AS Tak Terima Militernya Dituduh China Pembawa Virus Corona ke Wuhan

Sabtu, 14 Maret 2020 - 06:10 WIB
AS Tak Terima Militernya...
AS Tak Terima Militernya Dituduh China Pembawa Virus Corona ke Wuhan
A A A
WASHINGTON - Pemerintah Amerika Serikat (AS) tidak terima dengan tuduhan diplomat China bahwa militer Washington kemungkinan yang membawa virus corona baru, COVID-19 , ke Wuhan dan mewabah hingga menyebar ke seluruh dunia.

Departemen Luar Negeri Amerika telah memanggil Duta Besar China untuk Amerika Serikat, Cui Tiangkai, pada hari Jumat untuk memprotes tuduhan tersebut. Para pejabat kedua negara dalam beberapa hari terakhir terlibat perang kata-kata terkait asal-usul virus dan transparansi data korban di kedua negara.

komentar dari seorang diplomat Beijing yang menyarankan militer AS mungkin telah membawa virus corona ke Wuhan, karena ketegangan antara dua kekuatan global atas wabah semakin meningkat.

David Stillwell, diplomat top AS untuk Asia Timur, telah menyampaikan protes kepada Duta Besar China Cui Tiankai. Hal itu disampaikan seorang pejabat Departemen Luar Negeri Amerika yang berbicara dengan syarat anonim, sebagaimana dikutip Reuters, Sabtu (14/3/2020).

Pejabat itu mengatakan China berusaha untuk menangkis kritik tentang perannya dalam memulai pandemi global dan tidak memberi tahu dunia. (Baca: Jubir Kemlu China Curiga Militer AS Bawa Virus Corona ke Wuhan )

"Menyebarkan teori konspirasi itu berbahaya dan konyol. Kami ingin memberi tahu pemerintah (China) bahwa kami tidak akan menoleransinya demi kebaikan rakyat China dan dunia," kata pejabat tersebut.

Kedutaan Besar China di AS tidak menanggapi permintaan komentar yang diajukan wartawan.

Ketegangan kedua negara seputar krisis COVID-19 memanas ketika juru bicara (jubir) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China, Zhao Lijian, curiga bahwa militer Amerika Serikat yang telah membawa virus corona baru ke kota Wuhan hingga akhirnya menyebar ke seluruh dunia.

Komentar Zhao sebenarnya juga sebagai respons atas komentar para pejabat Amerika yang menuduh Beijing lamban bereaksi terhadap COVID-19 dan dianggap tidak cukup transparan. Virus itu pertama kali terdeteksi di Wuhan akhir Desember 2019.

Pada hari Rabu, Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O'Brien mengatakan kecepatan reaksi China terhadap kemunculan virus corona baru telah menelan biaya dua bulan bagi dunia ketika negara itu mampu bersiap-siap untuk menghadapi wabah.

Dalam sebuah tweet dengan kata-kata yang keras, yang ditulis dalam bahasa Inggris di akun Twitter-nya yang terverifikasi, Zhao mengatakan bahwa Amerika Serikat-lah yang kurang transparan.

“Kapan pasien nol dimulai di AS? Berapa banyak orang yang terinfeksi? Apa nama rumah sakitnya? Mungkin tentara AS yang membawa epidemi ke Wuhan. Jadi transparanlah! Jadikan untuk publik data Anda! AS berutang penjelasan!," tulis Zhao.

Sementara itu, di tengah-tengah ketegangan kedua negara, Presiden AS Donald Trump memilih memuji Beijing karena telah berbagi data.

Ditanya wartawan dalam konferensi pers Rose Garden Gedung Putih tentang "narasi aneh" yang disampaikan oleh beberapa pejabat China, Trump menepis kekhawatiran dengan mengatakan bahwa dia telah membaca satu artikel tentang masalah ini, tetapi dia tidak berpikir itu mewakili diskusinya dengan Presiden China Xi Jinping.

Trump, yang dalam pidato nasional pekan ini menyebut wabah itu sebagai "virus asing" yang dimulai di China. "Mereka tahu dari mana asalnya, kita semua tahu dari mana asalnya," katanya.

Data yang dikutip SINDOnews.com dari situs pelaporan online worldometers.info menunjukkan hingga pagi ini (14/3/2020) ada 145.337 kasus COVID-19 secara global dengan jumlah orang yang meninggal mencapai 5.416 dan jumlah pasien yang disembuhkan sebanyak 70.921 orang.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1500 seconds (0.1#10.140)