Mogok Kerja Warnai Prancis, Serikat Buruh Tolak Reformasi Pensiun
A
A
A
PARIS - Serikat buruh Prancis melumpuhkan transportasi, menutup sekolah-sekolah dan mengerahkan ratusan ribu demonstran ke jalanan pada Selasa (17/12) waktu setempat.
Aksi unjuk rasa ini digelar untuk memaksa Presiden Prancis Emmanuel Macron membatalkan rencana reformasi pensiun pada saat Natal. Serikat buruh menyerukan aksi itu untuk menggalang momentum setelah gelombang mogok kerja dan protes terbesar dalam beberapa dekade digelar beberapa hari lalu.
Meski masih terlalu dini untuk menyatakan apakah serikat buruh mampu menyamai 800.000 demonstran yang turun ke jalan dua pekan lalu, aksi mogok kerja kali ini tampaknya juga memiliki skala yang sama.
Kepolisian menembakkan gas air mata dan granat kejut ke arah demonstran di Place de la Nation, Paris. Demonstran dengan pakaian hitam, beberapa memakai masker, membalik tong sampah, mencoba merusak papan-papan iklan dan melemparkan berbagai benda ke arah polisi.
"Bentrok ini melibatkan anarkis 'blok hitam'," ungkap pernyataan kepolisian menyebut minoritas kecil dari demonstran damai lainnya.
Di Paris, pertokoan tutup di sepanjang rute unjuk rasa. Polisi antihuru-hara berbaris di kedua sisi Boulevard Beaumarchais dan memasang barikade di sepanjang lingkaran lalu lintas di Bastille Square. Satu truk meriam air telah diparkir di dekatnya.
"Kami ingin keadilan sosial. Kami telah melihat tunjangan sosial kami meleleh terkena matahari, dan ini jerami terakhir," ungkap Veronique Ragot, 55, pegawai perusahaan penerbitan yang ikut mogok kerja.
Tayangan televisi menunjukkan asap yang dilaporkan sebagai gas air mata yang ditembakkan pada demonstran di kota Nantes.
Presiden Macron ingin merampingkan sistem pensiun negara dan membuat orang bekerja hingga umur 64 tahun, bukannya rata-rata pensiun sekarang umur 62 tahun.
Aksi unjuk rasa ini digelar untuk memaksa Presiden Prancis Emmanuel Macron membatalkan rencana reformasi pensiun pada saat Natal. Serikat buruh menyerukan aksi itu untuk menggalang momentum setelah gelombang mogok kerja dan protes terbesar dalam beberapa dekade digelar beberapa hari lalu.
Meski masih terlalu dini untuk menyatakan apakah serikat buruh mampu menyamai 800.000 demonstran yang turun ke jalan dua pekan lalu, aksi mogok kerja kali ini tampaknya juga memiliki skala yang sama.
Kepolisian menembakkan gas air mata dan granat kejut ke arah demonstran di Place de la Nation, Paris. Demonstran dengan pakaian hitam, beberapa memakai masker, membalik tong sampah, mencoba merusak papan-papan iklan dan melemparkan berbagai benda ke arah polisi.
"Bentrok ini melibatkan anarkis 'blok hitam'," ungkap pernyataan kepolisian menyebut minoritas kecil dari demonstran damai lainnya.
Di Paris, pertokoan tutup di sepanjang rute unjuk rasa. Polisi antihuru-hara berbaris di kedua sisi Boulevard Beaumarchais dan memasang barikade di sepanjang lingkaran lalu lintas di Bastille Square. Satu truk meriam air telah diparkir di dekatnya.
"Kami ingin keadilan sosial. Kami telah melihat tunjangan sosial kami meleleh terkena matahari, dan ini jerami terakhir," ungkap Veronique Ragot, 55, pegawai perusahaan penerbitan yang ikut mogok kerja.
Tayangan televisi menunjukkan asap yang dilaporkan sebagai gas air mata yang ditembakkan pada demonstran di kota Nantes.
Presiden Macron ingin merampingkan sistem pensiun negara dan membuat orang bekerja hingga umur 64 tahun, bukannya rata-rata pensiun sekarang umur 62 tahun.
(sfn)