Terungkap, Mohammed bin Salman Ogah Bayar Bantuan AS pada Arab Saudi dalam Perang Yaman
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Kerajaan Arab Saudi, yang secara de facto dipimpin Putra Mahkota Mohammed bin Salman, telah menolak membayar tagihan bantuan Amerika Serikat (AS) dalam perang di Yaman.
Itu terungkap dalam investigasi The Intercept. Kerajaan, menurut temuan tersebut, telah berulang kali mengabaikan tagihan dari Departemen Pertahanan Amerika perihal bantuan pengisian bahan bakar jet-jet tempur Riyadh selama operasi militernya.
Pentagon telah mengelak permintaan The Intercept untuk mengomentari tagihan yang belum dibayar tersebut.
Sekadar diketahui, Arab Saudi dengan koalisi yang dipimpinnya meluncurkan perang di Yaman pada 2015 untuk memerangi kelompok Houthi dan membela pemerintah Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi.
Senator Rand Paul dalam sebuah pernyataan kepada The Intercept, mengecam kerajaan, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, dan Pentagon sebagai tanggapan atas temuan itu.
“Anak-anak Yaman akan tumbuh dengan mengetahui perang brutal Arab Saudi yang menyebabkan begitu banyak pembantaian dan kelaparan dimungkinkan dengan dukungan Amerika," kata Paul.
"Sekarang, putra mahkota miliarder itu tampaknya tidak akan mengganti uang pembayar pajak Amerika untuk mengisi bahan bakar pesawat tempurnya,” lanjut Paul, yang dilansir Jumat (23/8/2024).
“Kenakalan Arab Saudi, dan kurangnya transparansi pemerintah kita yang arogan, semakin menunjukkan bahwa pengabdian Amerika kepada rezim otokratis ini merupakan aib nasional.”
Senator tersebut telah lama mengkritik penjualan senjata AS ke Arab Saudi karena catatan buruk kerajaan tersebut dalam hal hak asasi manusia (HAM).
Itu terungkap dalam investigasi The Intercept. Kerajaan, menurut temuan tersebut, telah berulang kali mengabaikan tagihan dari Departemen Pertahanan Amerika perihal bantuan pengisian bahan bakar jet-jet tempur Riyadh selama operasi militernya.
Pentagon telah mengelak permintaan The Intercept untuk mengomentari tagihan yang belum dibayar tersebut.
Sekadar diketahui, Arab Saudi dengan koalisi yang dipimpinnya meluncurkan perang di Yaman pada 2015 untuk memerangi kelompok Houthi dan membela pemerintah Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi.
Baca Juga
Senator Rand Paul dalam sebuah pernyataan kepada The Intercept, mengecam kerajaan, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, dan Pentagon sebagai tanggapan atas temuan itu.
“Anak-anak Yaman akan tumbuh dengan mengetahui perang brutal Arab Saudi yang menyebabkan begitu banyak pembantaian dan kelaparan dimungkinkan dengan dukungan Amerika," kata Paul.
"Sekarang, putra mahkota miliarder itu tampaknya tidak akan mengganti uang pembayar pajak Amerika untuk mengisi bahan bakar pesawat tempurnya,” lanjut Paul, yang dilansir Jumat (23/8/2024).
“Kenakalan Arab Saudi, dan kurangnya transparansi pemerintah kita yang arogan, semakin menunjukkan bahwa pengabdian Amerika kepada rezim otokratis ini merupakan aib nasional.”
Senator tersebut telah lama mengkritik penjualan senjata AS ke Arab Saudi karena catatan buruk kerajaan tersebut dalam hal hak asasi manusia (HAM).