AS Stop Kirim F-35 ke Turki, Israel Makin Digdaya di Timur Tengah
A
A
A
TEL AVIV - Keputusan Amerika Serikat (AS) menghentikan pengiriman pesawat jet tempur F-35 ke Turki karena membeli sistem pertahanan rudal S-400 Rusia telah menguntungkan Israel. Negara mayoritas Yahudi itu semakin digdaya di udara Timur Tengah.
Langkah Washington tersebut menyusul peringatan berulang kali baik dari Amerika Serikat maupun sekutu NATO lainnya kepada Ankara bahwa membeli sistem rudal Rusia bersama jet tempur yang diproduksi Lockheed Martin akan mengancam keamanan F-35. Alasannya, senjata pertahanan Moksow itu bisa mempelajari cara menemukan dan melacak jet tempur F-35.
Israel, yang juga memiliki hubungan yang rapuh dengan Turki, saat ini memiliki 14 unit jet tempur F-35 Adir dan diperkirakan akan menerima total 50 pesawat untuk membuat dua skuadron penuh pada 2024.
Menurut sejumlah laporan media asing, Israel telah diam-diam menguji cara untuk mengalahkan sistem pertahanan udara Rusia yang canggih, termasuk dengan berpartisipasi dalam beberapa latihan bersama dengan Angkatan Udara Yunani di pulau Kreta di mana satu sistem pertahanan rudal buatan Rusia ditempatkan. Latihan itu dilaporkan telah memungkinkan pesawat tempur Israel untuk mengumpulkan data tentang bagaimana sistem canggih tersebut dapat dibutakan atau dibodohi.
Tetapi ada kekhawatiran bahwa radar pada sistem S-400 yang dibeli oleh Turki—yang telah membentuk semacam aliansi dengan Rusia dan telah bekerja sama erat dengan Iran—dapat mempelajari titik-titik lemah dalam jet F-35 dan membuatnya kurang mampu menghindari senjata Rusia di masa depan.
Perwira top di NATO dan kepala pasukan Amerika di Eropa, Jenderal Curtis Scaparrotti memperingatkan pada bulan Maret selama rapat dengan Komite Layanan Angkatan Bersenjata Senat bahwa pembelian S-400 oleh Ankara menghadirkan masalah tidak hanya untuk F-35 tetapi untuk semua pesawat Amerika.
"Saran militer terbaik saya adalah agar kita tidak menindaklanjuti dengan F-35, menerbangkannya atau bekerja dengan sekutu yang bekerja dengan sistem Rusia, khususnya sistem pertahanan udara, dengan salah satu kemampuan teknologi kami yang paling canggih," Scaparrotti seperti dikutip Defense News.
Dibangun oleh Lockheed Martin, jet tempur F-35 memiliki sinyal radar yang sangat rendah yang memungkinkannya beroperasi jauh di dalam wilayah musuh serta untuk menghindari sistem pertahanan rudal canggih seperti S-300 dan S-400 buatan Rusia.
Hubungan yang sudah rapuh antara Israel dan Turki semakin tegang dalam beberapa bulan terakhir ketika Presiden Turki Tayyip Erdogan—seorang kritikus vokal kebijakan Israel terhadap Palestina—telah meningkatkan retorikanya.
Para pejabat Israel telah menyuarakan keprihatinan atas pembelian jet F-35 oleh Turki. Salah satu pejabat senior pertahanan yang dikutip oleh Haaretz pada bulan Agustus lalu mengatakan bahwa Israel ingin menjadi satu-satunya negara di Timur Tengah dengan F-35 untuk menjaga keunggulan kualitatif militernya. Dia khawatir kemampuan jet tempur itu akan bocor ke negara-negara musuh jika Turki memilikinya.
Ceng Sagnic dari Moshe Dayan Center di Tel Aviv mengatakan kepada The Jerusalem Post bahwa untuk sementara Moskow mungkin ragu-ragu untuk berbagi pengetahuan tentang jet tempur yang mungkin diperoleh dengan S-400.
“Moskow pasti akan ragu untuk membagikan rahasia militer yang diperolehnya dengan pihak ketiga. Tetapi jika terjadi perselisihan besar di wilayah tersebut atau aliansi Moskow-Teheran yang berpotensi diperluas, transfer pengetahuan tentang sistem senjata AS ke Teheran dapat menjadi topik diskusi," katanya, yang dilansir Jumat (5/4/2019).
