Menhan Iran Sebut Penahanan Kapal Minyak oleh Inggris Perampokan
A
A
A
TEHERAN - Menteri Pertahanan (Menhan) Iran Amir Hatami menggambarkan penahanan kapal tanker minyak raksasa Grace 1 oleh Marinir Kerajaan Inggris baru-baru ini sebagai perampokan dan tindakan yang mengancam.
Kapal itu dihentikan dan ditahan Marinir Kerajaan Inggris di perairan Gibraltar pada Juli atas tuduhan mencoba mengirim minyak ke Suriah. Upaya memasok minyak ke Suriah merupakan pelanggaran sanksi Uni Eropa yang telah dijatuhkan terhadap rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Kementerian Luar Negeri Iran menegaskan pada hari Senin (8/7/2019) bahwa kapal tanker itu tidak dalam perjalanan ke Suriah. Menurut kementerian itu, tidak ada pelabuhan Suriah yang bisa digunakan untuk kapal Grace 1 berlabuh. Kementerian berjanji akan mengambil serentetan tindakan politik, diplomatik dan hukum sehubungan dengan penyitaan kapal tanker Inggris.
Dalam pidato di televisi yang dikelola pemerintah pada hari ini, Hatami memperingatkan bahwa Iran tidak akan tahan dengan dengan apa yang ia sebut tindakan "perampokan maritim".
"Baru-baru ini, pemerintah Inggris, dalam langkah provokatif, menyita sebuah kapal tanker minyak yang dioperasikan Iran di lepas pantai Gibraltar, yang bertentangan dengan peraturan internasional dan komitmen para penandatangan Eropa terhadap perjanjian nuklir (Iran 2015)," kata Hatami.
Dia secara terpisah mengatakan Iran penembakan pesawat nirawak AS bulan lalu sebagai pesan untuk Washington bahwa Teheran siap mempertahankan perbatasannya.
Pada bulan Juni, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengatakan bahwa mereka telah menjatuhkan pesawat pengintai RQ-4 Global Hawk Northrop Grumman AS yang terbang di atas provinsi pesisir Hormozgan karena melanggar wilayah udara negara tersebut.
Namun, Komando Pusat AS mengatakan bahwa pesawat nirawak itu ditembak jatuh dengan rudal ketika beroperasi di perairan internasional di atas Selat Hormuz.
Hatami menambahkan bahwa Teheran tidak tertarik pada perang melawan negara mana pun.
Kapal itu dihentikan dan ditahan Marinir Kerajaan Inggris di perairan Gibraltar pada Juli atas tuduhan mencoba mengirim minyak ke Suriah. Upaya memasok minyak ke Suriah merupakan pelanggaran sanksi Uni Eropa yang telah dijatuhkan terhadap rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Kementerian Luar Negeri Iran menegaskan pada hari Senin (8/7/2019) bahwa kapal tanker itu tidak dalam perjalanan ke Suriah. Menurut kementerian itu, tidak ada pelabuhan Suriah yang bisa digunakan untuk kapal Grace 1 berlabuh. Kementerian berjanji akan mengambil serentetan tindakan politik, diplomatik dan hukum sehubungan dengan penyitaan kapal tanker Inggris.
Dalam pidato di televisi yang dikelola pemerintah pada hari ini, Hatami memperingatkan bahwa Iran tidak akan tahan dengan dengan apa yang ia sebut tindakan "perampokan maritim".
"Baru-baru ini, pemerintah Inggris, dalam langkah provokatif, menyita sebuah kapal tanker minyak yang dioperasikan Iran di lepas pantai Gibraltar, yang bertentangan dengan peraturan internasional dan komitmen para penandatangan Eropa terhadap perjanjian nuklir (Iran 2015)," kata Hatami.
Dia secara terpisah mengatakan Iran penembakan pesawat nirawak AS bulan lalu sebagai pesan untuk Washington bahwa Teheran siap mempertahankan perbatasannya.
Pada bulan Juni, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengatakan bahwa mereka telah menjatuhkan pesawat pengintai RQ-4 Global Hawk Northrop Grumman AS yang terbang di atas provinsi pesisir Hormozgan karena melanggar wilayah udara negara tersebut.
Namun, Komando Pusat AS mengatakan bahwa pesawat nirawak itu ditembak jatuh dengan rudal ketika beroperasi di perairan internasional di atas Selat Hormuz.
Hatami menambahkan bahwa Teheran tidak tertarik pada perang melawan negara mana pun.
(mas)