Peneliti: CIA Temukan Cara Batasi Penggunaan Rudal Sekutu AS
A
A
A
LEIPZIG - Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerika Serikat (AS) telah merancang teknologi untuk membatasi penggunaan rudal anti-pesawat oleh sekutu setelah senjata diberikan oleh Amerika. Hal itu diungkap seorang peneliti Belanda, Jos Wetzels.
Wetzels mengatakan teknologi baru itu dimaksudkan untuk digunakan pada rudal yang dipanggul bahu yang dikenal sebagai Man-Portable Air-Defense Systems (MANPADS).
Wetzels, pada konferensi keamanan dunia maya di Leipzig, Jerman, hari Sabtu lalu mengatakan sistem teknologi itu disusun dalam kumpulan dokumen CIA yang diterbitkan oleh WikiLeaks pada 2017. Namun file-file yang diterbitkan situs anti-kerahasiaan tersebut diberi label "salah" dan hanya menarik sedikit perhatian publik sampai sekarang.
Wetzels mengatakan CIA telah datang dengan "solusi kontrol senjata pintar" yang akan membatasi penggunaan rudal untuk waktu tertentu dan tempat tertentu. Teknik ini, disebut sebagai "geofencing," sebuah teknik memblokir penggunaan perangkat di luar area geografis tertentu.
Senjata yang dinonaktifkan ketika mereka meninggalkan medan perang bisa menjadi fitur yang menarik. Disediakan untuk sekutu AS, rudal yang sangat portabel dapat membantu memenangkan perang. Namun, senjata seperti itu sering hilang, dijual, atau diteruskan ke tangan ekstremis.
Sebagai contoh, Stinger MANPADS yang dipasok oleh Amerika Serikat untuk membantu kelompok mujahidin yang mengusir pasukan Soviet keluar dari Afghanistan dalam konflik yang tahun 1980-an hingga 1990-an. Tetapi para pejabat AS sejak itu telah menghabiskan miliaran dolar untuk membersihkan rudal dari negara itu, dan dari zona konflik lainnya di seluruh dunia.
Wetzels mengatakan tidak jelas apakah desain CIA pernah meninggalkan papan gambar atau di mana seharusnya ditempatkan, tetapi dia mencatat bahwa periode pengembangan yang tampak dalam metadata dokumen 2014 hingga 2015 secara kasar bertepatan dengan laporan media tentang penempatan MANPADS untuk pemberontak di Suriah. Menurutnya, geofencing kemungkinan telah dilihat sebagai cara untuk memastikan rudal digunakan di medan perang Suriah dan tempat lain.
CIA, seperti dikutip Reuters, Selasa (31/12/2019), menolak berkomentar atas pengungkapan peneliti Belanda tersebut. Pakar lain yang meninjau analisis Wetzels mengatakan bahwa teknologi itu masuk akal.
NR Jenzen-Jones, yang jadi pengarah konsultasi intelijen ARES yang berbasis di Inggris, mengatakan geofencing telah lama dibahas sebagai perlindungan untuk memungkinkan senjata ampuh ke tangan pasukan ramah yang beroperasi di lingkungan berisiko tinggi.
Wetzels mengatakan geofencing bukanlah obat mujarab, dengan pertimbangan penelusuran daftar kerentanan keamanan yang dapat digunakan oleh gerilyawan untuk melewati batasan. "Ini bukan solusi kedap air," katanya.
Wetzels mengatakan teknologi baru itu dimaksudkan untuk digunakan pada rudal yang dipanggul bahu yang dikenal sebagai Man-Portable Air-Defense Systems (MANPADS).
Wetzels, pada konferensi keamanan dunia maya di Leipzig, Jerman, hari Sabtu lalu mengatakan sistem teknologi itu disusun dalam kumpulan dokumen CIA yang diterbitkan oleh WikiLeaks pada 2017. Namun file-file yang diterbitkan situs anti-kerahasiaan tersebut diberi label "salah" dan hanya menarik sedikit perhatian publik sampai sekarang.
Wetzels mengatakan CIA telah datang dengan "solusi kontrol senjata pintar" yang akan membatasi penggunaan rudal untuk waktu tertentu dan tempat tertentu. Teknik ini, disebut sebagai "geofencing," sebuah teknik memblokir penggunaan perangkat di luar area geografis tertentu.
Senjata yang dinonaktifkan ketika mereka meninggalkan medan perang bisa menjadi fitur yang menarik. Disediakan untuk sekutu AS, rudal yang sangat portabel dapat membantu memenangkan perang. Namun, senjata seperti itu sering hilang, dijual, atau diteruskan ke tangan ekstremis.
Sebagai contoh, Stinger MANPADS yang dipasok oleh Amerika Serikat untuk membantu kelompok mujahidin yang mengusir pasukan Soviet keluar dari Afghanistan dalam konflik yang tahun 1980-an hingga 1990-an. Tetapi para pejabat AS sejak itu telah menghabiskan miliaran dolar untuk membersihkan rudal dari negara itu, dan dari zona konflik lainnya di seluruh dunia.
Wetzels mengatakan tidak jelas apakah desain CIA pernah meninggalkan papan gambar atau di mana seharusnya ditempatkan, tetapi dia mencatat bahwa periode pengembangan yang tampak dalam metadata dokumen 2014 hingga 2015 secara kasar bertepatan dengan laporan media tentang penempatan MANPADS untuk pemberontak di Suriah. Menurutnya, geofencing kemungkinan telah dilihat sebagai cara untuk memastikan rudal digunakan di medan perang Suriah dan tempat lain.
CIA, seperti dikutip Reuters, Selasa (31/12/2019), menolak berkomentar atas pengungkapan peneliti Belanda tersebut. Pakar lain yang meninjau analisis Wetzels mengatakan bahwa teknologi itu masuk akal.
NR Jenzen-Jones, yang jadi pengarah konsultasi intelijen ARES yang berbasis di Inggris, mengatakan geofencing telah lama dibahas sebagai perlindungan untuk memungkinkan senjata ampuh ke tangan pasukan ramah yang beroperasi di lingkungan berisiko tinggi.
Wetzels mengatakan geofencing bukanlah obat mujarab, dengan pertimbangan penelusuran daftar kerentanan keamanan yang dapat digunakan oleh gerilyawan untuk melewati batasan. "Ini bukan solusi kedap air," katanya.
(mas)