Ancaman Rudal Nuklir Korut Nyata, tapi Tak Terjadi dalam Waktu Dekat
A
A
A
WASHINGTON - Ancaman Korea Utara (Korut) meluncurkan rudal berkemampuan nuklir dari kapal selam adalah nyata, tetapi tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Penilaian ini disampaikan para ahli setelah gambar satelit terbaru menunjukkan sebuah kapal berlabuh dengan kemampuan meluncurkan rudal.
"Jika Anda benar-benar ingin dapat meluncurkan rudal balistik yang dapat menampung senjata nuklir, Anda harus memiliki tingkat keandalan yang sangat tinggi. Dan itu bisa memakan waktu," kata David Albright, mantan inspektur nuklir Amerika Serikat yang sekarang menjadi analis proliferasi nuklir di Institute for Science and International Security.
"Dan satu-satunya bukti yang telah kita lihat sejauh ini adalah bagian luar kapal selam. Jadi, ini adalah lompatan besar dari itu terhadap ancaman yang akan segera terjadi," ujarnya,
Menurut laporan Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) foto satelit Galangan Kapal Sinpo Selatan, Korea Utara, yang diambil pada hari Senin menunjukkan kapal dan derek yang dapat digunakan untuk memindahkan tongkang rudal untuk uji coba rudal balistik dari kapal selam.
Laporan yang ditulis oleh analis Joseph Bermudez dan Victor Cha dari proyek CSIS, Beyond Parallel, mengonfirmasi laporan 23 Juli dari kantor berita negara Korut, KCNA, yang memperlihatkan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un sedang memeriksa kapal selam baru.
Laporan CSIS mengatakan inspeksi Kim pada bulan Juli diduga terjadi di Galangan Kapal Sinpo Selatan, tempat uji coba rudal kapal selam Angkatan Laut Korut.
KCNA melaporkan pada bulan Juli bahwa penyebaran operasional kapal selam baru Korea Utara sudah dekat. Namun laporan CSIS menyebut ancaman dari kapal selam itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Menurut CSIS, kapal selam harus melalui masa uji coba yang bisa memakan waktu lebih dari satu tahun, sebelum beroperasi penuh. "Tidak ada bukti konklusif pada saat ini bahwa ini adalah kepastian jangka pendek," bunyi laporan tersebut, dikutip Voice of America, Jumat (30/8/2019).
James Holmes, seorang pakar maritim di Akademi Perang Angkatan Laut AS, mengatakan Korea Utara memiliki insentif yang kuat untuk menggembar-gemborkan kemajuannya. "Karena 'membakar' posisi Pyongyang dengan penduduk Korea Utara, juga menciptakan semacam pencegahan virtual," ujarnya.
"Jika kapal selam rudal balistik (Korea Utara) terlihat siap untuk melaut, apakah penampilan itu benar atau tidak, itu akan mulai memengaruhi perhitungan diplomatik dan militer di ibukota regional segera," ujar Holmes.
Laporan CSIS, juga menyoroti fakta bahwa kapal selam Korea Utara sudah mampu meluncurkan rudal balistik berhulu ledak nuklir.
"Pembangunan dan commissioning dari (kapal selam rudal balistik) yang sebenarnya akan menghadirkan peningkatan signifikan dari ancaman rudal balistik Korea Utara dan mempersulit perencanaan pertahanan di kawasan itu," bunyi laporan CSIS.
"Gambar satelit menunjukkan Korea Utara membuat kemajuan nyata dalam mengembangkan leg kedua triad nuklir, membawa mereka lebih dekat ke kekuatan nuklir yang dapat bertahan dan mengurangi prospek untuk denuklirisasi penuh."
Triad nuklir mengacu pada tiga cara meluncurkan senjata nuklir, yakni hulu ledak dapat dilakukan oleh rudal antarbenua darat, oleh rudal balistik yang diluncurkan kapal selam dan oleh pesawat pengebom strategis.
"Jika Anda benar-benar ingin dapat meluncurkan rudal balistik yang dapat menampung senjata nuklir, Anda harus memiliki tingkat keandalan yang sangat tinggi. Dan itu bisa memakan waktu," kata David Albright, mantan inspektur nuklir Amerika Serikat yang sekarang menjadi analis proliferasi nuklir di Institute for Science and International Security.
"Dan satu-satunya bukti yang telah kita lihat sejauh ini adalah bagian luar kapal selam. Jadi, ini adalah lompatan besar dari itu terhadap ancaman yang akan segera terjadi," ujarnya,
Menurut laporan Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) foto satelit Galangan Kapal Sinpo Selatan, Korea Utara, yang diambil pada hari Senin menunjukkan kapal dan derek yang dapat digunakan untuk memindahkan tongkang rudal untuk uji coba rudal balistik dari kapal selam.
Laporan yang ditulis oleh analis Joseph Bermudez dan Victor Cha dari proyek CSIS, Beyond Parallel, mengonfirmasi laporan 23 Juli dari kantor berita negara Korut, KCNA, yang memperlihatkan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un sedang memeriksa kapal selam baru.
Laporan CSIS mengatakan inspeksi Kim pada bulan Juli diduga terjadi di Galangan Kapal Sinpo Selatan, tempat uji coba rudal kapal selam Angkatan Laut Korut.
KCNA melaporkan pada bulan Juli bahwa penyebaran operasional kapal selam baru Korea Utara sudah dekat. Namun laporan CSIS menyebut ancaman dari kapal selam itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Menurut CSIS, kapal selam harus melalui masa uji coba yang bisa memakan waktu lebih dari satu tahun, sebelum beroperasi penuh. "Tidak ada bukti konklusif pada saat ini bahwa ini adalah kepastian jangka pendek," bunyi laporan tersebut, dikutip Voice of America, Jumat (30/8/2019).
James Holmes, seorang pakar maritim di Akademi Perang Angkatan Laut AS, mengatakan Korea Utara memiliki insentif yang kuat untuk menggembar-gemborkan kemajuannya. "Karena 'membakar' posisi Pyongyang dengan penduduk Korea Utara, juga menciptakan semacam pencegahan virtual," ujarnya.
"Jika kapal selam rudal balistik (Korea Utara) terlihat siap untuk melaut, apakah penampilan itu benar atau tidak, itu akan mulai memengaruhi perhitungan diplomatik dan militer di ibukota regional segera," ujar Holmes.
Laporan CSIS, juga menyoroti fakta bahwa kapal selam Korea Utara sudah mampu meluncurkan rudal balistik berhulu ledak nuklir.
"Pembangunan dan commissioning dari (kapal selam rudal balistik) yang sebenarnya akan menghadirkan peningkatan signifikan dari ancaman rudal balistik Korea Utara dan mempersulit perencanaan pertahanan di kawasan itu," bunyi laporan CSIS.
"Gambar satelit menunjukkan Korea Utara membuat kemajuan nyata dalam mengembangkan leg kedua triad nuklir, membawa mereka lebih dekat ke kekuatan nuklir yang dapat bertahan dan mengurangi prospek untuk denuklirisasi penuh."
Triad nuklir mengacu pada tiga cara meluncurkan senjata nuklir, yakni hulu ledak dapat dilakukan oleh rudal antarbenua darat, oleh rudal balistik yang diluncurkan kapal selam dan oleh pesawat pengebom strategis.
(mas)