Musharraf Serukan Pakistan Jalin Hubungan Diplomatik dengan Israel
A
A
A
DUBAI - Mantan presiden Pakistan Pervez Musharraf menyerukan Pakistan untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Seruan itu dia sampaikan dari Dubai, tempat dia tinggal di pengasingan.
Musharraf sudah lama tinggal di Dubai untuk menghindari apa yang dia yakini sebagai kasus pengadilan bermotivasi politik di negara asalnya.
"Tidak ada salahnya menjalin hubungan dengan Israel," kata Musharraf. "Itu akan membantu Pakistan melawan India dengan mengakses 'klub elite' negara-negara berpengaruh," lanjut mantan jenderal Pakistan ini, dikutip Ynet, Rabu (6/3/2019).
Pernyataannya itu disampaikan ketika Pakistan dan India sedang bersitegang terkait konflik di Kashmir, wilayah yang diperebutkan kedua negara.
Musharraf memimpin Pakistan dari 1999 hingga 2008. Dia pernah menjadi kritikus yang pedas terhadap Israel hingga 2005, ketika dia menjalin kontak dengan Turki. Sejak itu, dia telah menjadi pendukung setia untuk ikatan antara kedua negara tersebut.
"Seperti yang diharapkan, kepemimpinan Israel menanggapi tawaran saya dalam waktu 24 jam," klaim Musharraf, seraya menambahkan bahwa dia percaya Israel akan tetap menerima hubungan diplomatik dengan Pakistan.
Mantan presiden ini mengaku mendapat dukungan dari militer Pakistan dan anggota kabinet di bawah pemerintahan Perdana Menteri Imran Khan.
Tidak ada reaksi resmi dari Pemerintah Pakistan terhadap komentar Musharraf. Namun, Menteri Luar Negeri Shah Mahmood Qureshi mengatakan kepada The Media Line bahwa masalah Palestina menjadi prioritas yang harus diselesaikan.
“Pakistan telah memiliki sikap pro-Palestina sejak lama. Kami bahkan tidak dapat berpikir untuk membangun kontak dengan Israel sampai Palestina diakui secara internasional sebagai negara merdeka," katanya.
Sentimen anti-Israel saat ini berada di titik tertinggi sepanjang masa di Pakistan, negara berpenduduk mayoritas Muslim dengan 220 juta orang.
Upaya awal Musharraf untuk menjalin hubungan dengan Israel mengarah pada pertemuan di Turki tahun 2005 antara menteri luar negeri kedua negara. Pertemuan itu difasilitasi oleh Jack Rosen, seorang pengusaha Amerika Serikat dan sekarang presiden Kongres Yahudi Amerika.
Musharraf pada September 2005 berpidato di depan pertemuan Kongres Yahudi Sedunia. "Pakistan tidak memiliki konflik langsung dengan Israel," katanya saat itu. "Juga, Pakistan bukan ancaman bagi keamanan Israel. Israel tidak mewakili ancaman terhadap keamanan nasional Pakistan. Tetapi saya menaruh simpati kepada rakyat Palestina dan keinginan sah mereka untuk (memiliki) negara,” kata Musharraf.
Dalam pidatonya, yang disambut oleh banyak orang di Pakistan saat itu, dia memuji penarikan pasukan Israel tahun 2005 dari Jalur Gaza, yang menyebutnya sebagai "keputusan berani."
Namun demikian, sarannya agar Pakistan terbuka untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel memicu reaksi keras dari para tokoh politik Pakistan, bahkan di dalam pemerintahannya sendiri. Mereka yang menentang termasuk Ijaz ul-Haq, menteri untuk urusan agama dan minoritas.
"Kami bahkan tidak bisa berpikir untuk membangun hubungan dengan Israel. Tidak, tidak sama sekali," kata Haq, yang saat ini menjadi Presiden Liga Muslim Pakistan, kepada The Media Line.
Sebagai presiden Pakistan dan kepala tentara, ayah Haq, Zia ul-Haq, mengizinkan badan Intelijen Antar-Layanan (ISI) negara itu untuk menjalin hubungan dengan Mossad Israel pada awal 1980-an.
Menurut situs anti-kerahasiaan WikiLeaks, ISI diam-diam memberikan informasi intelijen kepada Mossad yang menunjukkan bahwa warga sipil Israel mungkin menjadi sasaran dalam serangan teroris di India pada tahun 2008. Beberapa warga Israel memang terbunuh pada bulan November tahun itu selama serangkaian serangan besar-besaran di Mumbai.
