Memanas, Turki Bakal Balas Sanksi AS
A
A
A
ANKARA - Tensi hubungan antara Turki dengan Amerika Serikat (AS) terus memanas terkait keputusan Ankara membeli sistem pertahanan S-400 buatan Rusia. AS menilai kesepakatan itu membahayakan keterlibatan Ankara dalam program jet tempur F-35, bahkan bisa mendorong dijatuhkannya sanksi.
Menanggapi ancaman itu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyatakan akan membalas setiap tindakan Washington atas keputusannya untuk mengakuisisi sistem pertahanan udara S-400 Rusia.
"Satu negara tidak bisa memberikan instruksi kepada yang lain tentang cara bertindak. AS harus meninggalkan perilaku ini. Semua orang khawatir tentang hal ini. Seberapa jauh itu bisa terjadi? Jika AS mengambil langkah melawan kita, maka kita akan dipaksa untuk mengambil langkah timbal balik," katanya dalam sebuah wawancara dengan saluran NTV seperti dilansir Sputnik, Jumat (14/6/2019).
Cavusoglu sebelumnya mengatakan bahwa "tidak" berada dalam posisi untuk mengeluarkan ultimatum mengenai kebijakan Turki.
Pernyataan Cavusoglu datang tak lama setelah juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim Kalin mengecam surat oleh Penjabat Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan kepada Menteri Pertahanan Turki yang dilaporkan berisi ancaman untuk mengeluarkan Ankara dari program pelatihan pilot F-35 terkait kesepakatan S-400.
"Surat ini bertentangan dengan semangat hubungan sekutu. Bersamaan dengan pengiriman surat itu, isinya diungkapkan kepada media. Ini tidak dapat diterima untuk urusan negara yang serius. Semua orang harus yakin bahwa kami akan merespons. Presiden Turki dan Amerika Serikat akan membahas masalah peserta pelatihan F-35 kami di sela-sela pertemuan KTT G20 di Jepang pada 29 Juni," kata Kalin tentang surat itu, yang dilihat oleh majalah Foreign Policy.
Turki secara konsisten menolak tunduk pada ancaman AS atas kesepakatan S-400. Ankara bersikeras bahwa pembelian senjata itu adalah urusan kedaulatannya, dan telah mengesampingkan kemungkinan membatalkan rencana untuk menyelesaikan akuisisi.
Pada akhir Mei, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa akuisisi Turki atas S-400 Rusia akan memiliki konsekuensi yang sangat nyata dan sangat negatif.
Washington, dalam banyak kesempatan, mengklaim bahwa S-400 tidak kompatibel dengan peralatan militer NATO dan menyebut bahwa sistem pertahanan udara Rusia itu menimbulkan ancaman bagi jet tempur F-35.
Ankara, pada gilirannya, menekankan bahwa S-400 tidak terhubung dengan keamanan NATO, AS atau F-35 dengan cara apa pun, dan keputusan untuk mendapatkannya tidak menargetkan negara ketiga.
Karena Turki secara konsisten menolak untuk membatalkan kesepakatan, Washington mengancam untuk menahan penjualan pesawat tempur siluman ke Ankara, atau menamparnya dengan sanksi berdasarkan Undang-Undang Melawan Penentang Amerika Melalui Sanksi (CAATSA) 2017.
Rusia dan Turki menandatangani perjanjian pinjaman senilai USD2,5 miliar untuk pengiriman total empat baterai sistem S-400 pada Desember 2017. Pengiriman pertama ditetapkan untuk Juli 2019 dan akan dilanjutkan sesuai jadwal, menurut pejabat Turki.
Menanggapi ancaman itu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyatakan akan membalas setiap tindakan Washington atas keputusannya untuk mengakuisisi sistem pertahanan udara S-400 Rusia.
"Satu negara tidak bisa memberikan instruksi kepada yang lain tentang cara bertindak. AS harus meninggalkan perilaku ini. Semua orang khawatir tentang hal ini. Seberapa jauh itu bisa terjadi? Jika AS mengambil langkah melawan kita, maka kita akan dipaksa untuk mengambil langkah timbal balik," katanya dalam sebuah wawancara dengan saluran NTV seperti dilansir Sputnik, Jumat (14/6/2019).
Cavusoglu sebelumnya mengatakan bahwa "tidak" berada dalam posisi untuk mengeluarkan ultimatum mengenai kebijakan Turki.
Pernyataan Cavusoglu datang tak lama setelah juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim Kalin mengecam surat oleh Penjabat Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan kepada Menteri Pertahanan Turki yang dilaporkan berisi ancaman untuk mengeluarkan Ankara dari program pelatihan pilot F-35 terkait kesepakatan S-400.
"Surat ini bertentangan dengan semangat hubungan sekutu. Bersamaan dengan pengiriman surat itu, isinya diungkapkan kepada media. Ini tidak dapat diterima untuk urusan negara yang serius. Semua orang harus yakin bahwa kami akan merespons. Presiden Turki dan Amerika Serikat akan membahas masalah peserta pelatihan F-35 kami di sela-sela pertemuan KTT G20 di Jepang pada 29 Juni," kata Kalin tentang surat itu, yang dilihat oleh majalah Foreign Policy.
Turki secara konsisten menolak tunduk pada ancaman AS atas kesepakatan S-400. Ankara bersikeras bahwa pembelian senjata itu adalah urusan kedaulatannya, dan telah mengesampingkan kemungkinan membatalkan rencana untuk menyelesaikan akuisisi.
Pada akhir Mei, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa akuisisi Turki atas S-400 Rusia akan memiliki konsekuensi yang sangat nyata dan sangat negatif.
Washington, dalam banyak kesempatan, mengklaim bahwa S-400 tidak kompatibel dengan peralatan militer NATO dan menyebut bahwa sistem pertahanan udara Rusia itu menimbulkan ancaman bagi jet tempur F-35.
Ankara, pada gilirannya, menekankan bahwa S-400 tidak terhubung dengan keamanan NATO, AS atau F-35 dengan cara apa pun, dan keputusan untuk mendapatkannya tidak menargetkan negara ketiga.
Karena Turki secara konsisten menolak untuk membatalkan kesepakatan, Washington mengancam untuk menahan penjualan pesawat tempur siluman ke Ankara, atau menamparnya dengan sanksi berdasarkan Undang-Undang Melawan Penentang Amerika Melalui Sanksi (CAATSA) 2017.
Rusia dan Turki menandatangani perjanjian pinjaman senilai USD2,5 miliar untuk pengiriman total empat baterai sistem S-400 pada Desember 2017. Pengiriman pertama ditetapkan untuk Juli 2019 dan akan dilanjutkan sesuai jadwal, menurut pejabat Turki.
(ian)