Israel Ingin Operasikan Kereta Gantung di Yerusalem, Palestina Marah
A
A
A
YERUSALEM - Israel berencana mengoperasikan kereta gantung di atas Yerusalem. Rencana ini telah membuat warga Palestina marah karena bisa mengancam menghilangkan impian mereka untuk memiliki ibu kota masa depan di kota suci tersebut.
Rencananya, kereta gantung itu akan mengantar sekitar 3.000 wisatawan dan peziarah per jam dari bagian barat Yerusalem ke Kota Tua bagian timur dalam perjalanan empat menit. Rencana itu bergerak maju minggu ini ketika komite khusus yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Israel memberikan lampu hijau atau persetujuan.
Pemerintah Israel mengatakan skema proyek sekitar 220 juta shekel (USD63 juta) akan meringankan beban lalu lintas yang padat, yang dikemas dengan kunjungan turis dan penduduk ke banyak situs agama Kristen, Muslim dan Yahudi.
"Ini adalah proyek strategis untuk mempromosikan pariwisata ke Kota Tua Yerusalem," kata Menteri Warisan Budaya Israel dan Yerusalem, Zeev Elkin. Para pejabat Israel mengatakan kereta gantung itu juga akan melayani warga Palestina di kota suci.
Tetapi para warga Palestina mengatakan rute yang direncanakan untuk menempatkan kereta gantung itu hanya beberapa meter di atas rumah mereka di Yerusalem Timur. Hal itu memicu gesekan atas nasib masa depan sebuah kota di jantung konflik Israel-Palestina.
Pejabat senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Hanan Ashrawi, menyebut rencana itu ilegal.
"Proyek kereta gantung Israel adalah pelanggaran cabul terhadap karakter budaya, sejarah, spiritual, geografis dan demografis Yerusalem," tulis Ashrawi di Twitter, dikutip Reuters, Jumat (8/11/2019).
Proyek Politik?
Orang-orang Palestina menginginkan Yerusalem Timur, yang meliputi Kota Tua yang berdinding, sebagai ibu kota negara masa depan negara mereka. Sedangkan Israel mencaplok wilayah secara keseluruhan setelah perang Timur Tengah 1967. Negara Yahudi itu menegaskan bahwa seluruh kota Yerusalem adalah ibu kota abadi Israel dan tak terpisahkan.
Proyek kereta gantung direncanakan siap operasi tahun 2021.
Turis dan pemandu di Kota Tua menyambut proyek tersebut, dengan mengatakan itu akan mengurangi waktu perjalanan dan kemacetan. "Kereta gantung adalah cara yang sangat efisien untuk menghargai keindahan tempat ini," kata Socorro Calixto, seorang turis dari Filipina.
Tetapi orang-orang Palestina di Silwan, sebuah lingkungan Yerusalem Timur di kaki Kota Tua, mengatakan kereta itu akan mendorong para wisatawan untuk melewati mereka dalam perjalanan ke tempat-tempat suci.
"(Itu) akan memberi kesan bahwa ini adalah kota Yahudi dan menghapus warisan Palestina dari itu," kata warga Silwan, Khaled Al-Zeer."Fondasi proyek akan dibangun di tanah kami."
Yotanan Mizrachi, seorang arkeolog yang mengepalai LSM Israel; Emek Shaveh, adalah bagian dari koalisi yang menentang proyek kereta gantung. Alasannya, itu adalah "proyek politik" yang akan menyebabkan kerusakan permanen pada kota bersejarah.
"(Ini) akan mempengaruhi cara kita melihat dan memahami arkeologi dan zaman dahulu Yerusalem," kata Mizarchi.
Rencananya, kereta gantung itu akan mengantar sekitar 3.000 wisatawan dan peziarah per jam dari bagian barat Yerusalem ke Kota Tua bagian timur dalam perjalanan empat menit. Rencana itu bergerak maju minggu ini ketika komite khusus yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Israel memberikan lampu hijau atau persetujuan.
Pemerintah Israel mengatakan skema proyek sekitar 220 juta shekel (USD63 juta) akan meringankan beban lalu lintas yang padat, yang dikemas dengan kunjungan turis dan penduduk ke banyak situs agama Kristen, Muslim dan Yahudi.
"Ini adalah proyek strategis untuk mempromosikan pariwisata ke Kota Tua Yerusalem," kata Menteri Warisan Budaya Israel dan Yerusalem, Zeev Elkin. Para pejabat Israel mengatakan kereta gantung itu juga akan melayani warga Palestina di kota suci.
Tetapi para warga Palestina mengatakan rute yang direncanakan untuk menempatkan kereta gantung itu hanya beberapa meter di atas rumah mereka di Yerusalem Timur. Hal itu memicu gesekan atas nasib masa depan sebuah kota di jantung konflik Israel-Palestina.
Pejabat senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Hanan Ashrawi, menyebut rencana itu ilegal.
"Proyek kereta gantung Israel adalah pelanggaran cabul terhadap karakter budaya, sejarah, spiritual, geografis dan demografis Yerusalem," tulis Ashrawi di Twitter, dikutip Reuters, Jumat (8/11/2019).
Proyek Politik?
Orang-orang Palestina menginginkan Yerusalem Timur, yang meliputi Kota Tua yang berdinding, sebagai ibu kota negara masa depan negara mereka. Sedangkan Israel mencaplok wilayah secara keseluruhan setelah perang Timur Tengah 1967. Negara Yahudi itu menegaskan bahwa seluruh kota Yerusalem adalah ibu kota abadi Israel dan tak terpisahkan.
Proyek kereta gantung direncanakan siap operasi tahun 2021.
Turis dan pemandu di Kota Tua menyambut proyek tersebut, dengan mengatakan itu akan mengurangi waktu perjalanan dan kemacetan. "Kereta gantung adalah cara yang sangat efisien untuk menghargai keindahan tempat ini," kata Socorro Calixto, seorang turis dari Filipina.
Tetapi orang-orang Palestina di Silwan, sebuah lingkungan Yerusalem Timur di kaki Kota Tua, mengatakan kereta itu akan mendorong para wisatawan untuk melewati mereka dalam perjalanan ke tempat-tempat suci.
"(Itu) akan memberi kesan bahwa ini adalah kota Yahudi dan menghapus warisan Palestina dari itu," kata warga Silwan, Khaled Al-Zeer."Fondasi proyek akan dibangun di tanah kami."
Yotanan Mizrachi, seorang arkeolog yang mengepalai LSM Israel; Emek Shaveh, adalah bagian dari koalisi yang menentang proyek kereta gantung. Alasannya, itu adalah "proyek politik" yang akan menyebabkan kerusakan permanen pada kota bersejarah.
"(Ini) akan mempengaruhi cara kita melihat dan memahami arkeologi dan zaman dahulu Yerusalem," kata Mizarchi.
(mas)