Menurut Sagnic, tidak mungkin untuk memperkirakan tingkat hubungan antara Ankara dengan Moskow. "Kehadiran F-35 dan S-400 juga dapat datang dengan hasil yang sama. Jika Turki membeli F-35 dari AS dan S-400 dari Rusia, situasinya sebagian akan menyerupai Yunani, di mana kehadiran sistem S-300 kebetulan diizinkan," ujarnya.
Israel menjadi negara pertama di luar Amerika Serikat yang mendeklarasikan Kemampuan Operasional Awal (IOC) jet tempur siluman F-35 pada 2017. Tahun lalu, kepala Angkatan Udara Israel (IAF) Mayor Jenderal Amikam Norkin mengumumkan bahwa Israel telah menyerang sasaran di Timur Tengah dengan jet F-35 Adir sebanyak dua kali.
"Turki harus secara serius berpikir bahwa Israel mungkin berada di belakang pembatalan perjanjian F-35 untuk menjaga keunggulan udaranya. Namun, untuk politik dalam negeri, Ankara membutuhkan 'tersangka biasa' untuk disalahkan, karena menyalahkan AS tidak cukup untuk menjelaskan gangguan dalam satu perjanjian senjata terbesar yang telah ditandatangani Turki," kata Sagnic.
Sebagai mitra Level-3 dalam program multinasional F-35, Turki menginvestasikan lebih dari USD1 miliar pada jet tempur itu. Beberapa perusahaan lokal yang memproduksi komponen untuk pesawat termasuk layar pesawat dan kokpit. Mereka di antaranya, Alp Aviation, AYESAS, Kale Aviation, Kale Pratt & Whitney dan Turkish Aerospace Industries.
Perusahaan-perusahaan pertahanan Turki juga memproduksi rudal kelas SOM-J untuk program Joint Strike Fighter (JSF) dan Turki adalah pusat pemeliharaan dan perbaikan Eropa untuk pesawat tempur F-35 yang diproduksi berdasarkan rencana JSF.
Ankara menerima pengiriman F-35 pertamanya pada bulan Juni di sebuah upacara di Texas dan negara itu berencana untuk membeli 100 jet siluman itu pada tahun-tahun mendatang. Pilot-pilot Turki telah belajar menerbangkan jet itu bersama pilot-pilot AS di Luke Air Force Base, Arizona.
Ankara berpegang pada harapan bahwa dua jet tempur F-35 lainnya yang diharapkan diserahkan bulan ini akan benar-benar dikirimkan.
Langkah Washington tersebut menyusul peringatan berulang kali baik dari Amerika Serikat maupun sekutu NATO lainnya kepada Ankara bahwa membeli sistem rudal Rusia bersama jet tempur yang diproduksi Lockheed Martin akan mengancam keamanan F-35. Alasannya, senjata pertahanan Moksow itu bisa mempelajari cara menemukan dan melacak jet tempur F-35.
Israel, yang juga memiliki hubungan yang rapuh dengan Turki, saat ini memiliki 14 unit jet tempur F-35 Adir dan diperkirakan akan menerima total 50 pesawat untuk membuat dua skuadron penuh pada 2024.
Menurut sejumlah laporan media asing, Israel telah diam-diam menguji cara untuk mengalahkan sistem pertahanan udara Rusia yang canggih, termasuk dengan berpartisipasi dalam beberapa latihan bersama dengan Angkatan Udara Yunani di pulau Kreta di mana satu sistem pertahanan rudal buatan Rusia ditempatkan. Latihan itu dilaporkan telah memungkinkan pesawat tempur Israel untuk mengumpulkan data tentang bagaimana sistem canggih tersebut dapat dibutakan atau dibodohi.
Tetapi ada kekhawatiran bahwa radar pada sistem S-400 yang dibeli oleh Turki—yang telah membentuk semacam aliansi dengan Rusia dan telah bekerja sama erat dengan Iran—dapat mempelajari titik-titik lemah dalam jet F-35 dan membuatnya kurang mampu menghindari senjata Rusia di masa depan.
Perwira top di NATO dan kepala pasukan Amerika di Eropa, Jenderal Curtis Scaparrotti memperingatkan pada bulan Maret selama rapat dengan Komite Layanan Angkatan Bersenjata Senat bahwa pembelian S-400 oleh Ankara menghadirkan masalah tidak hanya untuk F-35 tetapi untuk semua pesawat Amerika.