Seorang sumber di Islamabad mengatakan bahwa kepala ISI Letnan Jenderal Ahmad Shuja Pasha secara pribadi menjalin kontak langsung dengan Mossad untuk menyampaikan informasi tersebut.
Musharraf sudah lama tinggal di Dubai untuk menghindari apa yang dia yakini sebagai kasus pengadilan bermotivasi politik di negara asalnya.
"Tidak ada salahnya menjalin hubungan dengan Israel," kata Musharraf. "Itu akan membantu Pakistan melawan India dengan mengakses 'klub elite' negara-negara berpengaruh," lanjut mantan jenderal Pakistan ini, dikutip Ynet, Rabu (6/3/2019).
Pernyataannya itu disampaikan ketika Pakistan dan India sedang bersitegang terkait konflik di Kashmir, wilayah yang diperebutkan kedua negara.
Musharraf memimpin Pakistan dari 1999 hingga 2008. Dia pernah menjadi kritikus yang pedas terhadap Israel hingga 2005, ketika dia menjalin kontak dengan Turki. Sejak itu, dia telah menjadi pendukung setia untuk ikatan antara kedua negara tersebut.
"Seperti yang diharapkan, kepemimpinan Israel menanggapi tawaran saya dalam waktu 24 jam," klaim Musharraf, seraya menambahkan bahwa dia percaya Israel akan tetap menerima hubungan diplomatik dengan Pakistan.
Mantan presiden ini mengaku mendapat dukungan dari militer Pakistan dan anggota kabinet di bawah pemerintahan Perdana Menteri Imran Khan.
Tidak ada reaksi resmi dari Pemerintah Pakistan terhadap komentar Musharraf. Namun, Menteri Luar Negeri Shah Mahmood Qureshi mengatakan kepada The Media Line bahwa masalah Palestina menjadi prioritas yang harus diselesaikan.
“Pakistan telah memiliki sikap pro-Palestina sejak lama. Kami bahkan tidak dapat berpikir untuk membangun kontak dengan Israel sampai Palestina diakui secara internasional sebagai negara merdeka," katanya.
Sentimen anti-Israel saat ini berada di titik tertinggi sepanjang masa di Pakistan, negara berpenduduk mayoritas Muslim dengan 220 juta orang.
Upaya awal Musharraf untuk menjalin hubungan dengan Israel mengarah pada pertemuan di Turki tahun 2005 antara menteri luar negeri kedua negara. Pertemuan itu difasilitasi oleh Jack Rosen, seorang pengusaha Amerika Serikat dan sekarang presiden Kongres Yahudi Amerika.
Musharraf pada September 2005 berpidato di depan pertemuan Kongres Yahudi Sedunia. "Pakistan tidak memiliki konflik langsung dengan Israel," katanya saat itu. "Juga, Pakistan bukan ancaman bagi keamanan Israel. Israel tidak mewakili ancaman terhadap keamanan nasional Pakistan. Tetapi saya menaruh simpati kepada rakyat Palestina dan keinginan sah mereka untuk (memiliki) negara,” kata Musharraf.
Dalam pidatonya, yang disambut oleh banyak orang di Pakistan saat itu, dia memuji penarikan pasukan Israel tahun 2005 dari Jalur Gaza, yang menyebutnya sebagai "keputusan berani."
Namun demikian, sarannya agar Pakistan terbuka untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel memicu reaksi keras dari para tokoh politik Pakistan, bahkan di dalam pemerintahannya sendiri. Mereka yang menentang termasuk Ijaz ul-Haq, menteri untuk urusan agama dan minoritas.
"Kami bahkan tidak bisa berpikir untuk membangun hubungan dengan Israel. Tidak, tidak sama sekali," kata Haq, yang saat ini menjadi Presiden Liga Muslim Pakistan, kepada The Media Line.
Sebagai presiden Pakistan dan kepala tentara, ayah Haq, Zia ul-Haq, mengizinkan badan Intelijen Antar-Layanan (ISI) negara itu untuk menjalin hubungan dengan Mossad Israel pada awal 1980-an.
Menurut situs anti-kerahasiaan WikiLeaks, ISI diam-diam memberikan informasi intelijen kepada Mossad yang menunjukkan bahwa warga sipil Israel mungkin menjadi sasaran dalam serangan teroris di India pada tahun 2008. Beberapa warga Israel memang terbunuh pada bulan November tahun itu selama serangkaian serangan besar-besaran di Mumbai.
Seorang sumber di Islamabad mengatakan bahwa kepala ISI Letnan Jenderal Ahmad Shuja Pasha secara pribadi menjalin kontak langsung dengan Mossad untuk menyampaikan informasi tersebut.
(mas)