Kapal Perang AS Tembakkan Rudal di Laut China Selatan
A
A
A
JAKARTA - Sebuah kapal perang dari Armada ke-7 Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) menembakkan rudal di Laut China Selatan. Militer Washington berdalih manuver misil itu sebagai latihan tembak, namun para pakar menafsirkannya sebagai pesan kuat untuk China.
Armada ke-7 mengumumkan di halaman Facebook-nya tentang manuver misil yang berlangsung hari Senin kemarin. "Kapal perusak kelas Arleigh Burke, USS Barry-BDG 52, meluncurkan rudal dan melakukan operasi pusat informasi tempur untuk mendukung keamanan dan stabilitas di Indo-Pasifik," bunyi pengumuman Armada ke-7, yang dikutip SINDOnews.com, Selasa (24/3/2020).
Legislator Partai Progresif Demokratik (DPP) Taiwan, Wang Ting-yu, menganggap manuver Amerika tersebut sebagai aksi serius. Menurutnya, peluncuran rudal oleh Angkatan Laut AS belum pernah terjadi sebelumnya di kawasan tersebut.
"Taiwan harus terus mengawasi dengan cermat, dan memperhatikan," kata Wang.
United Daily News mengutip sarjana studi strategis Lin Ying-yu mengatakan bahwa Taiwan sekarang harus memerhatikan kemungkinan respons Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China di Selat Taiwan.
Komentar Lin, seorang asisten profesor di Institute of Strategic and International Affairs di National Chung Cheng University, merujuk pada teks China kuno "The Art of War" dan strategi "Besiege Wei to rescue Zhao". Dia berekspektasi bahwa China akan memberi respons di Selat Taiwan, Laut China Timur atau pun Laut Kuning.
Su Tzu-yun, pakar di Institute for National Defense and Security Research (INDSR) sependapat bahwa manuver senjata jarak menengah di Laut China Selatan adalah langkah yang signifikan, dan itu mengirimkan pesan bahwa bahkan di tengah-tengah dari pandemi virus corona baru, COVID-19, AS berkomitmen untuk membela sekutu di Indo-Pasifik.
Su menunjukkan bahwa bahkan pada puncak pandemi COVID-19 di China, PLA masih berhasil mengirim pesawat militer untuk misi provokatif di sekitar Taiwan.
"Latihan tembakan langsung, contoh 'penyebaran ke depan' menyampaikan pesan bahwa bahkan jika Amerika Serikat mengalami wabah, Komando Indo-Pasifik masih siap untuk menanggapi situasi apa pun," kata Su.
Armada ke-7 mengumumkan di halaman Facebook-nya tentang manuver misil yang berlangsung hari Senin kemarin. "Kapal perusak kelas Arleigh Burke, USS Barry-BDG 52, meluncurkan rudal dan melakukan operasi pusat informasi tempur untuk mendukung keamanan dan stabilitas di Indo-Pasifik," bunyi pengumuman Armada ke-7, yang dikutip SINDOnews.com, Selasa (24/3/2020).
Legislator Partai Progresif Demokratik (DPP) Taiwan, Wang Ting-yu, menganggap manuver Amerika tersebut sebagai aksi serius. Menurutnya, peluncuran rudal oleh Angkatan Laut AS belum pernah terjadi sebelumnya di kawasan tersebut.
"Taiwan harus terus mengawasi dengan cermat, dan memperhatikan," kata Wang.
United Daily News mengutip sarjana studi strategis Lin Ying-yu mengatakan bahwa Taiwan sekarang harus memerhatikan kemungkinan respons Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China di Selat Taiwan.
Komentar Lin, seorang asisten profesor di Institute of Strategic and International Affairs di National Chung Cheng University, merujuk pada teks China kuno "The Art of War" dan strategi "Besiege Wei to rescue Zhao". Dia berekspektasi bahwa China akan memberi respons di Selat Taiwan, Laut China Timur atau pun Laut Kuning.
Su Tzu-yun, pakar di Institute for National Defense and Security Research (INDSR) sependapat bahwa manuver senjata jarak menengah di Laut China Selatan adalah langkah yang signifikan, dan itu mengirimkan pesan bahwa bahkan di tengah-tengah dari pandemi virus corona baru, COVID-19, AS berkomitmen untuk membela sekutu di Indo-Pasifik.
Su menunjukkan bahwa bahkan pada puncak pandemi COVID-19 di China, PLA masih berhasil mengirim pesawat militer untuk misi provokatif di sekitar Taiwan.
"Latihan tembakan langsung, contoh 'penyebaran ke depan' menyampaikan pesan bahwa bahkan jika Amerika Serikat mengalami wabah, Komando Indo-Pasifik masih siap untuk menanggapi situasi apa pun," kata Su.
(mas)