"Saran militer terbaik saya adalah agar kita tidak menindaklanjuti dengan F-35, menerbangkannya atau bekerja dengan sekutu yang bekerja dengan sistem Rusia, khususnya sistem pertahanan udara, dengan salah satu kemampuan teknologi kami yang paling canggih," Scaparrotti seperti dikutip Defense News.
Dibangun oleh Lockheed Martin, jet tempur F-35 memiliki sinyal radar yang sangat rendah yang memungkinkannya beroperasi jauh di dalam wilayah musuh serta untuk menghindari sistem pertahanan rudal canggih seperti S-300 dan S-400 buatan Rusia.
Hubungan yang sudah rapuh antara Israel dan Turki semakin tegang dalam beberapa bulan terakhir ketika Presiden Turki Tayyip Erdogan—seorang kritikus vokal kebijakan Israel terhadap Palestina—telah meningkatkan retorikanya.
Para pejabat Israel telah menyuarakan keprihatinan atas pembelian jet F-35 oleh Turki. Salah satu pejabat senior pertahanan yang dikutip oleh Haaretz pada bulan Agustus lalu mengatakan bahwa Israel ingin menjadi satu-satunya negara di Timur Tengah dengan F-35 untuk menjaga keunggulan kualitatif militernya. Dia khawatir kemampuan jet tempur itu akan bocor ke negara-negara musuh jika Turki memilikinya.
Ceng Sagnic dari Moshe Dayan Center di Tel Aviv mengatakan kepada The Jerusalem Post bahwa untuk sementara Moskow mungkin ragu-ragu untuk berbagi pengetahuan tentang jet tempur yang mungkin diperoleh dengan S-400.
“Moskow pasti akan ragu untuk membagikan rahasia militer yang diperolehnya dengan pihak ketiga. Tetapi jika terjadi perselisihan besar di wilayah tersebut atau aliansi Moskow-Teheran yang berpotensi diperluas, transfer pengetahuan tentang sistem senjata AS ke Teheran dapat menjadi topik diskusi," katanya, yang dilansir Jumat (5/4/2019).
Menurut Sagnic, tidak mungkin untuk memperkirakan tingkat hubungan antara Ankara dengan Moskow. "Kehadiran F-35 dan S-400 juga dapat datang dengan hasil yang sama. Jika Turki membeli F-35 dari AS dan S-400 dari Rusia, situasinya sebagian akan menyerupai Yunani, di mana kehadiran sistem S-300 kebetulan diizinkan," ujarnya.
Israel menjadi negara pertama di luar Amerika Serikat yang mendeklarasikan Kemampuan Operasional Awal (IOC) jet tempur siluman F-35 pada 2017. Tahun lalu, kepala Angkatan Udara Israel (IAF) Mayor Jenderal Amikam Norkin mengumumkan bahwa Israel telah menyerang sasaran di Timur Tengah dengan jet F-35 Adir sebanyak dua kali.
"Turki harus secara serius berpikir bahwa Israel mungkin berada di belakang pembatalan perjanjian F-35 untuk menjaga keunggulan udaranya. Namun, untuk politik dalam negeri, Ankara membutuhkan 'tersangka biasa' untuk disalahkan, karena menyalahkan AS tidak cukup untuk menjelaskan gangguan dalam satu perjanjian senjata terbesar yang telah ditandatangani Turki," kata Sagnic.
Sebagai mitra Level-3 dalam program multinasional F-35, Turki menginvestasikan lebih dari USD1 miliar pada jet tempur itu. Beberapa perusahaan lokal yang memproduksi komponen untuk pesawat termasuk layar pesawat dan kokpit. Mereka di antaranya, Alp Aviation, AYESAS, Kale Aviation, Kale Pratt & Whitney dan Turkish Aerospace Industries.
Perusahaan-perusahaan pertahanan Turki juga memproduksi rudal kelas SOM-J untuk program Joint Strike Fighter (JSF) dan Turki adalah pusat pemeliharaan dan perbaikan Eropa untuk pesawat tempur F-35 yang diproduksi berdasarkan rencana JSF.
Ankara menerima pengiriman F-35 pertamanya pada bulan Juni di sebuah upacara di Texas dan negara itu berencana untuk membeli 100 jet siluman itu pada tahun-tahun mendatang. Pilot-pilot Turki telah belajar menerbangkan jet itu bersama pilot-pilot AS di Luke Air Force Base, Arizona.
Ankara berpegang pada harapan bahwa dua jet tempur F-35 lainnya yang diharapkan diserahkan bulan ini akan benar-benar dikirimkan.
(mas)