Lebih dari 60 Tewas dalam Kekerasan Etnis di Burkina Faso
A
A
A
OUAGADOUGOU - Pemerintah Burkina Faso mengatakan lebih dari 60 warga sipil tewas dalam bentrokan antara komunitas di Burkina Faso utara dalam beberapa hari terakhir. Kekerasan ini adalah yang terbaru dalam rentetan kekerasan antar masyarakat yang menimpa wilayah Sahel Afrika Barat.
Burkina Faso dan tetangganya, Mali, telah mengalami lonjakan bentrokan etnis yang dipicu oleh gerilyawan Islam ketika mereka berusaha memperluas pengaruhnya atas Sahel, sebuah wilayah gersang antara gurun Sahara utara Afrika dan saban di selatannya.
Serangan-serangan gerilyawan meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Kekerasan ini telah menyalakan kembali ketegangan yang sudah berlangsung lama di antara masyarakat ketika kelompok-kelompok tertentu salahkan karena berkolaborasi dengan para gerilyawan.
Kekerasan baru muncul di dekat kota Arbinda di provinsi Soum Burkina pada Minggu malam, ketika seorang pemimpin agama dan enam anggota keluarganya dibunuh oleh orang-orang bersenjata tak dikenal, partai Gerakan Rakyat untuk Kemajuan (MPP) yang berkuasa mengatakan dalam sebuah pernyataan.
“Pada pagi hari tanggal 1 April, tindakan pembalasan dilaporkan di Departemen Arbinda. Mereka diarahkan melawan komunitas setelah pembunuhan seorang pemimpin agama,” kata juru bicara MPP Bindi Ouoba seperti dikutip dari Reuters, Kamis (4/4/2019).
Dalam pernyataannya, MPP juga mengatakan, sebuah keluarga kerajaan juga diserang di provinsi tetangga Boulgou pada Minggu malam, menewaskan sedikitnya sembilan orang.
Menteri Administrasi Wilayah Simeon Sawadogo mengatakan di TV pemerintah Rabu malam bahwa 62 orang tewas dalam serangan di Arbinda.
"Tiga puluh kematian adalah akibat dari konflik antar-komunal, dan 32 orang terbunuh oleh teroris," kata Sawadogo, menambahkan bahwa gerilyawan telah mengambil sembilan sandera.
Memburuknya keamanan mendorong pemerintah untuk mengumumkan keadaan darurat di beberapa provinsi utara yang berbatasan dengan Mali pada Desember lalu, yang diperpanjang enam bulan setelah para gerilyawan menyerang warga sipil di Soum.
Burkina Faso, yang sebelumnya dikenal karena stabilitasnya di wilayah yang bermasalah, telah menderita 499 kematian akibat serangan terhadap warga sipil antara November 2018 dan 23 Maret 2019. Angka ini melonjak lebih dari 7.000 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Burkina Faso dan tetangganya, Mali, telah mengalami lonjakan bentrokan etnis yang dipicu oleh gerilyawan Islam ketika mereka berusaha memperluas pengaruhnya atas Sahel, sebuah wilayah gersang antara gurun Sahara utara Afrika dan saban di selatannya.
Serangan-serangan gerilyawan meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Kekerasan ini telah menyalakan kembali ketegangan yang sudah berlangsung lama di antara masyarakat ketika kelompok-kelompok tertentu salahkan karena berkolaborasi dengan para gerilyawan.
Kekerasan baru muncul di dekat kota Arbinda di provinsi Soum Burkina pada Minggu malam, ketika seorang pemimpin agama dan enam anggota keluarganya dibunuh oleh orang-orang bersenjata tak dikenal, partai Gerakan Rakyat untuk Kemajuan (MPP) yang berkuasa mengatakan dalam sebuah pernyataan.
“Pada pagi hari tanggal 1 April, tindakan pembalasan dilaporkan di Departemen Arbinda. Mereka diarahkan melawan komunitas setelah pembunuhan seorang pemimpin agama,” kata juru bicara MPP Bindi Ouoba seperti dikutip dari Reuters, Kamis (4/4/2019).
Dalam pernyataannya, MPP juga mengatakan, sebuah keluarga kerajaan juga diserang di provinsi tetangga Boulgou pada Minggu malam, menewaskan sedikitnya sembilan orang.
Menteri Administrasi Wilayah Simeon Sawadogo mengatakan di TV pemerintah Rabu malam bahwa 62 orang tewas dalam serangan di Arbinda.
"Tiga puluh kematian adalah akibat dari konflik antar-komunal, dan 32 orang terbunuh oleh teroris," kata Sawadogo, menambahkan bahwa gerilyawan telah mengambil sembilan sandera.
Memburuknya keamanan mendorong pemerintah untuk mengumumkan keadaan darurat di beberapa provinsi utara yang berbatasan dengan Mali pada Desember lalu, yang diperpanjang enam bulan setelah para gerilyawan menyerang warga sipil di Soum.
Burkina Faso, yang sebelumnya dikenal karena stabilitasnya di wilayah yang bermasalah, telah menderita 499 kematian akibat serangan terhadap warga sipil antara November 2018 dan 23 Maret 2019. Angka ini melonjak lebih dari 7.000 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
(ian)