Dahsyatnya Perang Nuklir India Pakistan, 125 Juta Orang Bakal Tewas
A
A
A
NEW DELHI - Sebanyak 125 juta orang diprediksi akan tewas jika perang nuklir antara India dan Pakistan benar-benar terjadi. Selain itu, perang nuklir kedua negara bertetangga itu akan menyebabkan bencana lingkungan global.
Demikian hasil laporan para peneliti asal Amerika Serikat (AS). Skenario kematian dan kehancuran itu didasarkan pada jumlah hulu ledak nuklir yang dimiliki India dan Pakistan, daya ledak serta pusat populasi yang berada dalam jarak tembak.
"Jika perang antara India dan Pakistan terjadi ... negara-negara ini dapat menderita 50 hingga 125 juta kematian, sebuah bencana regional," kata para peneliti dari University of Colorado Boulder dan Rutgers University.
"Selain itu, (terjadi) gangguan iklim jangka pendek yang parah, dengan suhu turun ke titik yang tidak pernah terjadi di Bumi sejak pertengahan Zaman Es terakhir, dipicu oleh asap dari kota-kota yang terbakar, bencana global yang mengancam produksi pangan di seluruh dunia dan kelaparan massal, serta gangguan parah pada ekosistem alami," kata laporan itu lagi seperti dikutip dari Bernama, Jumat (4/10/2019).
India dan Pakistan masing-masing memiliki 140 hingga 150 hulu ledak dan jumlahnya dapat meningkat menjadi 200 hingga 250 di masing-masing negara pada tahun 2025.
Senjata nuklir dunia saat ini yang diperkirakan berjumlah 13.900 senjata, 93 persen dimiliki oleh Amerika Serikat (AS) dan Rusia, sementara 300 hulu ledak berada di tangan Prancis, 270 di Cina, 215 milik Inggris dan Israel duduk di atas 80.
"Perkiraan jumlah hulu ledak yang dimiliki oleh India dan Pakistan didasarkan pada kapasitas sistem pengiriman (senjata nuklir) yang dapat diamati dari penginderaan jauh, bukan pada jumlah uranium yang diperkaya dan bahan bakar plutonium yang mungkin diproduksi oleh negara-negara tersebut," menurut laporan yang dipublikasikan pada hari Rabu di jurnal Science Advances.
"Mereka memiliki populasi besar, sehingga banyak orang terancam oleh persenjataan ini, dan kemudian ada konflik yang belum terselesaikan atas Kashmir," kata Brian Toon, yang memimpin penelitian tersebut, seperti dikutip dalam sebuah laporan di situs web University of Colorado Boulder.
"Ini adalah perang yang tidak memiliki preseden dalam pengalaman manusia," katanya.
Studi ini menyoroti India dan Pakistan sebagai "perhatian khusus" dalam gambaran tenaga nuklir global karena sejarah panjang bentrokan militer termasuk yang baru-baru ini terjadi, kurangnya kemajuan dalam menyelesaikan masalah teritorial, daerah perkotaan yang padat penduduk, dan ekspansi cepat senjata nuklir yang sedang berlangsung pada masing-masing negara.
Namun, hal itu menunjukkan bahwa baik Pakistan maupun India tidak mungkin memulai konflik nuklir tanpa provokasi yang substansial.
Sejak mendapatkan kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1947, India dan Pakistan telah bertempur dalam empat perang. Pasukan militer mereka juga sering terlibat dalam baku tembak di sepanjang Garis Kontrol yang membagi wilayah Himalaya yang disengketakan di Kashmir yang dikuasai oleh masing-masing dan diklaim secara penuh oleh keduanya.
Demikian hasil laporan para peneliti asal Amerika Serikat (AS). Skenario kematian dan kehancuran itu didasarkan pada jumlah hulu ledak nuklir yang dimiliki India dan Pakistan, daya ledak serta pusat populasi yang berada dalam jarak tembak.
"Jika perang antara India dan Pakistan terjadi ... negara-negara ini dapat menderita 50 hingga 125 juta kematian, sebuah bencana regional," kata para peneliti dari University of Colorado Boulder dan Rutgers University.
"Selain itu, (terjadi) gangguan iklim jangka pendek yang parah, dengan suhu turun ke titik yang tidak pernah terjadi di Bumi sejak pertengahan Zaman Es terakhir, dipicu oleh asap dari kota-kota yang terbakar, bencana global yang mengancam produksi pangan di seluruh dunia dan kelaparan massal, serta gangguan parah pada ekosistem alami," kata laporan itu lagi seperti dikutip dari Bernama, Jumat (4/10/2019).
India dan Pakistan masing-masing memiliki 140 hingga 150 hulu ledak dan jumlahnya dapat meningkat menjadi 200 hingga 250 di masing-masing negara pada tahun 2025.
Senjata nuklir dunia saat ini yang diperkirakan berjumlah 13.900 senjata, 93 persen dimiliki oleh Amerika Serikat (AS) dan Rusia, sementara 300 hulu ledak berada di tangan Prancis, 270 di Cina, 215 milik Inggris dan Israel duduk di atas 80.
"Perkiraan jumlah hulu ledak yang dimiliki oleh India dan Pakistan didasarkan pada kapasitas sistem pengiriman (senjata nuklir) yang dapat diamati dari penginderaan jauh, bukan pada jumlah uranium yang diperkaya dan bahan bakar plutonium yang mungkin diproduksi oleh negara-negara tersebut," menurut laporan yang dipublikasikan pada hari Rabu di jurnal Science Advances.
"Mereka memiliki populasi besar, sehingga banyak orang terancam oleh persenjataan ini, dan kemudian ada konflik yang belum terselesaikan atas Kashmir," kata Brian Toon, yang memimpin penelitian tersebut, seperti dikutip dalam sebuah laporan di situs web University of Colorado Boulder.
"Ini adalah perang yang tidak memiliki preseden dalam pengalaman manusia," katanya.
Studi ini menyoroti India dan Pakistan sebagai "perhatian khusus" dalam gambaran tenaga nuklir global karena sejarah panjang bentrokan militer termasuk yang baru-baru ini terjadi, kurangnya kemajuan dalam menyelesaikan masalah teritorial, daerah perkotaan yang padat penduduk, dan ekspansi cepat senjata nuklir yang sedang berlangsung pada masing-masing negara.
Namun, hal itu menunjukkan bahwa baik Pakistan maupun India tidak mungkin memulai konflik nuklir tanpa provokasi yang substansial.
Sejak mendapatkan kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1947, India dan Pakistan telah bertempur dalam empat perang. Pasukan militer mereka juga sering terlibat dalam baku tembak di sepanjang Garis Kontrol yang membagi wilayah Himalaya yang disengketakan di Kashmir yang dikuasai oleh masing-masing dan diklaim secara penuh oleh keduanya.
(ian)