Saat Putin-MBS Saling Tertawa dan 'Jabat Tangan Bro' di KTT G20

Sabtu, 01 Desember 2018 - 04:19 WIB
Saat Putin-MBS Saling Tertawa dan Jabat Tangan Bro di KTT G20
Saat Putin-MBS Saling Tertawa dan 'Jabat Tangan Bro' di KTT G20
A A A
BUENOS AIRES - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman (MBS) melakukan "jabat tangan bro" dan saling tertawa di KTT G20, Buenos Aires. Kedua pemimpin ini sama-sama sedang jadi sorotan masyarakat internasional dalam dua kasus yang jadi pemberitaan media dalam beberapa pekan ini.

Pangeran MBS sedang jadi sorotan terkait kasus pembunuhan jurnalis Arab Saudi pengkritik rezim Riyadh, Jamal Khashoggi, di Istanbul. Pemerintah Saudi menegaskan jurnalis itu terbunuh dalam "operasi nakal" oknum intelijen Riyadh dan tidak terkait dengan Putra Mahkota Saudi.

Sedangkan Putin jadi sorotan setelah kapal perang Rusia menembaki kapal-kapal militer Ukraina di Selat Kerch, pantai Crimea hari Minggu. Dalam insiden itu, pasukan Moskow menangkap tiga kapal militer Kiev dan para awaknya.

Putin dan MBS melakukan salaman ala anak muda atau dikenal dengan istilah "jabat tangan bro". Keduanya, saling mengumbar tawa dan saling berbincang.

Presiden Argentina Mauricio Macri, yang menjadi tuan rumah KTT G20 tahun ini mengatakan tuduhan bahwa Pangeran MBS terlibat dalam kematian Khashoggi dapat didiskusikan oleh para pemimpin dunia selama ini KTT yang berlangsung dua hari.

Perdana Menteri Inggris Theresa May telah bersumpah untuk mengkonfrontir MBS mengenai pembunuhan Khashoggi dan perang di Yaman. Dia menegaskan tidak akan menghindar untuk berbicara dengan calon raja Saudi itu di puncak KTT G20.

"Sehubungan dengan Khashoggi, kami ingin melihat penyelidikan yang lengkap dan transparan tentang apa yang terjadi dan mereka yang bertanggung jawab dimintai pertanggungjawaban," kata May.

"Terkait masalah Yaman, kami sangat prihatin tentang situasi kemanusiaan. Solusi jangka panjang untuk Yaman adalah solusi politik, dan kami akan mendorong faksi-faksi bekerja untuk solusi politik," ujarnya.

Sementara itu terkait insiden di Selat Kerch, pantai Crimea, para menteri luar negeri dari Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang dan Amerika Serikat atau dikenal sebagai negara-negara G7 menyatakan dukungan kepada Ukraina dalam perseteruannya dengan Rusia.

"Tidak ada pembenaran untuk penggunaan kekuatan militer Rusia terhadap kapal Ukraina dan personel angkatan lautnya," bunyi pernyataan G7, yang dikutip Reuters, Sabtu (1/12/2018).

“Kami mendesak agar menahan diri, menghormati hukum internasional, dan mencegah eskalasi lebih lanjut," lanjut pernyataan G7.

“Kami menyerukan kepada Rusia untuk membebaskan para awak dan kapal yang ditahan dan menahan diri dari blokade jalur sah di Selat Kerch," imbuh pernyataan G7.

"Kami, G7, sekali lagi menegaskan kembali bahwa kami tidak, dan tidak akan pernah, mengakui aneksasi ilegal Rusia di semenanjung Crimea, dan kami menegaskan kembali dukungan kami yang tak tergoyahkan untuk kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina."
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6119 seconds (0.1#10.140)