AS Disalahkan jika Bentrok Pecah di Laut China Selatan
A
A
A
BEIJING - Operasi kapal-kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) di Laut China Selatan dapat memicu konflik dan Washington patut disalahkan jika terjadi bentrokan. Penilaian ini disampaikan peneliti militer Beijing, Zhang Junshe.
Komentar itu muncul ketika tim perdagangan China dan AS mengakhiri pembicaraan di Beijing yang telah meningkatkan harapan "gencatan senjata" dalam perang dagang habis-habisan kedua negara yang mengguncang pasar internasional.
"Kapal perang kedua negara pasti akan berada dalam jarak dekat dan mudah untuk ada kesalahpahaman atau kesalahan penilaian, bahkan tabrakan," kata Zhang Junshe, peneliti di Institut Penelitian Studi Militer Angkatan Laut PLA China, seperti dikutip Reuters, Kamis (10/1/2019).
"Jika ada tabrakan, penyebab utamanya adalah Amerika Serikat," katanya lagi.
Pada hari Senin, sebuah perang bersenjata rudal berpemandu milik AS berlayar di dekat Kepulauan Paracel, wilayah sengketa di Laut China Selatan. Beijing memprotes kehadiran kapal itu yang dianggap sebagai aksi provokasi di tengah pembicaraan "gencatan senjata" perang dagang kedua negara yang berlangsung di Beijing.
Zhang mengatakan setiap kali kapal perang AS memasuki perairan yang diklaim China, Beijing tidak punya pilihan selain mengirim kapal perang untuk menghadapinya.
Menurut Zhang, sejak Donald Trump berkuasa, ada 14 insiden kapal Angkatan Laut AS memasuki perairan yang diklaim China untuk melakukan apa yang militer AS sebut sebagai operasi kebebasan navigasi.
China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan dan mencela Amerika Serikat dan sekutunya atas operasi angkatan laut di dekat pulau-pulau yang diduduki Beijing.
Vietnam, Filipina, Brunei, Malaysia, dan Taiwan adalah negara-negara yang ikut mengklaim wilayah pulau-pulau sengketa di Laut China Selatan.
Komentar itu muncul ketika tim perdagangan China dan AS mengakhiri pembicaraan di Beijing yang telah meningkatkan harapan "gencatan senjata" dalam perang dagang habis-habisan kedua negara yang mengguncang pasar internasional.
"Kapal perang kedua negara pasti akan berada dalam jarak dekat dan mudah untuk ada kesalahpahaman atau kesalahan penilaian, bahkan tabrakan," kata Zhang Junshe, peneliti di Institut Penelitian Studi Militer Angkatan Laut PLA China, seperti dikutip Reuters, Kamis (10/1/2019).
"Jika ada tabrakan, penyebab utamanya adalah Amerika Serikat," katanya lagi.
Pada hari Senin, sebuah perang bersenjata rudal berpemandu milik AS berlayar di dekat Kepulauan Paracel, wilayah sengketa di Laut China Selatan. Beijing memprotes kehadiran kapal itu yang dianggap sebagai aksi provokasi di tengah pembicaraan "gencatan senjata" perang dagang kedua negara yang berlangsung di Beijing.
Zhang mengatakan setiap kali kapal perang AS memasuki perairan yang diklaim China, Beijing tidak punya pilihan selain mengirim kapal perang untuk menghadapinya.
Menurut Zhang, sejak Donald Trump berkuasa, ada 14 insiden kapal Angkatan Laut AS memasuki perairan yang diklaim China untuk melakukan apa yang militer AS sebut sebagai operasi kebebasan navigasi.
China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan dan mencela Amerika Serikat dan sekutunya atas operasi angkatan laut di dekat pulau-pulau yang diduduki Beijing.
Vietnam, Filipina, Brunei, Malaysia, dan Taiwan adalah negara-negara yang ikut mengklaim wilayah pulau-pulau sengketa di Laut China Selatan.
(mas)