Baru Beroperasi, Bandara Hong Kong Kembali Batalkan Semua Penerbangan

Selasa, 13 Agustus 2019 - 17:43 WIB
Baru Beroperasi, Bandara Hong Kong Kembali Batalkan Semua Penerbangan
Baru Beroperasi, Bandara Hong Kong Kembali Batalkan Semua Penerbangan
A A A
HONG KONG - Ratusan demonstran kembali menggelar aksi unjuk rasa, Selasa (13/8/2019), sehari setelah penutupan Bandara Hong Kong. Akibatnya, pihak otoritas bandara internasional yang sibuk tersebut terpaksa kembali membatalkan seluruh penerbangan untuk hari kedua.

Dibalut pakaian hitam dan topeng, seragam resmi pengunjuk rasa, para demonstran di bandara meneriakkan, "Berdirilah dengan Hong Kong, berjuang untuk kebebasan" ketika para penumpang bergegas untuk mengejar jadwal penerbangan yang dijadwal ulang dan penundaan penerbangan.

Bandara Hong Kong sempat beroperasi pada Selasa pagi, tetapi penumpukan penerbangan yang dibatalkan membuat sejumlah pesawat yang hendak lepas lanas ditunda atau dibatalkan. Kemudian muncul pengumuman bahwa check-in telah ditangguhkan lagi.

Keputusan ini menandai aksi protes di bandara selama lima hari berturut-turut, ketika demonstrasi pro demokrasi memasuki minggu ke-10 dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan reda.

"Operasi terminal di Bandara Internasional Hong Kong telah benar-benar terganggu akibat demonstrasi publik di bandara hari ini," kata otoritas bandara, menambahkan bahwa layanan check-in untuk penerbangan yang berangkat telah ditangguhkan sejak pukul 16:30 waktu setempat seperti dikutip dari The Guardian.

Sebelumnya pembatalan semua penerbangan terjadi pada Senin kemarin ketika Beijing membuat serangkaian pernyataan yang mengancam. Seorang pejabat China mengatakan "terorisme" muncul di pusat keuangan itu, sementara di Hong Kong pihak berwenang menunjukkan meriam air untuk digunakan dalam pengendalian massa. (Baca juga: Bandara Hong Kong Batalkan Semua Penerbangan Akibat Demonstrasi )

Sebelumnya kepala eksekutif wilayah Hong Kong, Carrie Lam, memperingatkan bahwa kekerasan mendorong Hong Kong ke arah yang berbahaya.

"Kekerasan, tidak peduli apakah itu menggunakan kekerasan atau memaafkan kekerasan, akan mendorong Hong Kong ke jalur yang tidak bisa kembali, akan menjerumuskan masyarakat Hong Kong ke dalam situasi yang sangat mengkhawatirkan dan berbahaya," katanya.

Lam, yang menghadapi pertanyaan sengit dari wartawan setempat dan pada satu titik tampak hampir menangis, meminta semua pihak untuk tenang.

"Luangkan waktu sebentar untuk berpikir, lihat kota kami, rumah kami, apakah Anda semua benar-benar ingin melihatnya didorong ke dalam jurang," kata Lam, meskipun ia kembali menolak untuk memberikan konsesi kepada para pengunjuk rasa.

Staf medis di lebih dari belasan rumah sakit umum melakukan aksi menentang kebrutalan polisi dan penolakan pemerintah untuk menyetujui tuntutan para pemrotes. Front Hak Asasi Manusia Sipil, sebuah kelompok yang telah mengorganisir beberapa demonstrasi massal selama dua bulan terakhir, menyerukan unjuk rasa baru pada hari Minggu.

Kelompok hak asasi dan aktivis demokrasi menuduh polisi menggunakan kekuatan yang semakin berlebihan. Setidaknya 40 orang dirawat di rumah sakit setelah bentrokan pada hari Minggu, termasuk seorang wanita yang dilaporkan dipukul dengan beanbag round, ditembakkan dari senapan polisi, dan bisa menyebabkan kebutaan.

Bekas koloni Inggris itu kembali ke pemerintahan China pada tahun 1997 dengan jaminan di bawah mode pemerintahan "satu negara, dua sistem", kota itu akan mempertahankan otonomi tingkat tinggi, peradilan independen dan kebebasan yang tidak diizinkan di China daratan.

Demonstrasi telah menjerumuskan wilayah China itu ke dalam krisis paling serius dalam beberapa dekade, menghadirkan tantangan terbesar bagi presiden Xi Jinping sejak ia berkuasa pada 2012.

Para pengunjukrasa mengatakan mereka memerangi erosi pengaturan "satu negara, dua sistem".
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8002 seconds (0.1#10.140)
pixels