Korban Pembantaian di Sudan 100 Orang, 40 Mayat Dibuang di Sungai Nil
A
A
A
KHARTOUM - Korban tewas dari serangan pasukan keamanan Sudan di area protes duduk kelompok demonstran pro-demokrasi di Khartoum pada hari Senin lalu telah meningkat menjadi 100 orang. Komite Pusat Dokter Sudan (CCSD) mengatakan, dari 100 korban tewas, 40 mayat di antaranya dibuang di Sungai Nil.
CCSD, yang dianggap pro-demonstran oposisi, mengatakan 60 orang tewas dalam tindakan keras militer di ibu kota negara itu, Khartoum. Namun, jumlahnya meningkat ketika 40 mayat ditemukan dibuang di sungai oleh paramiliter Pasukan Pendukung Cepat (RSF).
Kepala Dewan Transisi Militer (TMC) yang berkuasa di Sudan, Letnan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, telah memerintahkan penyelidikan atas kematian orang-orang tersebut.
TMC mengambil alih kekuasaan Sudan setelah kudeta militer menggulingkan Presiden Omar al-Bashir pada April lalu. Demonstran telah menuntut agar TMC memberi jalan bagi sipil untuk mengendalikan kepemimpinan negara sementara sampai pemilu demokratis digelar.
Saksi mata mengatakan bahwa polisi dan RSF menembak demonstran pada hari Senin. Beberapa video menunjukkan pasukan keamanan memukuli orang dengan tongkat. Internet telah diblokir di berbagai tempat di seluruh negeri oleh penyedia utama.
Pada hari Selasa, jalan-jalan Khartoum lebih tenang. Sudan pada saat ini sedang merayakan Idul Fitri, hari libur Muslim yang menandai akhir Ramadhan.
Serangan pasukan keamanan di lokasi demo duduk pada hari Senin lalu telah menuai kecaman internasional, termasuk dari Sekretaris Jenderal PBB António Guterres.
Setelah kudeta militer April, TMC dan kelompok-kelompok oposisi menyetujui transisi tiga tahun ke demokrasi. Tetapi pada hari Selasa, al-Burhan menyerukan pemilU nasional dalam waktu sembilan bulan.
"Satu-satunya cara untuk memerintah Sudan adalah melalui kotak suara," kata pemimpin TMC tersebut dalam pidato di stasiun televisi pemerintah, yang dikutip CNN, Kamis (6/6/2019).
Dalam pidatonya hari Rabu tersebut, al-Burhan meminta maaf kepada orang-orang Sudan."Semua yang terlibat dalam peristiwa yang mengarah pada gangguan situs protes akan dimintai pertanggungjawaban dan dibawa ke pengadilan," katanya.
"Saya meminta semua orang Sudan untuk membalik halaman masa lalu dan membuka kembali halaman baru untuk mencapai masa depan yang lebih baik dari negara kita," imbuh dia sebagai isyarat TMC bersedia untuk memulai negosiasi baru dengan kelompok-kelompok oposisi.
CCSD, yang dianggap pro-demonstran oposisi, mengatakan 60 orang tewas dalam tindakan keras militer di ibu kota negara itu, Khartoum. Namun, jumlahnya meningkat ketika 40 mayat ditemukan dibuang di sungai oleh paramiliter Pasukan Pendukung Cepat (RSF).
Kepala Dewan Transisi Militer (TMC) yang berkuasa di Sudan, Letnan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, telah memerintahkan penyelidikan atas kematian orang-orang tersebut.
TMC mengambil alih kekuasaan Sudan setelah kudeta militer menggulingkan Presiden Omar al-Bashir pada April lalu. Demonstran telah menuntut agar TMC memberi jalan bagi sipil untuk mengendalikan kepemimpinan negara sementara sampai pemilu demokratis digelar.
Saksi mata mengatakan bahwa polisi dan RSF menembak demonstran pada hari Senin. Beberapa video menunjukkan pasukan keamanan memukuli orang dengan tongkat. Internet telah diblokir di berbagai tempat di seluruh negeri oleh penyedia utama.
Pada hari Selasa, jalan-jalan Khartoum lebih tenang. Sudan pada saat ini sedang merayakan Idul Fitri, hari libur Muslim yang menandai akhir Ramadhan.
Serangan pasukan keamanan di lokasi demo duduk pada hari Senin lalu telah menuai kecaman internasional, termasuk dari Sekretaris Jenderal PBB António Guterres.
Setelah kudeta militer April, TMC dan kelompok-kelompok oposisi menyetujui transisi tiga tahun ke demokrasi. Tetapi pada hari Selasa, al-Burhan menyerukan pemilU nasional dalam waktu sembilan bulan.
"Satu-satunya cara untuk memerintah Sudan adalah melalui kotak suara," kata pemimpin TMC tersebut dalam pidato di stasiun televisi pemerintah, yang dikutip CNN, Kamis (6/6/2019).
Dalam pidatonya hari Rabu tersebut, al-Burhan meminta maaf kepada orang-orang Sudan."Semua yang terlibat dalam peristiwa yang mengarah pada gangguan situs protes akan dimintai pertanggungjawaban dan dibawa ke pengadilan," katanya.
"Saya meminta semua orang Sudan untuk membalik halaman masa lalu dan membuka kembali halaman baru untuk mencapai masa depan yang lebih baik dari negara kita," imbuh dia sebagai isyarat TMC bersedia untuk memulai negosiasi baru dengan kelompok-kelompok oposisi.
(mas)