Militan ISIS Marah al-Baghdadi Tak Ikut Perang Malah Bersembunyi
A
A
A
BAGHUZ - Para militan Islamic State atau ISIS marah terhadap pemimpin mereka, Abu Bakr al-Baghdadi. Mereka marah karena pemimpin kelompok radikal itu bukannya ikut perang di kantong terakhir di Suriah, tapi justru bersembunyi di padang pasir Irak.
Kelompok itu semakin tersudut setelah wilayah terakhir mereka di Bahguz yang luasnya sekitar setengah mil persegi diserang Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung serangan udara koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS).
Mohammed Ali, seorang anggota ISIS asal Kanada yang ditangkap oleh SDF menyampaikan kekesalannya saat diwawancarai The Sunday Times. "Dia (al-Baghdadi) bersembunyi di suatu tempat. Orang-orang marah," katanya.
Surat kabar itu melaporkan bahwa para pejabat Barat di wilayah itu, bersama dengan sumber-sumber lokal lainnya, percaya bahwa al-Baghdadi tidak berada di wilayah terakhir ISIS di Suriah, tetapi bersembunyi di Anbar, sebuah provinsi padang pasir di Irak.
Al-Baghdadi mendeklarasikan dirinya sebagai pemimpin "kekhalifahan" ISIS dalam pidatonya tahun 2014 di Mosul, Irak. Namun, sejak saat itu dia tidak muncul lagi dalam video.
Sebaliknya dia telah mem-posting sejumlah pesan audio yang bertele-tele, yang mendesak para pengikutnya untuk tetap loyal dan kuat.
Pada Agustus 2018 dia menyerukan kepada para pendukung ISIS untuk menyerang orang Barat dengan senjata, bom dan pisau.
Seorang sumber mengatakan kepada The Sunday Times; "Sekitar satu tahun yang lalu ada banyak pembunuhan di antara (anggota ISIS)."
"Antara mereka yang dari Teluk, kelompok lain dan warga Irak. Mereka saling membunuh," kata sumber tersebut, dikutip Daily Mirror, Senin (4/3/2019).
"Konflik itu terjadi di antara para petempur asing. Mereka bertanya, 'di mana khalifah?'," lanjut sumber tersebut.
Kematian al-Baghdadi telah dilaporkan beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir, tetapi pemimpin kelompok teroris telah muncul kembali sebagai penegasan bahwa dia masih hidup.
Minggu ini seorang anggota parlemen Irak, Hassan Salem, mengklaim bahwa Baghdadi bepergian secara bebas di gurun Irak di bawah perlindungan militer AS. Namun, klaim itu tak disertai bukti.
"Pemimpin Daesh, al-Baghdadi, berada di gurun barat di Provinsi Anbar di bawah perlindungan militer AS. Dia melakukan perjalanan antara Irak dan Suriah yang dilindungi oleh Amerika Serikat," katanya.
Awal bulan ini al-Baghdadi dilaporkan selamat dari upaya kudeta oleh para anak buahnya sendiri. Upaya kudeta itu berlangsung bulan Januari.
The Guardian melaporkan para pejabat intelijen regional mengatakan langkah kudeta yang direncanakan terhadap al-Baghdadi menyebabkan baku tembak antara petempur asing dan pengawal kepala teroris yang buron itu, yang membawanya lari ke gurun terdekat.
"Mereka tahu persis pada waktunya," kata seorang pejabat intelijen regional. “Ada bentrokan dan dua orang terbunuh. Ini adalah elemen petempur asing, beberapa dari orang-orangnya yang paling tepercaya."
Kelompok itu semakin tersudut setelah wilayah terakhir mereka di Bahguz yang luasnya sekitar setengah mil persegi diserang Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung serangan udara koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS).
Mohammed Ali, seorang anggota ISIS asal Kanada yang ditangkap oleh SDF menyampaikan kekesalannya saat diwawancarai The Sunday Times. "Dia (al-Baghdadi) bersembunyi di suatu tempat. Orang-orang marah," katanya.
Surat kabar itu melaporkan bahwa para pejabat Barat di wilayah itu, bersama dengan sumber-sumber lokal lainnya, percaya bahwa al-Baghdadi tidak berada di wilayah terakhir ISIS di Suriah, tetapi bersembunyi di Anbar, sebuah provinsi padang pasir di Irak.
Al-Baghdadi mendeklarasikan dirinya sebagai pemimpin "kekhalifahan" ISIS dalam pidatonya tahun 2014 di Mosul, Irak. Namun, sejak saat itu dia tidak muncul lagi dalam video.
Sebaliknya dia telah mem-posting sejumlah pesan audio yang bertele-tele, yang mendesak para pengikutnya untuk tetap loyal dan kuat.
Pada Agustus 2018 dia menyerukan kepada para pendukung ISIS untuk menyerang orang Barat dengan senjata, bom dan pisau.
Seorang sumber mengatakan kepada The Sunday Times; "Sekitar satu tahun yang lalu ada banyak pembunuhan di antara (anggota ISIS)."
"Antara mereka yang dari Teluk, kelompok lain dan warga Irak. Mereka saling membunuh," kata sumber tersebut, dikutip Daily Mirror, Senin (4/3/2019).
"Konflik itu terjadi di antara para petempur asing. Mereka bertanya, 'di mana khalifah?'," lanjut sumber tersebut.
Kematian al-Baghdadi telah dilaporkan beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir, tetapi pemimpin kelompok teroris telah muncul kembali sebagai penegasan bahwa dia masih hidup.
Minggu ini seorang anggota parlemen Irak, Hassan Salem, mengklaim bahwa Baghdadi bepergian secara bebas di gurun Irak di bawah perlindungan militer AS. Namun, klaim itu tak disertai bukti.
"Pemimpin Daesh, al-Baghdadi, berada di gurun barat di Provinsi Anbar di bawah perlindungan militer AS. Dia melakukan perjalanan antara Irak dan Suriah yang dilindungi oleh Amerika Serikat," katanya.
Awal bulan ini al-Baghdadi dilaporkan selamat dari upaya kudeta oleh para anak buahnya sendiri. Upaya kudeta itu berlangsung bulan Januari.
The Guardian melaporkan para pejabat intelijen regional mengatakan langkah kudeta yang direncanakan terhadap al-Baghdadi menyebabkan baku tembak antara petempur asing dan pengawal kepala teroris yang buron itu, yang membawanya lari ke gurun terdekat.
"Mereka tahu persis pada waktunya," kata seorang pejabat intelijen regional. “Ada bentrokan dan dua orang terbunuh. Ini adalah elemen petempur asing, beberapa dari orang-orangnya yang paling tepercaya."
(mas)