Kepada Jong-un, Trump Berjanji Teken Perjanjian Akhiri Perang Korea
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, berjanji kepada Pemimpin Korea Utara (Korut) akan menandatangani deklarasi untuk secara resmi mengakhiri Perang Korea. Janji itu di sampaikan selama pertemuan keduanya di Singapura pada Juni lalu.
Trump mengatakan kepada diktator muda Korut itu ia akan menandatangani perjanjian itu segera setelah pertemuan pada 12 Juni lalu itu. Namun sejak itu, Trump malah mendesak Korut untuk pertama-tama melakukan denuklirisasi. Langkah ini dapat menjelaskan mengapa pembicaraan kedua negara menjadi macet. Begitu laporan yang diturunkan oleh laman Vox.
"Masuk akal mengapa orang Korea Utara marah," kata salah satu sumber kepada Vox.
"Setelah Trump menjanjikan deklarasi perdamaian dan kemudian memindahkan tiang gawang dan membuatnya bersyarat akan dilihat sebagai AS mengingkari komitmennya," sambung sumber itu seperti dikutip New York Post dari Vox, Kamis (30/8/2018).
Menurut Vox, mengutip sumber yang mengetahui proses negosiasi kedua negara, Pyongyang percaya Trump juga membuat janji yang sama kepada Kim Yong-chol, seorang pembantu utama Kim Jon-un, di Gedung Putih pada 1 Juni lalu.
Trump dan Kim Jong-un menandatangani perjanjian denuklirisasi pada pertemuan di Singapura lalu. Tetapi Kim Jong-un percaya deklarasi perdamaian akan datang lebih dahulu dan ia perlu kesepakatan untuk menyelamatkan mukanya sebelum ia bisa membongkar gudang senjata nuklirnya, lapor Vox.
Trump, sementara itu, percaya Korut akan melakukan denuklirisasi "segera" setelah pertemuan, kata panglima tertinggi kepada Fox News pada saat itu.
Yong-chol minggu lalu mengirim surat yang berisi kemarahan kepada Menteri Luar Negeri, Mike Pompeo. Dalam suratnya ia menyatakan frustasi bahwa AS masih belum siap untuk memenuhi harapan Korut dalam hal mengambil langkah maju untuk menandatangani perjanjian perdamaian.
Surat inilah yang ditengarai mendorong Trump untuk membatalkan perjalanan Pompeo yang telah dijadwalkan ke Pyongyang pada hari itu.
"Saya telah meminta Menteri Luar Negeri Mike Pompeo untuk tidak pergi ke Korea Utara, pada saat ini, karena saya merasa kami tidak membuat kemajuan yang cukup sehubungan dengan denuklirisasi Semenanjung Korea," tweet Trump pada saat itu.
"Menteri Pompeo berharap untuk pergi ke Korea Utara dalam waktu dekat, kemungkinan besar setelah hubungan perdagangan kami dengan China diselesaikan. Sementara itu saya ingin menyampaikan salam hangat dan hormat kepada Ketua Kim. Saya berharap dapat segera bertemu dengannya!” demikian cuit Trump.
Baca Juga: Denuklirisasi Lambat, Trump Batalkan Kunjungan Pompeo ke Korut
Trump mengatakan kepada diktator muda Korut itu ia akan menandatangani perjanjian itu segera setelah pertemuan pada 12 Juni lalu itu. Namun sejak itu, Trump malah mendesak Korut untuk pertama-tama melakukan denuklirisasi. Langkah ini dapat menjelaskan mengapa pembicaraan kedua negara menjadi macet. Begitu laporan yang diturunkan oleh laman Vox.
"Masuk akal mengapa orang Korea Utara marah," kata salah satu sumber kepada Vox.
"Setelah Trump menjanjikan deklarasi perdamaian dan kemudian memindahkan tiang gawang dan membuatnya bersyarat akan dilihat sebagai AS mengingkari komitmennya," sambung sumber itu seperti dikutip New York Post dari Vox, Kamis (30/8/2018).
Menurut Vox, mengutip sumber yang mengetahui proses negosiasi kedua negara, Pyongyang percaya Trump juga membuat janji yang sama kepada Kim Yong-chol, seorang pembantu utama Kim Jon-un, di Gedung Putih pada 1 Juni lalu.
Trump dan Kim Jong-un menandatangani perjanjian denuklirisasi pada pertemuan di Singapura lalu. Tetapi Kim Jong-un percaya deklarasi perdamaian akan datang lebih dahulu dan ia perlu kesepakatan untuk menyelamatkan mukanya sebelum ia bisa membongkar gudang senjata nuklirnya, lapor Vox.
Trump, sementara itu, percaya Korut akan melakukan denuklirisasi "segera" setelah pertemuan, kata panglima tertinggi kepada Fox News pada saat itu.
Yong-chol minggu lalu mengirim surat yang berisi kemarahan kepada Menteri Luar Negeri, Mike Pompeo. Dalam suratnya ia menyatakan frustasi bahwa AS masih belum siap untuk memenuhi harapan Korut dalam hal mengambil langkah maju untuk menandatangani perjanjian perdamaian.
Surat inilah yang ditengarai mendorong Trump untuk membatalkan perjalanan Pompeo yang telah dijadwalkan ke Pyongyang pada hari itu.
"Saya telah meminta Menteri Luar Negeri Mike Pompeo untuk tidak pergi ke Korea Utara, pada saat ini, karena saya merasa kami tidak membuat kemajuan yang cukup sehubungan dengan denuklirisasi Semenanjung Korea," tweet Trump pada saat itu.
"Menteri Pompeo berharap untuk pergi ke Korea Utara dalam waktu dekat, kemungkinan besar setelah hubungan perdagangan kami dengan China diselesaikan. Sementara itu saya ingin menyampaikan salam hangat dan hormat kepada Ketua Kim. Saya berharap dapat segera bertemu dengannya!” demikian cuit Trump.
Baca Juga: Denuklirisasi Lambat, Trump Batalkan Kunjungan Pompeo ke Korut
(ian)