Wabah Virus Corona Mulai Terasa, Warga Singapura Panik

Rabu, 12 Februari 2020 - 06:03 WIB
Wabah Virus Corona Mulai Terasa, Warga Singapura Panik
Wabah Virus Corona Mulai Terasa, Warga Singapura Panik
A A A
SINGAPURA - Kepanikan akibat wabah virus corona mulai terasa di Singapura. Selain hubungan antar warga kian merenggang, toko, sekolah, bisnis, event, pertunjukan, penerbangan, dan pariwisata pun mengalami penutupan parsial. Bahkan, sebagian ditutup total demi menghindari terpapar virus mematikan tersebut.

Suasana di Singapura saat ini mendekati masa genting saat virus H1N1 mewabah. Bahkan, saking khawatirnya, warga memborong tisu toilet, beras, dan mi instan sebagai persiapan perbekalan.

Kondisi ini terjadi karena jumlah pasien pneumonia akibat virus corona di Negeri Singa tersebut menunjukkan tren peningkatan. Seperti dilansir CNA , jumlah pasien sudah mencapai 47 orang, dua di antaranya terinfeksi kemarin. Satu pasien adalah salah satu dari 92 warga Singapura yang dipulangkan dari Wuhan, Provinsi Hubei, China pada 30 Januari dan satu lagi petugas Certis Cisco yang mengarantina pasien terinfeksi. (Baca: Pakar Perkirakan Wabah Virus Corona Akan Berakhir Pada April di China)

Sampai berita ini diturunkan, otoritas terkait Singapura telah melakukan uji coba laboratorium terhadap 620 tersangka virus corona. Hasilnya, 581 negatif dan 39 pending. Singapura juga masih mengisolasi 896 tersangka lainnya. Secara total, virus itu menewaskan 1.018 orang dan menginfeksi 43.144 orang di daratan utama China.

Negeri jiran ini sebelumnya telah menaikkan kewaspadaan penyakit menular ketingkat oranye pada 7 Februari, satu tingkat mendekati situasi darurat. Menyusul status tersebut, pemerintah Singapura secara resmi melarang sekolah melakukan aktivitas di luar ruangan, seperti permainan tradisional, kemping, dan wisata sambil belajar sampai pengumuman lebih lanjut.

“Saya mengerti bahwa warga Singapura resah, cemas, dan kita semua tidak banyak tahu tentang virus corona yang menimbulkan pneumonia ini,” kata Menteri Kesehatan Singapura Gan Kim Yong. “Kami akan melakukan yang terbaik untuk mengatasi wabah ini dan menjaga warga Singapura tetap aman,” tambah Kim Yong.

Kendati pemerintah sudah meyakinkan warganya, kekhawatiran tetap saja mengemuka. Sedikitnya dua grup ritel vital di Singapura memperpendek jam kerja atau melakukan penutupan sementara. Pusat perbelanjaan OG kini tutup lebih awal dari pukul 21.30 menjadi pukul 20.30, sedangkan ritel Honestbee menutup seluruh grosir.

Sejak Singapura menaikkan kewaspadaan penyakit menular ke tingkat kuning pada 5 Februari, pusat perbelanjaan di Singapura mengalami penurunan pengunjung dan bisnis. Toko-toko menjadi sangat sepi di atas pukul 19.00. Bahkan, mal-mal di People’s Park mengalami penurunan terburuk lalu lintas walk in.

BHG Holdings juga mengalami penurunan penjualan. Transaksi di seluruh gerainya anjlok sekitar 40-50% sejak kasus virus corona pertama muncul pada 23 Januari. Toko grosir Habitat milik Honestbee juga terdampak. Jumlah pengunjung berkurang sekitar 60%, paling kentara selama makan malam pada hari kerja.

Para event organizer juga terpaksa harus membatalkan acara dalam skala besar yang tidak esensial. Layanan panti jompo, anak-anak, dan bakti sosial lainnya juga membatasi jumlah pengunjung harian. Hingga kini, beberapa perusahaan melarang karyawannya ke kantor dan hanya boleh bekerja dari rumah.

Sebelumnya, pameran industri penerbangan Singapura Air Show juga ditinggalkan 70 exhibitor, termasuk Bombardier, Gulfstream, Textron, dan Lockheed Martin. Meski demikian, acara tersebut akan tetap digelar.

