Trump Sebut Khashoggi Dihabisi Penjahat
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan kemungkinan seorang penjahat berada di belakang hilangnya jurnalis Jamal Khashoggi. Hal itu diungkapkannya setelah menelepon Raja Arab Saudi, yang membantah mengetahui tentang apa yang terjadi.
Lewat akun Twitternya, Trump mengatakan melakukan pembicaraan selama 20 menit dengan Raja Salman, dan raja dengan tegas menyangkal mengetahui mengetahui apa yang terjadi.
"Itu bagi saya terdengar seperti mungkin ini bisa jadi (ulah) penjahat - siapa tahu," kata Trump seperti dikutip dari The New York Times, Selasa (16/10/2018).
Trump mengakui kasus hilangnya Khashoggi dan laporan Turki bahwa ia di mutilasi menjadi fokus dunia internasional dalam pembicaraannya dengan Raja Salman.
"Dunia sedang memperhatikan. Dunia sedang membicarakannya, dan ini sangat penting untuk mencapai dasarnya," ujar Trump.
Trump sebelumnya mengatakan, insiden ini tidak akan berdampak pada hubungan AS dengan Arab Saudi, sekutu dekat di Timur Tengah. Tetapi Trump sudah menghadapi tekanan dari beberapa orang di Kongres untuk menanggapi Saudi dengan semacam sanksi ekonomi.
Pada hari Minggu, dalam sebuah wawancara dengan “60 Minutes” di CBS, Trump mengatakan bahwa bahkan ketika Saudi menolak keterlibatannya dalam penghilangan Khashoggi, mereka masih ada kemungkinan bertanggung jawab.
Trump mengatakan karena Khashoggi adalah seorang wartawan, kasusnya bahkan menjadi lebih serius.
“Ada sesuatu yang sangat mengerikan dan menjijikkan tentang hal itu, jika memang itu masalahnya,” kata Trump kepada CBS.
"Kita akan sampai ke dasar itu, dan akan ada hukuman yang berat," imbuhnya.
Khashoggi pergi ke Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober untuk mendapatkan dokumen pernikahannya dan dia belum terlihat atau terdengar kabarnya sejak itu.
Khashoggi adalah salah satu tokoh media yang paling terkenal di kerajaan dan telah menjadi orang kepercayaan beberapa raja dan pangeran sebelumnya.
Khashoggi pindah ke Washington setelah Pangeran Mohammed bin Salman mulai melakukan penindakan antikorupsi di seluruh kerajaan, termasuk upaya untuk membungkam para pembangkang.
Teman-teman Khashoggi berspekulasi bahwa kata-kata kasar sang kolumnis tentang putra mahkota dalam kolomnya di The Washington Post - termasuk membandingkan Pangeran Mohammed dengan Presiden Vladimir Putin dari Rusia - menempatkannya di daftar hitam pangeran.
Lewat akun Twitternya, Trump mengatakan melakukan pembicaraan selama 20 menit dengan Raja Salman, dan raja dengan tegas menyangkal mengetahui mengetahui apa yang terjadi.
"Itu bagi saya terdengar seperti mungkin ini bisa jadi (ulah) penjahat - siapa tahu," kata Trump seperti dikutip dari The New York Times, Selasa (16/10/2018).
Trump mengakui kasus hilangnya Khashoggi dan laporan Turki bahwa ia di mutilasi menjadi fokus dunia internasional dalam pembicaraannya dengan Raja Salman.
"Dunia sedang memperhatikan. Dunia sedang membicarakannya, dan ini sangat penting untuk mencapai dasarnya," ujar Trump.
Trump sebelumnya mengatakan, insiden ini tidak akan berdampak pada hubungan AS dengan Arab Saudi, sekutu dekat di Timur Tengah. Tetapi Trump sudah menghadapi tekanan dari beberapa orang di Kongres untuk menanggapi Saudi dengan semacam sanksi ekonomi.
Pada hari Minggu, dalam sebuah wawancara dengan “60 Minutes” di CBS, Trump mengatakan bahwa bahkan ketika Saudi menolak keterlibatannya dalam penghilangan Khashoggi, mereka masih ada kemungkinan bertanggung jawab.
Trump mengatakan karena Khashoggi adalah seorang wartawan, kasusnya bahkan menjadi lebih serius.
“Ada sesuatu yang sangat mengerikan dan menjijikkan tentang hal itu, jika memang itu masalahnya,” kata Trump kepada CBS.
"Kita akan sampai ke dasar itu, dan akan ada hukuman yang berat," imbuhnya.
Khashoggi pergi ke Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober untuk mendapatkan dokumen pernikahannya dan dia belum terlihat atau terdengar kabarnya sejak itu.
Khashoggi adalah salah satu tokoh media yang paling terkenal di kerajaan dan telah menjadi orang kepercayaan beberapa raja dan pangeran sebelumnya.
Khashoggi pindah ke Washington setelah Pangeran Mohammed bin Salman mulai melakukan penindakan antikorupsi di seluruh kerajaan, termasuk upaya untuk membungkam para pembangkang.
Teman-teman Khashoggi berspekulasi bahwa kata-kata kasar sang kolumnis tentang putra mahkota dalam kolomnya di The Washington Post - termasuk membandingkan Pangeran Mohammed dengan Presiden Vladimir Putin dari Rusia - menempatkannya di daftar hitam pangeran.
(ian)