Kilang Minyak Saudi Diserang, Raja Salman: Agresi Teroris Pengecut!
A
A
A
RIYADH - Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dari Arab Saudi menerima telepon dari sejumlah pemimpin Arab yang menyampaikan solidaritasnya setelah kilang minyak terbesar Saudi diserang. Raja berjuluk Penjaga Dua Masjid Suci itu menyebut serangan itu sebagai agresi teroris pengecut.
Fasilitas kilang minyak Aramco, Arab Saudi, di Abqaiq dan Khurais diserang pesawat nirawak secara besar-besaran pada Sabtu pagi pekan lalu. Kilang minyak di Abqaiq adalah yang terbesar yang dimiliki Saudi dan salah satu yang terbesar di dunia. Saudi sejauh ini tidak mengidentifikasi pelaku serangan pesawat nirawak dan hanya menyebutnya sebagai serangan teroris.
Solidaritas datang dari Raja Yordania Abdullah II, Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmed al-Jaber al-Sabah dan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas.
Selama melakukan panggilan telepon Raja Abdullah mengutuk serangan teroris terhadap dua fasilitas kilang minyak Aramco.
Raja Abdullah II, seperti dikutip dari SPA, Senin (16/9/2019), mendukung Arab Saudi untuk setiap tindakan yang diambilnya guna menjaga keamanan dan stabilitas, serta untuk menghadapi terorisme.
Raja Salman menyambut baik solidaritas Raja Abdullah II."Arab Saudi mampu mencegah agresi teroris pengecut seperti itu dan (mampu) untuk mengatasi dampaknya."
Emir Kuwait dalam panggilan telepon kepada Raja Salman juga mengutuk keras serangan teroris terhadap fasilitas kilang minyak Aramco di Abqaiq dan Khurais. Dia menekankan bahwa pemerintah Kuwait dan rakyatnya berdiri bersama Arab Saudi.
Presiden Otoritas Palestina Mahmoud turut mengutuk keras serangan tersebut. Dia mengatakan pemerintah Palestina dan rakyanya mendukung Arab Saudi dalam menghadapi aksi-aksi teroris yang bermusuhan seperti itu.
Serangan besar-besaran itu diklaim kelompok pemberontak Houthi Yaman. Namun, para pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) tak percaya dengan klaim Houthi. Para pejabat tersebut, termasuk Menteri Luar Negeri Michael Pompeo, menuduh Iran sebagai pelakunya.
Seorang pejabat senior administrasi Trump yang berbicara kepada ABC News dalam kondisi anonim mengatakan selusin rudal jelajah dan lebih dari 20 pesawat nirawak diluncurkan Iran dari wilayahnya terhadap dua lokasi kilang minyak di Saudi.
"Itu adalah Iran. Para Houthi mengklaim pujian atas sesuatu yang tidak mereka lakukan," katanya.
Pompeo melalui Twitter meragukan klaim Houthi. Dia terang-terangan menuduh Iran sebagai pelakunya. "Tidak ada bukti serangan datang dari Yaman," tulis Pompeo di Twitter.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengecam tuduhan AS. "Kebohongan maksimal," tulis Zarif di Twitter merespons tuduhan Pompeo. Pejabat militer Iran menyatakan siap perang dengan Amerika dengan menjamin bahwa rudal-rudal Teheran mampu menjangkau pangkalan militer dan kapal induk Amerika yang berada di Timur Tengah.
Pada hari Senin (16/9/2019), pemerintah Iran melalui stasiun televisi negara, mengatakan tuduhan Amerika tidak bisa diterima dan tidak berdasar.
Fasilitas kilang minyak Aramco, Arab Saudi, di Abqaiq dan Khurais diserang pesawat nirawak secara besar-besaran pada Sabtu pagi pekan lalu. Kilang minyak di Abqaiq adalah yang terbesar yang dimiliki Saudi dan salah satu yang terbesar di dunia. Saudi sejauh ini tidak mengidentifikasi pelaku serangan pesawat nirawak dan hanya menyebutnya sebagai serangan teroris.
Solidaritas datang dari Raja Yordania Abdullah II, Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmed al-Jaber al-Sabah dan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas.
Selama melakukan panggilan telepon Raja Abdullah mengutuk serangan teroris terhadap dua fasilitas kilang minyak Aramco.
Raja Abdullah II, seperti dikutip dari SPA, Senin (16/9/2019), mendukung Arab Saudi untuk setiap tindakan yang diambilnya guna menjaga keamanan dan stabilitas, serta untuk menghadapi terorisme.
Raja Salman menyambut baik solidaritas Raja Abdullah II."Arab Saudi mampu mencegah agresi teroris pengecut seperti itu dan (mampu) untuk mengatasi dampaknya."
Emir Kuwait dalam panggilan telepon kepada Raja Salman juga mengutuk keras serangan teroris terhadap fasilitas kilang minyak Aramco di Abqaiq dan Khurais. Dia menekankan bahwa pemerintah Kuwait dan rakyatnya berdiri bersama Arab Saudi.
Presiden Otoritas Palestina Mahmoud turut mengutuk keras serangan tersebut. Dia mengatakan pemerintah Palestina dan rakyanya mendukung Arab Saudi dalam menghadapi aksi-aksi teroris yang bermusuhan seperti itu.
Serangan besar-besaran itu diklaim kelompok pemberontak Houthi Yaman. Namun, para pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) tak percaya dengan klaim Houthi. Para pejabat tersebut, termasuk Menteri Luar Negeri Michael Pompeo, menuduh Iran sebagai pelakunya.
Seorang pejabat senior administrasi Trump yang berbicara kepada ABC News dalam kondisi anonim mengatakan selusin rudal jelajah dan lebih dari 20 pesawat nirawak diluncurkan Iran dari wilayahnya terhadap dua lokasi kilang minyak di Saudi.
"Itu adalah Iran. Para Houthi mengklaim pujian atas sesuatu yang tidak mereka lakukan," katanya.
Pompeo melalui Twitter meragukan klaim Houthi. Dia terang-terangan menuduh Iran sebagai pelakunya. "Tidak ada bukti serangan datang dari Yaman," tulis Pompeo di Twitter.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengecam tuduhan AS. "Kebohongan maksimal," tulis Zarif di Twitter merespons tuduhan Pompeo. Pejabat militer Iran menyatakan siap perang dengan Amerika dengan menjamin bahwa rudal-rudal Teheran mampu menjangkau pangkalan militer dan kapal induk Amerika yang berada di Timur Tengah.
Pada hari Senin (16/9/2019), pemerintah Iran melalui stasiun televisi negara, mengatakan tuduhan Amerika tidak bisa diterima dan tidak berdasar.
(mas)