Jenderal Soleimani Dibunuh, AS dan Iran di Ambang Perang Besar-besaran
A
A
A
WASHINGTON - Jenderal top Iran, Qassem Soleimani , tewas bersama enam orang lainnya dalam serangan udara Amerika Serikat (AS) di Bandara Internasional Baghdad, Irak, Jumat (3/1/2020). Para politisi oposisi Washington mengecam serangan tersebut karena bisa memicu perang regional besar-besaran.
Pentagon mengonfirmasi bahwa serangan mematikan itu atas perintah Presiden Donald Trump. Para pemimpin rezim Teheran, termasuk Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, telah mengobarkan "perang suci" sebagai respons atas kematian komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) itu. (Baca: Jenderal Soleimani Iran Tewas Diserang AS di Bandara Baghdad )
Senator Demokrat AS dari Connecticut, Chris Murphy, mempertanyakan serangan udara yang dia anggap "tidak sah" tersebut. Dia memperingatkan bahwa langkah itu berpotensi memicu "perang regional besar-besaran".
"Pembenaran untuk pembunuhan itu adalah untuk 'mencegah serangan Iran di masa depan'," kata Murphy. (Baca: Mengenal Jenderal Soleimani yang Dibunuh AS di Baghdad )
"Salah satu alasan kita umumnya tidak membunuh pejabat politik asing adalah keyakinan bahwa tindakan seperti itu akan mendapatkan lebih banyak, bukan lebih sedikit, orang Amerika terbunuh. Itu seharusnya kekhawatiran kita yang nyata, mendesak dan serius malam ini," ujarnya. "Tidak ada yang bisa mengklaim tahu dengan pasti apa yang terjadi selanjutnya."
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika dari Partai Demokrat, Eliot L Engel dan Ketua DPR Nancy Pelosi, juga mengeluarkan pernyataan yang sangat mengutuk serangan itu. Mereka bersikeras bahwa langkah militer itu telah dilakukan tanpa otorisasi dan konsultasi Kongres. (Baca: AS Habisi Jenderal Soleimani, Iran Siap Balas Dendam )
“Prioritas tertinggi para pemimpin Amerika adalah melindungi kehidupan dan kepentingan Amerika. Tapi kita tidak bisa menempatkan nyawa prajurit Amerika, diplomat dan lainnya lebih berisiko dengan terlibat dalam tindakan provokatif dan tidak proporsional," kata Pelosi dalam pernyataannya, seperti dikutip Reuters.
"Risiko serangan udara malam ini (dini hari waktu Baghdad) memicu meningkatnya kekerasan yang berbahaya. Amerika—dan dunia—tidak bisa merasakan eskalasi yang meningkat ke titik yang tidak bisa kembali," paparnya.
"Tindakan malam ini merupakan eskalasi besar dalam konflik kami dengan Iran dengan konsekuensi yang tidak terduga," imbuh Engel. "AS sekarang mungkin di ambang konfrontasi langsung di Timur Tengah."
Ketua Komite Intelijen DPR AS, Adam Schiff juga menunjukkan bahwa serangan itu tidak diizinkan oleh Kongres.
Di sisi lain, Senator Republik dari Utah, Mitt Romney, memuji militer Amerika dan badan intelijen karena melakukan "misi sukses" untuk menghilangkan sosok yang ia sebut "teroris bejat". (Baca juga: Jenderal Soleimani Dihabisi AS atas Perintah Trump )
Argumen Romney digaungkan oleh Lindsay Graham, Senator Republik dari South Carolina, yang juga menyatakan dukungannya atas serangan udara itu.
“Saya menghargai tindakan berani Presiden Donald Trump terhadap agresi Iran. Kepada pemerintah Iran; jika Anda menginginkan lebih, Anda akan mendapatkan lebih banyak," kata Graham dalam tweet.
Pentagon mengonfirmasi bahwa serangan mematikan itu atas perintah Presiden Donald Trump. Para pemimpin rezim Teheran, termasuk Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, telah mengobarkan "perang suci" sebagai respons atas kematian komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) itu. (Baca: Jenderal Soleimani Iran Tewas Diserang AS di Bandara Baghdad )
Senator Demokrat AS dari Connecticut, Chris Murphy, mempertanyakan serangan udara yang dia anggap "tidak sah" tersebut. Dia memperingatkan bahwa langkah itu berpotensi memicu "perang regional besar-besaran".
"Pembenaran untuk pembunuhan itu adalah untuk 'mencegah serangan Iran di masa depan'," kata Murphy. (Baca: Mengenal Jenderal Soleimani yang Dibunuh AS di Baghdad )
"Salah satu alasan kita umumnya tidak membunuh pejabat politik asing adalah keyakinan bahwa tindakan seperti itu akan mendapatkan lebih banyak, bukan lebih sedikit, orang Amerika terbunuh. Itu seharusnya kekhawatiran kita yang nyata, mendesak dan serius malam ini," ujarnya. "Tidak ada yang bisa mengklaim tahu dengan pasti apa yang terjadi selanjutnya."
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika dari Partai Demokrat, Eliot L Engel dan Ketua DPR Nancy Pelosi, juga mengeluarkan pernyataan yang sangat mengutuk serangan itu. Mereka bersikeras bahwa langkah militer itu telah dilakukan tanpa otorisasi dan konsultasi Kongres. (Baca: AS Habisi Jenderal Soleimani, Iran Siap Balas Dendam )
“Prioritas tertinggi para pemimpin Amerika adalah melindungi kehidupan dan kepentingan Amerika. Tapi kita tidak bisa menempatkan nyawa prajurit Amerika, diplomat dan lainnya lebih berisiko dengan terlibat dalam tindakan provokatif dan tidak proporsional," kata Pelosi dalam pernyataannya, seperti dikutip Reuters.
"Risiko serangan udara malam ini (dini hari waktu Baghdad) memicu meningkatnya kekerasan yang berbahaya. Amerika—dan dunia—tidak bisa merasakan eskalasi yang meningkat ke titik yang tidak bisa kembali," paparnya.
"Tindakan malam ini merupakan eskalasi besar dalam konflik kami dengan Iran dengan konsekuensi yang tidak terduga," imbuh Engel. "AS sekarang mungkin di ambang konfrontasi langsung di Timur Tengah."
Ketua Komite Intelijen DPR AS, Adam Schiff juga menunjukkan bahwa serangan itu tidak diizinkan oleh Kongres.
Di sisi lain, Senator Republik dari Utah, Mitt Romney, memuji militer Amerika dan badan intelijen karena melakukan "misi sukses" untuk menghilangkan sosok yang ia sebut "teroris bejat". (Baca juga: Jenderal Soleimani Dihabisi AS atas Perintah Trump )
Argumen Romney digaungkan oleh Lindsay Graham, Senator Republik dari South Carolina, yang juga menyatakan dukungannya atas serangan udara itu.
“Saya menghargai tindakan berani Presiden Donald Trump terhadap agresi Iran. Kepada pemerintah Iran; jika Anda menginginkan lebih, Anda akan mendapatkan lebih banyak," kata Graham dalam tweet.
(mas)