John Bolton: Kim Jong-un Terbahak-bahak Tertawakan Trump
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Mantan penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS) John Bolton mengklaim pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un tertawa terbahak-bahak atas persepsi Presiden AS Donald Trump tentang hubungan mereka.
Bolton berbicara kepada ABC News untuk wawancara pertamanya menjelang rilis bukunya; "The Room Where It Happened", yang dijadwalkan hari Selasa (23/6/2020). Buku yang sempat digugat Gedung Putih ini berisi banyak tuduhan negatif terhadap Trump.
Ketika jurnalis Martha Raddatz bertanya apakah Trump benar-benar percaya Kim Jong-un menyukainya, Bolton menjawab dia tidak bisa melihat penjelasan lain.
"Saya pikir Kim Jong-un tertawa terbahak-bahak dari (klaim Trump) ini," kata Bolton. "Surat-surat ini yang telah ditunjukkan presiden kepada pers...ditulis oleh beberapa pejabat di kantor agitprop Partai Buruh Korea Utara," lanjut Bolton.
"Namun, presiden telah memandang itu sebagai bukti persahabatan yang mendalam," kata Bolton, seraya menambahkan bahwa persahabatan tidak berarti diplomasi internasional. (Baca: Bolton: Trump Pikir Keren Menginvasi Venezuela, tapi Batal karena Putin )
Bolton juga mengatakan dia tidak menganggap Trump cocok untuk menjabat presiden AS dan berharap dia adalah presiden satu periode saja.
"Saya berharap (sejarah) akan mengingatnya sebagai presiden satu periode yang tidak menjerumuskan negara ke dalam spiral yang tidak dapat kita ingat. Kita bisa mendapatkan lebih dari satu masa jabatan," katanya.
Bolton menambahkan bahwa dia tidak akan pernah memilih Trump atau pun calon presiden Partai Demokrat Joe Biden dalam pemilihan presiden November mendatang. Sebaliknya, dia akan mencari tahu seorang konservatif dari Partai Republik pada pemungutan suara.
Pemerintahan Trump telah berusaha untuk menghentikan penerbitan buku Bolton, tetapi seorang hakim AS pada Sabtu menolak untuk memblokir rilisnya, dengan mengatakan sudah terlambat untuk perintah penahanan buku tersebut. (Baca: Bolton: Trump Minta Bantuan Presiden China agar Menang Pilpres 2020 )
Buku "The Room Where It Happened" adalah potret Bolton tentang 17 bulan bekerja untuk Trump sampai akhirnya dia dipecat September 2019 lalu.
Dalam wawancaranya, Bolton mengklaim dia telah mengundurkan diri bukan dipecat. Dia mencatat bahwa "jeritan terakhir" baginya adalah ketika Trump mengundang Taliban ke Camp David selama negosiasi damai Afghanistan.
Buku Bolton, yang digambarkan Trump sebagai "karya fiksi" juga menggambarkan Presiden Trump memohon Presiden China Xi Jinping selama negosiasi perdagangan untuk membantu memenangkannya dalam pemilihan presiden AS November 2020. (Simak juga infografis: Bentrok Dengan China, India Kebut Pembelian 33 Jet Tempur Rusia )
Bolton berbicara kepada ABC News untuk wawancara pertamanya menjelang rilis bukunya; "The Room Where It Happened", yang dijadwalkan hari Selasa (23/6/2020). Buku yang sempat digugat Gedung Putih ini berisi banyak tuduhan negatif terhadap Trump.
Ketika jurnalis Martha Raddatz bertanya apakah Trump benar-benar percaya Kim Jong-un menyukainya, Bolton menjawab dia tidak bisa melihat penjelasan lain.
"Saya pikir Kim Jong-un tertawa terbahak-bahak dari (klaim Trump) ini," kata Bolton. "Surat-surat ini yang telah ditunjukkan presiden kepada pers...ditulis oleh beberapa pejabat di kantor agitprop Partai Buruh Korea Utara," lanjut Bolton.
"Namun, presiden telah memandang itu sebagai bukti persahabatan yang mendalam," kata Bolton, seraya menambahkan bahwa persahabatan tidak berarti diplomasi internasional. (Baca: Bolton: Trump Pikir Keren Menginvasi Venezuela, tapi Batal karena Putin )
Bolton juga mengatakan dia tidak menganggap Trump cocok untuk menjabat presiden AS dan berharap dia adalah presiden satu periode saja.
"Saya berharap (sejarah) akan mengingatnya sebagai presiden satu periode yang tidak menjerumuskan negara ke dalam spiral yang tidak dapat kita ingat. Kita bisa mendapatkan lebih dari satu masa jabatan," katanya.
Bolton menambahkan bahwa dia tidak akan pernah memilih Trump atau pun calon presiden Partai Demokrat Joe Biden dalam pemilihan presiden November mendatang. Sebaliknya, dia akan mencari tahu seorang konservatif dari Partai Republik pada pemungutan suara.
Pemerintahan Trump telah berusaha untuk menghentikan penerbitan buku Bolton, tetapi seorang hakim AS pada Sabtu menolak untuk memblokir rilisnya, dengan mengatakan sudah terlambat untuk perintah penahanan buku tersebut. (Baca: Bolton: Trump Minta Bantuan Presiden China agar Menang Pilpres 2020 )
Buku "The Room Where It Happened" adalah potret Bolton tentang 17 bulan bekerja untuk Trump sampai akhirnya dia dipecat September 2019 lalu.
Dalam wawancaranya, Bolton mengklaim dia telah mengundurkan diri bukan dipecat. Dia mencatat bahwa "jeritan terakhir" baginya adalah ketika Trump mengundang Taliban ke Camp David selama negosiasi damai Afghanistan.
Buku Bolton, yang digambarkan Trump sebagai "karya fiksi" juga menggambarkan Presiden Trump memohon Presiden China Xi Jinping selama negosiasi perdagangan untuk membantu memenangkannya dalam pemilihan presiden AS November 2020. (Simak juga infografis: Bentrok Dengan China, India Kebut Pembelian 33 Jet Tempur Rusia )
(min)