Gara-gara Lockdown Corona, Dunia Krisis Kondom
A
A
A
KUALA LUMPUR - Lockdown yang diberlakukan di Malaysia untuk menghambat penyebaran virus corona baru, COVID-19, menyebabkan dunia dilanda krisis atau kekurangan kondom.
Produsen alat kontrasepsi terbesar di dunia adalah Karex Berhad yang berbasis di Malaysia. Lockdown telah memaksa perusahaan itu menghentikan produksinya.
Sekadar diketahui, Karex Berhad (KARE.KL) memproduksi satu dari setiap lima kondom global. Perusahaan itu belum menghasilkan satu kondom pun dari tiga pabriknya di Malaysia selama lebih dari seminggu karena terpengaruh dampak lockdown yang diberlakukan pemerintah.
Berhentinya produksi membuat dunia saat ini kekurangan 100 juta alat kontrasepsi tersebut. Biasanya, produk perusahaan Malaysia itu dipasarkan secara internasional oleh merek-merek top seperti Durex.
Selain itu juga dipasok ke sistem perawatan kesehatan berbagai negara seperti NHS (Layanan Kesehatan Nasional) Inggris atau pun didistribusikan oleh program bantuan internasional seperti UN Population Fund (Dana Populasi PBB).
Perusahaan diberi izin untuk memulai kembali produksi pada hari Jumat, tetapi dengan hanya 50 persen dari tenaga kerjanya, di bawah pengecualian khusus untuk industri kritis.
"Ini akan memakan waktu untuk memulai pabrik dan kami akan berjuang untuk memenuhi permintaan dengan kapasitas setengahnya," kata Kepala Eksekutif Karex Berhad, Goh Miah Kiat, kepada Reuters, yang dikutip Sabtu (28/3/2020). (Baca juga: Kasus COVID-19 AS Terbanyak Sedunia, Hillary Sindir 'America First' Trump )
"Kita akan melihat kekurangan global kondom di mana-mana, yang akan menakutkan," katanya lagi. “Kekhawatiran saya adalah bahwa untuk banyak program kemanusiaan di Afrika, kekurangannya bukan hanya dua minggu atau sebulan. Kekurangan ini bisa berlangsung berbulan-bulan."
Malaysia adalah negara yang terkena dampak terburuk COVID-19 di Asia Tenggara, dengan memiliki 2.161 kasus infeksi dan 26 kematian. Lockdown nasional di negara itu berlaku hingga 14 April.
Negara-negara penghasil kondom utama lainnya adalah China—tempat virus corona COVID-19 pertama kali muncul—, India dan Thailand.
Pembuat barang-barang penting lainnya seperti sarung tangan medis juga menghadapi masalah dalam operasi mereka di Malaysia.
Dalam komentar melalui email, juru bicara Durex mengatakan operasi terus berjalan seperti biasa dan perusahaan tidak mengalami kekurangan pasokan. "Bagi konsumen kami, banyak di antaranya tidak dapat mengakses toko, toko online Durex kami tetap terbuka untuk bisnis."
"Hal yang baik adalah bahwa permintaan kondom masih sangat kuat karena suka atau tidak, itu masih penting untuk dimiliki," kata Goh. “Mengingat bahwa pada saat ini orang mungkin tidak berencana untuk memiliki anak. Ini bukan waktunya, dengan begitu banyak ketidakpastian."
Produsen alat kontrasepsi terbesar di dunia adalah Karex Berhad yang berbasis di Malaysia. Lockdown telah memaksa perusahaan itu menghentikan produksinya.
Sekadar diketahui, Karex Berhad (KARE.KL) memproduksi satu dari setiap lima kondom global. Perusahaan itu belum menghasilkan satu kondom pun dari tiga pabriknya di Malaysia selama lebih dari seminggu karena terpengaruh dampak lockdown yang diberlakukan pemerintah.
Berhentinya produksi membuat dunia saat ini kekurangan 100 juta alat kontrasepsi tersebut. Biasanya, produk perusahaan Malaysia itu dipasarkan secara internasional oleh merek-merek top seperti Durex.
Selain itu juga dipasok ke sistem perawatan kesehatan berbagai negara seperti NHS (Layanan Kesehatan Nasional) Inggris atau pun didistribusikan oleh program bantuan internasional seperti UN Population Fund (Dana Populasi PBB).
Perusahaan diberi izin untuk memulai kembali produksi pada hari Jumat, tetapi dengan hanya 50 persen dari tenaga kerjanya, di bawah pengecualian khusus untuk industri kritis.
"Ini akan memakan waktu untuk memulai pabrik dan kami akan berjuang untuk memenuhi permintaan dengan kapasitas setengahnya," kata Kepala Eksekutif Karex Berhad, Goh Miah Kiat, kepada Reuters, yang dikutip Sabtu (28/3/2020). (Baca juga: Kasus COVID-19 AS Terbanyak Sedunia, Hillary Sindir 'America First' Trump )
"Kita akan melihat kekurangan global kondom di mana-mana, yang akan menakutkan," katanya lagi. “Kekhawatiran saya adalah bahwa untuk banyak program kemanusiaan di Afrika, kekurangannya bukan hanya dua minggu atau sebulan. Kekurangan ini bisa berlangsung berbulan-bulan."
Malaysia adalah negara yang terkena dampak terburuk COVID-19 di Asia Tenggara, dengan memiliki 2.161 kasus infeksi dan 26 kematian. Lockdown nasional di negara itu berlaku hingga 14 April.
Negara-negara penghasil kondom utama lainnya adalah China—tempat virus corona COVID-19 pertama kali muncul—, India dan Thailand.
Pembuat barang-barang penting lainnya seperti sarung tangan medis juga menghadapi masalah dalam operasi mereka di Malaysia.
Dalam komentar melalui email, juru bicara Durex mengatakan operasi terus berjalan seperti biasa dan perusahaan tidak mengalami kekurangan pasokan. "Bagi konsumen kami, banyak di antaranya tidak dapat mengakses toko, toko online Durex kami tetap terbuka untuk bisnis."
"Hal yang baik adalah bahwa permintaan kondom masih sangat kuat karena suka atau tidak, itu masih penting untuk dimiliki," kata Goh. “Mengingat bahwa pada saat ini orang mungkin tidak berencana untuk memiliki anak. Ini bukan waktunya, dengan begitu banyak ketidakpastian."
(mas)