Pasca Serangan Kilang Minyak Saudi, Ancaman Skenario Militer Menghantui

Rabu, 18 September 2019 - 08:39 WIB
Pasca Serangan Kilang Minyak Saudi, Ancaman Skenario Militer Menghantui
Pasca Serangan Kilang Minyak Saudi, Ancaman Skenario Militer Menghantui
A A A
MOSKOW - Dua pesawat tak berawak menyerang ladang minyak milik perusahaan Arab Saudi, Aramco, akhir pekan lalu. Serangan tersebut menyebabkan kebakaran besar dan mengganggu produksi minyak.

Kelompok pemberontak Yaman, Houthi, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun Amerika Serikat (AS) menyalahkan insiden itu kepada Iran yang dengan tegas dibantah oleh Menteri Luar Neger Javad Zarif sebagai sesuatu yang tidak berarti.

Terkait peristiwa itu, Direktur Dinas Intelijen Luar Negeri Rusia Sergey Naryshkin mengatakan, sangat mungkin ada "skenario militer" setelah serangan tersebut. Namun ia berharap masalah tersebut dapat diselesaikan secara damai.

"Ada ancaman (skenario militer). Tapi saya berharap resolusi damai," kata Naryshkin seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (18/9/2019).

Dua fasilitas minyak yang dimiliki oleh raksasa minyak yang dikelola negara Saudi Aramco diserang oleh drone pada Sabtu malam, memotong setengah dari produksi minyak Arab Saudi menjadi sekitar 5,7 juta barel per hari dan menyebabkan kekacauan di pasar internasional.

Para pejabat AS mengatakan bahwa intelijen mengindikasikan Iran terlibat dalam serangan itu. Segera setelah serangan, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyalahkan Iran.

"Hampir 100 persen Teheran berada di balik serangan terhadap Arab Saudi," tulis Pompeo di Twitter.

Juru bicara kementerian luar negeri Iran, Seyyed Abbas Mousavi, menolak tuduhan itu sebagai sesuatu yang tidak dapat dipahami dan tidak berarti. Sedangkan Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, mengatakan bahwa setelah gagal pada tekanan maksimum Menteri Luar Negeri AS Pompeo berubah menjadi penipuan maksimal.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5884 seconds (0.1#10.140)