Korea Utara Tembakkan Rudal Balistik Antarbenua, Unjuk Kekuatan Kim Jong-un
loading...
A
A
A
SEOUL - Korea Utara (Korut) telah menguji tembak rudal balistik antarbenua (ICBM) ke perairan di lepas pantai timurnya, Kamis (31/10/2024) pagi. Demikian pengumuman militer Korea Selatan.
Manuver langka militer Pyongyang ini merupakan aksi unjuk kekuatan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, yang berambisi membuat negaranya menjadi negara adidaya nuklir.
Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa peluncuran rudal ke arah Laut Timur, yang juga dikenal sebagai Laut Jepang, terdeteksi sekitar pukul 07.10 pagi waktu setempat.
“Rudal balistik Korea Utara tampaknya merupakan ICBM yang ditembakkan pada lintasan yang tinggi,” kata JCS dalam sebuah pesan teks, sebagaimana diberitakan kantor berita Yonhap.
Peluncuran rudal jarak jauh Korea Utara dalam lintasan yang tinggi berarti menembakkan rudal hampir vertikal. Hal ini memungkinkan rudal untuk melaju ke ketinggian yang sangat tinggi tetapi kemudian mendarat pada jarak horizontal yang pendek dari lokasi peluncuran.
Peluncuran misil semacam itu memungkinkan Pyongyang mengumpulkan data yang dikirim kembali dari uji coba rudal untuk lebih memahami tantangan yang dihadapi saat hulu ledak jarak jauh memasuki kembali atmosfer Bumi.
Menurut laporan Yonhap, Korea Utara belum menguji coba rudal balistik sejak September tahun ini dan belum meluncurkan ICBM sejak Desember 2023.
Peluncuran rudal terbaru Korea Utara ini terjadi sehari setelah badan intelijen militer Korea Selatan memberi tahu anggota Parlemen bahwa Korea Utara kemungkinan telah menyelesaikan persiapan untuk uji coba nuklir ketujuh dan hampir menguji coba rudal jarak jauh yang mampu mencapai wilayah Amerika Serikat.
Peluncuran tersebut juga terjadi di tengah kekhawatiran tentang pengiriman pasukan Korea Utara ke Rusia untuk mendukung perangnya melawan Ukraina.
Berbicara dalam konferensi pers hari Rabu di Washington bersama Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Yong-hyun, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan pasukan Korea Utara diduga mengenakan seragam Rusia dan membawa peralatan Rusia bergerak menuju Ukraina.
Austin menyebutnya sebagai perkembangan yang berbahaya dan tidak stabil.
Korea Selatan melaporkan bahwa Korea Utara telah mengirim lebih dari 11.000 tentara ke Rusia dan lebih dari 3.000 dari mereka telah dipindahkan ke dekat pertempuran di Rusia bagian barat.
Manuver langka militer Pyongyang ini merupakan aksi unjuk kekuatan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, yang berambisi membuat negaranya menjadi negara adidaya nuklir.
Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa peluncuran rudal ke arah Laut Timur, yang juga dikenal sebagai Laut Jepang, terdeteksi sekitar pukul 07.10 pagi waktu setempat.
“Rudal balistik Korea Utara tampaknya merupakan ICBM yang ditembakkan pada lintasan yang tinggi,” kata JCS dalam sebuah pesan teks, sebagaimana diberitakan kantor berita Yonhap.
Peluncuran rudal jarak jauh Korea Utara dalam lintasan yang tinggi berarti menembakkan rudal hampir vertikal. Hal ini memungkinkan rudal untuk melaju ke ketinggian yang sangat tinggi tetapi kemudian mendarat pada jarak horizontal yang pendek dari lokasi peluncuran.
Peluncuran misil semacam itu memungkinkan Pyongyang mengumpulkan data yang dikirim kembali dari uji coba rudal untuk lebih memahami tantangan yang dihadapi saat hulu ledak jarak jauh memasuki kembali atmosfer Bumi.
Menurut laporan Yonhap, Korea Utara belum menguji coba rudal balistik sejak September tahun ini dan belum meluncurkan ICBM sejak Desember 2023.
Peluncuran rudal terbaru Korea Utara ini terjadi sehari setelah badan intelijen militer Korea Selatan memberi tahu anggota Parlemen bahwa Korea Utara kemungkinan telah menyelesaikan persiapan untuk uji coba nuklir ketujuh dan hampir menguji coba rudal jarak jauh yang mampu mencapai wilayah Amerika Serikat.
Peluncuran tersebut juga terjadi di tengah kekhawatiran tentang pengiriman pasukan Korea Utara ke Rusia untuk mendukung perangnya melawan Ukraina.
Berbicara dalam konferensi pers hari Rabu di Washington bersama Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Yong-hyun, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan pasukan Korea Utara diduga mengenakan seragam Rusia dan membawa peralatan Rusia bergerak menuju Ukraina.
Austin menyebutnya sebagai perkembangan yang berbahaya dan tidak stabil.
Korea Selatan melaporkan bahwa Korea Utara telah mengirim lebih dari 11.000 tentara ke Rusia dan lebih dari 3.000 dari mereka telah dipindahkan ke dekat pertempuran di Rusia bagian barat.
(mas)