Viral Legenda Tinju Muhammad Ali Salat Diimami Pemimpin Hizbullah Sheikh Naim Qassem
loading...
A
A
A
BEIRUT - Setelah pengumuman Hizbullah tentang penunjukan Sekretaris Jenderal barunya, Sheikh Naim Qassem, rekaman mendiang petinju legendaris Amerika Serikat (AS) Muhammad Ali salat di belakang ulama Muslim Syiah itu viral di media sosial.
Saat itu Naim Qassem masih menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal gerakan perlawanan Lebanon.
Rekaman video itu mengingatkan kita pada kunjungan Ali ke Beirut pada tahun 1985.
Qassem menjabat pada jabatan sebelumnya sejak tahun 1991 di era mantan Pemimpin Hizbullah Sayyed Abbas Al-Musawi, yang dibunuh oleh Israel tahun berikutnya.
Dia secara resmi diangkat menjadi Sekretaris Jenderal baru hampir sebulan setelah pembunuhan penerus Al-Musawi yang karismatik dan telah lama menjabat, Sayyed Hassan Nasrallah, dan lebih dari sepekan setelah calon penggantinya sendiri, Sayyed Hashem Safieddine, tewas dalam serangan udara yang dilakukan Israel di lingkungan Dahieh, Beirut.
Dalam pidato pertamanya sebagai pemimpin baru, Qassem yang kini berumur 71 tahun, berbicara tentang perjuangan yang sedang berlangsung melawan serangan Israel terhadap rakyat Lebanon dan menegaskan kembali solidaritasnya dengan perlawanan Palestina di Gaza.
“Kami akan terus melaksanakan rencana perang yang digariskan oleh Sayyed Nasrallah dengan para pemimpin perlawanan, dan kami akan tetap berada di jalur perang dalam pedoman politik yang ditetapkan,” tegas dia.
Dia menegaskan, “Mendukung Gaza sangat penting untuk menghadapi ancaman Israel terhadap seluruh wilayah melalui pintu gerbang Gaza, dan rakyat Gaza memiliki hak untuk mendukung, dan semua orang harus mendukung mereka.”
Solidaritas dengan perjuangan Palestina juga merupakan sesuatu yang sangat menyentuh hati Muhammad Ali.
Sang legenda itu mengunjungi Beirut, termasuk Dahieh, pada tahun 1985 sebagai bagian dari misi kemanusiaan untuk merundingkan pembebasan sandera Amerika Serikat dan Arab Saudi, memanfaatkan ketenaran dan pengaruhnya di seluruh dunia untuk menjadi perantara perdamaian dan menunjukkan solidaritas dengan mereka yang terkena dampak Perang Saudara Lebanon yang menghancurkan.
Saat itu Naim Qassem masih menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal gerakan perlawanan Lebanon.
Rekaman video itu mengingatkan kita pada kunjungan Ali ke Beirut pada tahun 1985.
Qassem menjabat pada jabatan sebelumnya sejak tahun 1991 di era mantan Pemimpin Hizbullah Sayyed Abbas Al-Musawi, yang dibunuh oleh Israel tahun berikutnya.
Dia secara resmi diangkat menjadi Sekretaris Jenderal baru hampir sebulan setelah pembunuhan penerus Al-Musawi yang karismatik dan telah lama menjabat, Sayyed Hassan Nasrallah, dan lebih dari sepekan setelah calon penggantinya sendiri, Sayyed Hashem Safieddine, tewas dalam serangan udara yang dilakukan Israel di lingkungan Dahieh, Beirut.
Dalam pidato pertamanya sebagai pemimpin baru, Qassem yang kini berumur 71 tahun, berbicara tentang perjuangan yang sedang berlangsung melawan serangan Israel terhadap rakyat Lebanon dan menegaskan kembali solidaritasnya dengan perlawanan Palestina di Gaza.
“Kami akan terus melaksanakan rencana perang yang digariskan oleh Sayyed Nasrallah dengan para pemimpin perlawanan, dan kami akan tetap berada di jalur perang dalam pedoman politik yang ditetapkan,” tegas dia.
Dia menegaskan, “Mendukung Gaza sangat penting untuk menghadapi ancaman Israel terhadap seluruh wilayah melalui pintu gerbang Gaza, dan rakyat Gaza memiliki hak untuk mendukung, dan semua orang harus mendukung mereka.”
Solidaritas dengan perjuangan Palestina juga merupakan sesuatu yang sangat menyentuh hati Muhammad Ali.
Sang legenda itu mengunjungi Beirut, termasuk Dahieh, pada tahun 1985 sebagai bagian dari misi kemanusiaan untuk merundingkan pembebasan sandera Amerika Serikat dan Arab Saudi, memanfaatkan ketenaran dan pengaruhnya di seluruh dunia untuk menjadi perantara perdamaian dan menunjukkan solidaritas dengan mereka yang terkena dampak Perang Saudara Lebanon yang menghancurkan.