Eropa Khawatir Perang Amerika dan Iran Pecah

Jum'at, 10 Januari 2020 - 10:33 WIB
Eropa Khawatir Perang...
Eropa Khawatir Perang Amerika dan Iran Pecah
A A A
BRUSSELS - Negara-negara Eropa sedang mencari cara untuk membimbing Amerika Serikat dan Iran menjauh dari perang. Blok Eropa khawatir konfrontasi karena salah perhitungan dari kedua belah pihak dapat membuat blok tersebut menghadapi perang dan krisis proliferasi nuklir yang serius di depan pintu.

Para Menteri Luar Negeri Uni Eropa telah menggelar pertemuan darurat yang langka. Washington dan Teheran sendiri telah sama-sama mundur dari konflik yang intensif setelah pembunuhan jenderal top Iran, Qassem Soleimani, oleh serangan udara Washington di Baghdad, dan serangan rudal balasan Teheran terhadap dua pangkalan Irak yang digunakan militer AS.

"Keinginan Iran untuk mencegah eskalasi krisis telah memberi kami waktu, itu memiliki efek untuk mendinginkannya sedikit saja," kata seorang diplomat senior Uni Eropa, yang dilansir Reuters, Jumat (10/1/2020), tanpa disebutkan namanya. (Baca: Jenderal Soleimani Dibunuh, AS dan Iran di Ambang Perang Besar-besaran )

Tetapi ketegangan yang membara telah menyoroti perjuangan Eropa untuk memengaruhi kedua pihak dan memainkan peran mediasi di mana Inggris, Prancis dan Jerman putus asa dalam usaha menekan Iran untuk tetap berpegang pada pakta nuklir 2015 dan mundur dari eskalasi lebih lanjut.

Mereka juga ingin meyakinkan Presiden AS Donald Trump—yang pada hari Rabu meminta trio Eropa itu untuk bergabung dengan Amerika dalam penarikan dari perjanjian nuklir—bahwa mereka adalah sekutu yang berpikiran keras yang tidak akan tertipu oleh Teheran.

Baghdad telah terperangkap di antara baku tembak antara Washington dan Teheran, dan telah ada kekhawatiran yang berkembang bahwa koalisi pimpinan AS yang memerangi militan ISIS bisa dilemahkan, atau bahkan dipaksa keluar dari Irak. Kondisi itu dilihat oleh kekuatan Eropa sebagai hal yang penting untuk dicegah guna kepentingan keamanan.

"Kita perlu mengoordinasikan dan memaksimalkan efek yang dimiliki setiap orang dalam mencoba mendeskripsikan apa yang dilakukan orang Iran, tetapi itu sama untuk orang Amerika. Yang paling mengkhawatirkan adalah kesalahan perhitungan," kata seorang sumber diplomatik Prancis. (Baca: Balas Dendam Dimulai, Pangkalan AS di Irak Dibombardir )

Pelanggaran Nuklir


Namun, keputusan Iran pada hari Senin untuk membatalkan batas pengayaan nuklirnya di bawah perjanjian kontrol senjata juga telah membuat kekuatan Eropa berada dalam posisi yang canggung.

Iran—yang mengatakan program nuklirnya adalah untuk tujuan sipil—telah melanggar banyak pembatasan berdasarkan kesepakatan nuklir 2015. Kesepakatan multinasional itu dimaksudkan untuk menambah jumlah waktu yang diperlukan Teheran untuk mengakumulasi bahan fisil yang cukup untuk membuat bom atom dari dua hingga tiga bulan menjadi sekitar satu tahun.

Pengumuman terbaru Iran dapat secara drastis mengurangi waktu tersebut. Trio kekuatan Eropa, yang bersama dengan Rusia dan China, telah berusaha untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir sejak Amerika Serikat menarik diri dan menerapkan kembali sanksi ekonominya pada Teheran pada 2018, ingin mengirim pesan tegas bahwa pelanggaran oleh Teheran tidak dapat diterima.

Mereka telah sepakat untuk meluncurkan proses penyelesaian sengketa dalam perjanjian yang pada akhirnya dapat mengarah pada sanksi PBB yang diperbarui terhadap Teheran. Namun, mereka ragu-ragu mengenai waktunya setelah ketegangan minggu ini karena khawatir bahwa Iran akan bereaksi buruk.

Terlepas dari pengumuman nuklirnya, Teheran mengatakan bahwa para inspektur dari pengawas nuklir internasional, IAEA, dapat melanjutkan inspeksi mereka. (Baca juga: Trump Peringatkan Iran: Rudal AS Besar, Kuat, Akurat dan Mematikan )

"Iran belum menetapkan target atau tenggat waktu ketika datang ke target pengayaan uranium, sehingga memberi kita waktu," kata seorang diplomat kedua Unit Eropa yang juga berbicara secara anonim.

Seorang diplomat ketiga Uni Eropa mengatakan keputusan untuk meluncurkan proses telah dibuat, tetapi tidak mungkin diambil pada hari Jumat.

"Ada kekhawatiran bahwa itu dapat memicu eskalasi Iran," kata seorang diplomat Eropa. "Kami telah memperjelas bahwa tujuan kami dalam melakukan ini adalah untuk menyelesaikan perbedaan kami atas pelanggaran Iran dalam kerangka kerja kesepakatan nuklir. Meluncurkan proses ini tidak ditujukan untuk pergi ke PBB untuk saat ini," ujarnya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1896 seconds (0.1#10.140)