Maskapai penerbangan Singapura juga terdampak. Singapore Airlines dan Silk Air ter paksa menutup penerbangan menuju kota penting China seperti Beijing, Shanghai, Guangzhou, Shenzhen, Xiamen, Chengdu, dan Chongqing, setelah penawaran turun sangat drastis. Penutupan itu berlaku sampai 29 Maret.

Dengan kondisi ini, ekonomi Singapura terdampak, terutama sektor pariwisata yang sangat bergantung terhadap China. Angka total kunjungan diprediksi turun 25-30%. Singapura rata-rata juga kehilangan kunjungan wisman sebanyak 18.000-20.000 perhari, mayoritas dari China akibat adanya larangan bepergian dua arah.

Hal itu tentu amat memukul Singapura mengingat wisman asal China yang berkunjung ke Singapura mencapai 3,6 juta orang, dengan total uang belanja SGD 3,2 miliar pada 2019. “Kedatangan wisman dari pasar kunci lainnya juga diperkirakan turun akibat rendahnya kepercayaan global,” kata Dewan Pariwisata Singapura.

Jumlah pengunjung dan bisnis di Sentosa juga anjlok 20-50% setelah berhasil mengalami pertumbuhan sebesar 17-19%. Hal itu di ungkapkan Chief Executive Sentosa Development Corporation, Quek Swee Kuan. Hotel Shangri La Rasa Sentosa dan Village Hotel Sentosa, tempat dua pasien virus corona menginap, juga terdampak. (Baca juga: Siswa Alami Gejala Seperti Virus Corona, Sekolah di Inggris Ditutup)

Dalam situasi ini, pihak hotel akan memanfaatkan waktu untuk melakukan renovasi dan perbaikan,” kata Presiden Asosiasi Hotel Singapura Kwee Wei Lin. Selain China, pengunjung tertinggi Singapura ialah Indonesia (3,1 juta orang) dan India (1,4 juta) yang juga mulai mengeluarkan peringatan bepergian ke Singapura.

Apa yang terjadi di Singapura dikhawatirkan akan berdampak ke Indonesia. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Mohammad Faisal mengatakan, Indonesia banyak bergantung pada Singapura dari sisi perdagangan dan investasi. Dengan naiknya status waspada Singapura maka akan berdampak pada arus perdagangan Indonesia.

“Hampir seluruh perdagangan kita lewatnya Singapu-ra. Jadi otomatis kalau dia aktivitasnya banyak yang freezing, ini juga dari sisi arus perdagangannya itu banyak terganggu, walaupun kita tidak mengimpor dari Singapura,” ujarnya di Jakarta kemarin.

Menurut Faisal, Indonesia perlu memperkuat sistem logistik dengan mencari jalur alternatif selain Singapura. “Kita harus memperbaiki sisi logistik supaya Indonesia bisa langsung melayani ekspor impor secara langsung,” ungkapnya.

Informasi Harus Setiap Hari

Presiden Joko Widodo meminta agar informasi terkait virus corona di Indonesia terus disampaikan kepada media setiap hari. Menurut dia, hal tersebut harus dilakukan agar informasi yang beredar benar-benar konkret.

“Saya minta agar penyampaian ke media pagi, siang, malam terus dilakukan sehingga informasi betul-betul konkret, ada fakta-faktanya, sehingga persepsi yang ada di luar kepada pemerintah Indonesia betul-betul sangat serius dalam menangani ini,” katanya saat membuka rapat paripurna kabinet di Istana Kepresidenan Bogor kemarin.

Mantan wali kota Solo ini lantas menuturkan bahwa Indonesia patut bersyukur karena sejauh ini belum ada yang terkena virus corona. “Meskipun kemarin ada 62 yang suspect, tapi setelah dicek semuanya pada posisi negatif ini patut kita syukuri,” ungkapnya.

Dia pun mengucapkan rasa terima kasihnya kepada jajarannya yang bekerja keras dalam menangani virus corona. “Saya sangat berterima kasih pada kerja keras yang dilakukan kemenko, seluruh kementerian/lembaga, terutama Kementerian Kesehatan. Saya kira ini menunjukkan kewaspadaan kita, kehati-hatian kita, ekstra kerja keras kita, sehingga virus itu tak masuk ke Indonesia,” pungkasnya. (Moh Shamil/Dita Angga/Oktiani Endarwati)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5475 seconds (0.1#10.140)