Demonstrasi Anti Pemerintah Berubah Jadi Kekerasan Etnis di Ethiopia, 67 Tewas

Minggu, 27 Oktober 2019 - 14:26 WIB
Demonstrasi Anti Pemerintah...
Demonstrasi Anti Pemerintah Berubah Jadi Kekerasan Etnis di Ethiopia, 67 Tewas
A A A
ADDIS ABABA - Aksi kekerasan pecah di Ethiopia setelah demonstrasi anti pemerintah berubah menjadi kekerasan etnis di negara bagian Oromia. Seorang pejabat polisi mengatakan sebanyak 67 orang tewas akibat aksi kekerasan tersebut.

Lonjakan jumlah korban tewas terjadi ketika aktivis terkenal di pusat kekerasan itu menuduh Perdana Menteri Abiy Ahmed, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini, bertindak seperti seorang diktator. Ia pun menyatakan dirinya akan menantang Abiy dalam pemilu yang direncanakan digelar tahun depan. (Baca juga: Akhiri Konflik dengan Eritrea, PM Ethiopia Diganjar Nobel Perdamaian )

Kekerasan meletus di Ibu Kota Addis Ababa dan di sebagian besar wilayah Oromia Ethiopia pada hari Rabu setelah sang aktivis, Jawar Mohammed, menuduh pasukan keamanan berusaha mengatur serangan terhadap dirinya klaim yang dibantah oleh pejabat polisi.

"Jumlah total yang tewas di Oromia adalah 67," kata Kepala Polisi regional, Kefyalew Tefera, menambahkan bahwa lima orang yang tewas adalah petugas polisi seperti dikutip dari Al Araby, Minggu (27/10/2019).

Menurut Fana Broadcasting Corporate yang berafiliasi dengan negara kementerian pertahanan Ethiopia mengatakan pihaknya mengerahkan pasukan ke tujuh titik bentrokan untuk memulihkan ketertiban.

Setelah dua hari aksi protes dengan kekerasan berlangsung, ketegangan telah mereda di Addis Ababa pada hari Jumat. Meskipun begitu total kerusakan yang ditimbulkan oleh kerusuhan masih diperhitungkan.

Kefyalew mengatakan bahwa kekerasan telah berakhir di Oromia, namun penyelidik Amnesty International (AI) Fisseha Tekle mengatakan pada Jumat malam bahwa ia masih menerima laporan serangan.

Fisseha mengatakan kekerasan itu termasuk contoh pasukan keamanan menembaki pemrotes tetapi semakin mengambil bentuk bentrokan etnis dan agama.

"Beberapa orang telah kehilangan nyawa mereka dengan tongkat, dengan parang, beberapa rumah telah dibakar. Orang-orang bahkan menggunakan peluru dan senjata ringan untuk saling membunuh, untuk saling bertarung," ujarnya.

"Paling tidak enam orang tewas di kota Ambo, sebelah barat Addis Ababa, setelah pasukan keamanan menembaki para pengunjuk rasa," ungkap Fisseha.

Kekerasan etnis dan agama telah dilaporkan di kota-kota besar dan kecil di Dodola, Harar, Balerobe, dan Adama.

Fisseha mengatakan properti milik Gereja Tewahedo Ortodoks Ethiopia, yang mempunyai hubungan dengan kelompok etnis Amhara, telah ditargetkan di beberapa lokasi.

Ketua Komisi Hak Asasi Manusia Ethiopia, Daniel Bekele, mendesak tokoh-tokoh publik untuk memadamkan retorika yang mematikan yang dapat berkontribusi pada kerusuhan tambahan.

"Sangat menyedihkan bahwa pejabat publik dan pemimpin masyarakat tidak menghargai konsekuensi dari tindakan dan kata-kata mereka yang mengarah pada hilangnya nyawa yang tidak masuk akal, perusakan harta benda dan gangguan kehidupan sehari-hari," katanya.

"Ketika pasukan keamanan berjuang untuk menenangkan krisis, setiap orang memiliki tanggung jawab untuk melakukan bagian mereka dan bekerja sama," ucapnya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1421 seconds (0.1#10.140)