekuatan 130 personel. Menurut dia, kehidupan di Camp Bastion itu normal seperti biasa, meski sang Pangeran mengaku sempat frustrasi akibat kerlingan mata para tentara lain yang belum pernah dia temui sebelumnya. “Saya ke dapur dan semua orang melongo, dan itu satu-satunya yang saya tidak sukai,” papar dia.
Markasnya pun diserang tepat pada hari ulang tahunnya yang ke-28 pada September lalu, tapi tidak jelas apakah Harry adalah targetnya. Taliban pernah mengatakan akan melakukan apa pun untuk menculik atau membunuh Harry dan seorang pemimpin perang gerilyawan Afghanistan menyebutnya sebagai “berandalan” mabuk yang membunuh warga yang tidak berdosa.
Selama berada di Afghanistan, putra kedua Pangeran Charles itu mengaku mengalami banyak hal, termasuk berhasil menewaskan gerilyawan Taliban dalam tugasnya sebagai pilot di helikopter serang Apache.
Dalam sebuah wawancara dengan Press Association Inggris, Harry memaparkan,Taliban disingkirkan dari permainan dan menceritakan bagaimana kehidupannya selama 20 pekan di markas Camp Bastion di Provinsi Helmand, Afghanistan, di mana dia tidur di sebuah tenda dan kontainer.
“Yah, banyak orang yang melakukannya (membunuh Taliban). Skuadron kami berada di sana. Semua orang menembaki banyak,” ujar Harry, seperti dikutip AFP. “Cabut nyawa untuk selamatkan nyawa. Itulah yang kami lakukan, saya kira. Kalau ada orang yang berusaha melakukan sesuatu yang buruk kepada teman-teman kami, maka kami akan singkirkan mereka dari permainan."
Harry mendukung pasukan sekutu dalam melawan Taliban dalam jarak dekat dan mendampingi helikopter Inggris dan Amerika Serikat (AS) dalam misi mengevakuasi korban tewas. Sebagai kopilot Apache, Harry bertugas menangani sistem senjata di kokpit yang diawaki dua orang itu, menembakkan rudal Hellfire, roket, dan senapan 30 milimeter.
“Itu menyenangkan bagi saya karena saya adalah salah satu orang yang suka bermain PlayStation dan Xbox, dengan jempol saya,saya berpikir saya mungkin sedikit berguna,” ujar pria berusia 28 tahun ini.
Adik Pangeran William ini bertugas di Skuadron 662, Rezimen 3 Korps Angkatan Udara yang berkekuatan 130 personel. Menurut dia, kehidupan di Camp Bastion itu normal seperti biasa, meski sang Pangeran mengaku sempat frustrasi akibat kerlingan mata para tentara lain yang belum pernah dia temui sebelumnya. “Saya ke dapur dan semua orang melongo, dan itu satu-satunya yang saya tidak sukai,” papar dia.
Markasnya pun diserang tepat pada hari ulang tahunnya yang ke-28 pada September lalu, tapi tidak jelas apakah Harry adalah targetnya. Taliban pernah mengatakan akan melakukan apa pun untuk menculik atau membunuh Harry dan seorang pemimpin perang gerilyawan Afghanistan menyebutnya sebagai “berandalan” mabuk yang membunuh warga yang tidak berdosa.
(esn)