Pasukan Pemberontak Tigray Dekati Ibu Kota, Ethiopia Umumkan Darurat Nasional
loading...
A
A
A
ADDIS ABABA - Pemerintah Ethiopia mengumumkan keadaan darurat nasional menyusul pasukan pemberontak Tigray yang membuat keuntungan teritorial dengan bergerak lebih dekat ke Ibu Kota. Parlemen Ethiopia harus menyetujui deklarasi itu dalam waktu 48 jam agar keadaan darurat nasional mulai berlaku.
"Keadaan darurat bertujuan untuk melindungi warga sipil dari kekejaman yang dilakukan oleh kelompok teroris TPLF (Front Pembebasan Rakyat Tigray) di beberapa bagian negara," kata outlet media milik negara, Fana Broadcasting Corporate, yang dikutip Sputnik, Rabu (3/11/2021).
Sebelumnya, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed meminta warga mengangkat senjata untuk mempertahankan tanah air mereka dari pasukan TPLF. TPKF dilaporkan berhasil merebut dua kota di selatan provinsi Tigray dan mencatat bahwa mereka sedang mempertimbangkan untuk bergerak lebih jauh menuju Ibu Kota Addis Ababa, yang terletak 380 kilometer jauhnya. Klaim dari dua kota yang direbut oleh TPLF belum dikonfirmasi secara resmi.
Konflik antara pemerintah Ethiopia dan TPLF meletus pada November 2020, setelah Tigray mengadakan pemilihan kepala daerah yang bertentangan dengan perintah Addis Ababa untuk menunda pemilihan karena pandemi.
TPLF, yang memerintah negara itu selama hampir dua dekade, berada pada posisi yang kurang menguntungkan. TPLF kalah dalam pemilihan terakhir dari blok partai oposisi yang baru dibentuk yang disebut Partai Kemakmuran. TPLF mengklaim bahwa kewenangan pemerintah telah berakhir pada 2020, baik karena pandemi COVID-19 atau tidak, sehingga pemerintah Addis Ababa dianggap tidak sah karena gagal menyelenggarakan pemilu.
Sebaliknya, pemerintah di Addis Ababa menyatakan pemilihan Tigray ilegal dan meluncurkan operasi terhadap wilayah "pemberontak" pada 3 November 2020. Operasi ini dibantu oleh Pasukan Pertahanan Eritrea (EDF).
Pasukan pemerintah Ethiopia berhasil merebut Ibu Kota wilayah Mekelle dan menyatakan operasi itu berakhir. Namun, TPLF terus berjuang dengan bantuan tentara Angkatan Pertahanan Nasional Ethiopia yang membelot, serta sukarelawan sipil setempat, merebut kembali Mekelle pada Juni 2021.
"Keadaan darurat bertujuan untuk melindungi warga sipil dari kekejaman yang dilakukan oleh kelompok teroris TPLF (Front Pembebasan Rakyat Tigray) di beberapa bagian negara," kata outlet media milik negara, Fana Broadcasting Corporate, yang dikutip Sputnik, Rabu (3/11/2021).
Sebelumnya, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed meminta warga mengangkat senjata untuk mempertahankan tanah air mereka dari pasukan TPLF. TPKF dilaporkan berhasil merebut dua kota di selatan provinsi Tigray dan mencatat bahwa mereka sedang mempertimbangkan untuk bergerak lebih jauh menuju Ibu Kota Addis Ababa, yang terletak 380 kilometer jauhnya. Klaim dari dua kota yang direbut oleh TPLF belum dikonfirmasi secara resmi.
Konflik antara pemerintah Ethiopia dan TPLF meletus pada November 2020, setelah Tigray mengadakan pemilihan kepala daerah yang bertentangan dengan perintah Addis Ababa untuk menunda pemilihan karena pandemi.
TPLF, yang memerintah negara itu selama hampir dua dekade, berada pada posisi yang kurang menguntungkan. TPLF kalah dalam pemilihan terakhir dari blok partai oposisi yang baru dibentuk yang disebut Partai Kemakmuran. TPLF mengklaim bahwa kewenangan pemerintah telah berakhir pada 2020, baik karena pandemi COVID-19 atau tidak, sehingga pemerintah Addis Ababa dianggap tidak sah karena gagal menyelenggarakan pemilu.
Sebaliknya, pemerintah di Addis Ababa menyatakan pemilihan Tigray ilegal dan meluncurkan operasi terhadap wilayah "pemberontak" pada 3 November 2020. Operasi ini dibantu oleh Pasukan Pertahanan Eritrea (EDF).
Pasukan pemerintah Ethiopia berhasil merebut Ibu Kota wilayah Mekelle dan menyatakan operasi itu berakhir. Namun, TPLF terus berjuang dengan bantuan tentara Angkatan Pertahanan Nasional Ethiopia yang membelot, serta sukarelawan sipil setempat, merebut kembali Mekelle pada Juni 2021.
(ian)